Stockholm, 8 April 2000

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

SEBAGIAN TOKOH ALERGI NEGARA ISLAM
Ahmad Sudirman
XaarJet Stockholm - SWEDIA.

 

IDEA SALAHUDDIN WAHID TENTANG NEGARA ISLAM

"Kita tidak perlu lagi memperjuangkan negara Islam, karena bangsa Indonesia sudah memiliki komitmen NKRI. Negara Islam tidak penting, yang penting isinya, misalnya dalam hal menyangkut UU dan pemerintahannya. Lagi pula, dalam beberapa UU di Indonesia seperti UU Perkawinan, UU Makanan Halal dll, memuat syariat Islam. Beberapa hal ini menunjukkan perjuangan umat Islam sukses dalam memasukkan.

Jadi kalau ada pihak yang ingin menghasut untuk mendirikan negara Islam, harap dicegah dan perlu dilaporkan kepada kepolisian. Umat Islam harus menyadari bahwa kita terdiri dari berbagai macam suku dan agama sehingga tidak mudah menyatukan perbedaan yang ada.

Perbedaan itu jangan sampai menekan kebebasan beragama. Apalagi sampai terjadi pembantaian antaragama seperti di Ambon. Karena agama mana pun tidak membenarkan pembunuhan.

Yang jadi musuh kita, bukan perbedaan atau masalah agama, tetapi adalah kemiskinan, kebodohan dan korupsi. Pertentangan yang terjadi selama ini harus disadari umat Islam. Jangan sampai kita porak-poranda. Kini saatnya, kita membangun. Oleh sebab itu, kita berharap Gus Dur-Megawati bisa membawa negara kita ke keadaan yang lebih baik." (Kleofas Klewen, satunet.com, Salahuddin ajak kubur niat dirikan NII,Minggu, 27/2/2000, http://satunet.com/artikel/isi/00/02/27/7988.html ).

IDEA ABDURRAHMAN WAHID TENTANG NEGARA ISLAM

"Tidak ada kewajiban untuk mendirikan Negara Islam, yang diwajibkan adalah memegang dan menjalankan akhlak Islam bagi diri masing-masing. Sekarang sudah ada pemisahan jabatan antara pimpinan NU dengan pimpinan negara. Kalau tidak ada yang menerima sikap saya, berarti orang itu tidak paham." (
http://www.detik.com/peristiwa/2000/03/27/2000327-104238.shtml ).

Kita harus melihat kepada UUD bahwa di sana tidak ada keharusan sama sekali untuk mengambil salah satu agama sebagai agama negara. Kalau mau menyimpang dari itu, konsekwensinya harus berani meninggalkan UUD. Dasar ini (Pembukaan UUD) tetap akan saya pertahankan baik sebagai Presiden Republik Indonesia maupun kalau nanti saya sudah tidak jadi apa-apa. Ini adalah komitmen saya seumur hidup." (Sekretariat
Persidangan SR XIII PGI Di Palangka Raya, 25 Maret 2000 , Amanat Presiden RI pada Upacara Peresmian Pembukaan Sidang Raya XIII PGI, eskol@mitra.net.id , 29 Maret 2000, http://www.indopubs.com/archives/0231.html ).

SEBAGIAN TOKOH  BEREAKSI  SANGAT PEKA TERHADAP NEGARA ISLAM

Reaksi sangat peka dari dua tokoh diatas terhadap negara Islam menggambarkan keadaan sikap dari sebagian tokoh muslim yang kebetulan sekarang memegang kedudukan tinggi di negara Indonesia yang menjurus kepada penghapusan pikiran tentang negara Islam yang telah dicontohkan Rasulullah saw sewaktu di Madinah dari pikiran-pikiran sebagian kaum muslimin baik yang di Indonