Madinah Indonesia, 23 Maret 2000

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

NII SEKARANG BUKAN GUNAKAN KEKERASAN SENJATA
Alfredo Abdullah
Madinah Indonesia

 

ISSUE NII HANYA DATANG DARI LUAR NII

Belakangan ini issue NII (Negara Islam Indonesia) sedang bergema lagi, hampir semua media membahasnya dengan antusias. Tapi, nampaknya issue tersebut berkembang berat sebelah. Sumber informasi hanya berasal dari mereka-mereka yang keluar dari barisan mujahidin. Tentu saja, mereka akan membuat opini yang bisa membenarkan tindakan mereka untuk keluar, padahal mereka sebenarnya tidak sanggup berjihad (jihad artinya bekerja keras untuk mencapai sesuatu, dalam hal ini tegaknya kalimatillah, tegaknya hukum-hukum Allah di dunia ini). Jika mereka keluar dari barisan, otomatis menjadi musuh NII, apa pun akan mereka lakukan untuk menjelek-jelekkan NII.

Ingat surat 9:32 dan 61:8 "Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci." Jadi, mengapa NII tetap ada sampai sekarang dan sampai kapanpun, bahkan makin hari makin banyak yang mendukung, makin hari NII makin besar ? Karena Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya !

BERJIHAD DENGAN HARTA DAN JIWA

Apa salahnya dengan orang yang mau berjihad di jalan Allah dengan apa pun yang ada pada dirinya baik harta, jiwa, bahkan keluarganya sekalipun? Coba dibuka Qur'an surat 9:24 " Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri-isteri kamu, HARTA KEKAYAAN yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan dari BERJIHAD di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." Bukankah Nabi Nuh a.s. dilarang Allah menganggap ANAKnya yang durhaka sebagai bagian keluarganya ? Bukankah Nabi Ibrahim a.s. dilarang Allah untuk mendo'akan BAPAKnya, karena bapaknya tidak sepaham dengan Ibrahim ? Bukankah Nabi Luth a.s. dilarang Allah untuk menyelamatkan ISTERInya karena isterinya termasuk orang-orang yang durhaka kepada Allah ? Dan bukankah paman-paman Nabi Muhammad S.A.W. pun banyak yang tidak setuju dengan perjuangan Muhammad ?

DALAM MENEGAKKAN KALIMATULLAH BANYAK TANTANGANNYA

Betapa banyak Nabi-Nabi yang ditentang oleh keluarganya sendiri dalam menegakkan kalimatillah. Dan apa kata Allah ? Lihat Q.S. 9:23.
Jadi, ada dua golongan di sini :

1) Yang patuh dan ta'at / pasrah kepada aturan Allah, mereka disebut muslim, artinya orang Islam. Ingat bahwa Islam artinya pasrah, patuh, selamat, sejahtera.

2) Yang tidak patuh dan tidak ta'at kepada aturan Allah, mereka disebut dengan 3 sebutan : kafir, zhalim, fasiq (Lihat Q.S. 5:44,45,47 "...Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa-apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir/zhalim/fasiq", lihat juga Q.S. 60:1.

Bagaimana cara membedakan orang-orang ini ? Pakai alat pembeda yaitu al-Furqan (al-Qur'an). Kita lihat saja, apakah dia sudah memakai al-Qur'an dalam kehidupannya ? Kalau sudah berarti termasuk golongan 1, kalau belum berarti golongan 2. Allah itu tegas, tidak plin-plan, tidak ada Islam KTP, Islam setengah-setengah, yang ada hanya Islam atau Kafir ! (kafir artinya sama dengan "cover" dalam bahasa Inggris yaitu : menutupi. Mereka menutupi kenyataan bahwa hukum Allah itulah yang paling benar, mereka menutupi kenyataan bahwa hukum Allah BELUM TEGAK di  dunia ini).

SETIAP HARI BERJANJI KEPADA ALLAH SWT

Bukankah setiap hari kita selalu berjanji kepada Allah minimal 5 kali sehari (dalam do'a iftitah setiap shalat) : "Sesungguhnya, shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah." Sekarang, realisasinya mana ? Baru shadaqah 500 perak saja sudah bangga minta ampun. Apakah Islam bisa tegak hanya dengan 500 perak ? Kaum Yahudi dan Nasrani saja begitu besar shadaqahnya dalam menegakkan ajaran-ajaran mereka, maka pantaslah mereka memperoleh keberhasilan. Baru hutang satu juta-dua juta saja dalam berperang di jalan Allah, merasa sudah memberikan banyak terhadap Islam. Coba kita koreksi diri, cukupkah uang sekecil itu untuk membangun Islam ? BELUM ! Dan darimana datangnya biaya perjuangan kalau bukan dari ummat Islam sendiri ?

Apakah kita akan minta bantuan kepada negara asing, bahwa kita butuh dana untuk menegakkan Islam ? Nonsense ! Maka dari itu, jangankan seluruh harta, nyawa sekalipun kita korbankan, bukankah kita sudah berjanji kepada Allah ? Jangan sampai Allah marah besar karena kita cuma omong doang, lihat Q.S. 61:2-3 "Mengapa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan ? Amat besar kebencian di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu lakukan."

MERASA ISLAM TELAH SEMPURNA

Selama ini kita merasa Islam telah sempurna, tapi apa kenyataannya ? Berapa persen hukum Allah yang dijalankan ? Pintar mana, manusia atau Allah yang membuat hukum ? Lebih pintar siapa, manusia atau Allah dalam meramalkan masa depan ? Lebih tahu siapa, manusia atau Allah, mengenai hal apa yang terbaik bagi manusia ?

Allah telah menurunkan aturan yang tepat bagi manusia, karena Dia-lah yang Maha Tahu, Dia-lah Yang Maha Kasih, Maha Sayang. Siapa lagi yang lebih sayang kepada manusia selain Allah ? Dan untuk semua itu, Allah telah memilih nama yang tepat untuk aturan-aturan yang dibuat-Nya yaitu ISLAM, bukan Pancasila atau yang lainnya. Jangan lagi kita merasa lebih pantas memberi nama aturan itu selain dengan nama yang telah diberikan Allah.

Ibarat pohon (Q.S. 14:25), Din Allah (sistem Allah) dapat dimisalkan terdiri dari 3 bagian : akar (rububiyah; aturan/hukum), batang (mulkiyah; sarana/tempat/negara), dan buah (uluhiyah; pelaksanan/manusia). Kalau mau berbuah Islam, maka batangnya harus Islam, dan yang paling penting akarnya harus Islam. Kalau mau disebut muslim (orang Islam/warga negara Islam), maka harus bernegara Islam, dan yang paling penting berhukum Islam. Dan sebaliknya, Hukum Islam tidak bisa ditegakkan kecuali di Negara Islam. Dan Negara Islam ada jika ada ummatnya (warga negaranya).

MENGAKU MUSLIM TETAPI BERNEGARA SEKULAR

Selama ini yang terjadi, kita mengaku sebagai muslim, tapi bernegara sekuler/nasionalis, dan berhukum dengan Pancasila. Ibarat pohon, kita ini seperti pohon yang berbuah durian, berbatang jambu, berakar jengkol. Apa ada pohon semacam itu, kalaupun ada pasti tidak akan bertahan lama, lihat Q.S. 14-26.

Menyimak artikel Sabili No. 20 Maret 2000 hal. 31, kalaupun pohon yang sedang kita tanam ini utuh, namun kita menanamnya di kebun orang, harus mengikuti apa kata pemilik kebun. Dan, ironisnya sampai hari ini, ummat Islam selalu bangga dengan pohon yang mereka tanam ini.

Maka walaupun dinamai pohon durian, kalau akarnya jengkol, batangnya jengkol, buahnya jengkol, ya...tetap saja pohon itu pohon jengkol, bukan pohon durian.

BERDALIH BAHWA PANCASILA ITU ISLAMI

Walaupun kita berdalih bahwa Pancasila itu islami, tetap saja kalau negara yang berhukum dengan Pancasila ya...negara Pancasila, maka ummatnya juga ummat Pancasila. Apakah Allah pernah mengatakan Pancasila dalam al-Qur'an ? Apakah Allah menyuruh manusia mengikuti Pancasila ? Lihat Q.S. 7:71 "... Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama yang kamu dan NENEK MOYANGmu menamakannya (ingat : Pancasila berasal dari bahasa nenek moyang Indonesia, dan dikatakan juga bahwa Pancasila digali dari budaya nenek moyang kita)? Padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujjah untuk itu ? Maka tunggulah, sesungguhnya aku pun termasuk orang yang menunggu bersama kamu."

Nah, sekarang bagaimana ? Mau tetap ikut Pancasila ? Maka, di akhirat nanti Pancasila akan berlepas diri ketika kita meminta pertanggungjawabannya : Siapa suruh kalian ikuti aku ? katanya.

KALIMAT ALLAH SEDANG DIINJAK-INJAK

Sementara, ada pihak lain yang mengajak untuk menegakkan kalimat Allah. Kenapa menegakkan ? Karena kalimat Allah hari ini sedang diinjak-injak orang-orang di dunia ini, terlebih lagi oleh bangsa Indonesia yang mengaku menjunjung tinggi kalimat Allah tersebut. Wajar saja kalau semangat menegakkan kalimat Allah ini sedemikian besar, sehingga menganggap orang-orang yang tidak mau menegakkan kalimatillah adalah orang kafir. Wajar saja, saking kepinginnya kalimatillah tegak, kita mempunyai target-target ibadah yang harus dicapai dalam jangka waktu tertentu karena kita membangun Islam tidak asal-asalan, tapi bersistem, ada target-target dan rencana pembangunannya, tidak main ledak sana-ledak sini, tidak main tembak sana-tembak sini, tidak main bacok sana-bacok sini. Allah sudah mengaruniai kita semua dengan akal, maka dari itu untuk menegakkan kalimat Allah kita pun harus menggunakan akal, tidak seperti binatang menggunakan kekerasan fisik. Dan wajar saja jika ghirah ini ternyata terlihat aneh bagi orang lain.

6 TAHAP PERJUANGAN

Sesuai dengan contoh yang harus diteladani dari Rasulullah S.A.W. bahwa ada 6 tahap perjuangan yang harus dilalui, sebagai mana Allah membangun langit dan bumi dalam 6 masa dan 2 periode :

1. periode Makkah; periode persiapan pembentukan negara
2. periode Madinah; periode bernegara, bagaimana mempertahankan dan menjadikannya negara superpower yang bisa menaungi ummat manusia seluruhnya dalam kesejahteraan Islam (=rahmatan lil 'alamin).

Atau dalam 6 masa :
1. Masa Makkah
2. Masa Perang Badr (Perang Fisik)
3. Masa Hudaybiyah (Perang intelektual)
4. Masa Fat-hu Makkah (Kemenangan lokal)
5. Masa Ekpansi (Kemenangan regional)
6. Masa Rahmatan lil'alamin (Kemenangan Global)

6 tahapan inilah yang dilalui Rasulullah, sehingga dalam 23 tahun berhasil menegakkan kalimatillah li i'la i kalimatillah.

BAGI NII BUKANNYA LAGI JAMAN TEMBAK-TEMBAKAN

Bagi NII, mestinya sekarang bukannya lagi jaman tembak-tembakan. Jaman itu telah berlalu ketika masa perang fisik dilalui. Ketika manusia makin dewasa, maka dia tidak seperti anak kecil yang inginnya berkelahi terus. Semakin dewasa, maka manusia semakin menggunakan akal dalam berjuang. Maka, jaman sekarang bagi NII merupakan masa perang intelektual/perang pemikiran, akan dibuktikan konsep siapa yang unggul, konsep Allah atau konsep manusia ?

Maka, berbahagialah kita semua bahwa hari ini NII sudah melewati masa-masa berantemnya, hari ini NII tidak lagi membunuh secara fisik tapi membunuh aqidah manusia terhadap Taghut (termasuk di dalamnya Pancasila) dan menghidupkan aqidahnya terhadap Allah (Aqidah Islamiyah). Maka, bukalah mata dan pikiran kita dalam memahami Islam secara kaaffah/totalitas.

JANGAN MEMBUAT JALAN DILUAR CONTOH RASULULLAH SAW

Kalau kita keluar dari frame yang dijalani Rasulullah dan merasa lebih pintar dari Beliau dengan membuat jalan-jalan perjuangan lain (a la demokrasi, sosialis, dll.) maka dapat dipastikan kehancuran perjuangan tersebut. Ingat : Perjuangan Islam tidak pernah merusak, hanya memanfaatkan.

Dan perjuangan ini memang berat. Q.S. 9:42 "Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu. Tetapi, tempat yang dituju tersebut amatlah jauh terasa oleh mereka...."

Padahal, Q.S. 9:41 " Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau berat dan berjihadlah dengan HARTA dan dirimu di jalan Allah...."

Serta Q.S. 9:38 - 39 " Hai orang-orang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu : Berangkatlah untuk berperang pada jalan Allah ! Kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu ? Apakah kamu puas dengan kehidupan dunia sebagai pengganti kehidupan akhirat (Pancasila sebagai pengganti al-Qur'an) ? Padahal kenikmatan hidup dunia ini dibandingkan akhirat hanyalah sedikit (Kesejahteraan yang dijanjikan Pancasila hanya sedikit dibandingkan dengan kesejahteraan yang diberikan Islam). Jika kamu tidak berangkat untuk berperang niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya kamu dengan kaum yang lain...."

Janji Allah Q.S. 9:40 "Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), maka sesungguhnya Allah telah menolongnya, ...."

Demikian semoga bermanfaat bagi semua.

Beribadahlah seolah-olah kamu melihat Allah, dan jika kamu tidak bisa melihat Allah, maka ketahuilah bahwa Allah melihat segala yang kamu kerjakan.

wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Alfredo Abdullah

ksatriasejati@hotmail.com
Madinah Indonesia
23 Maret 2000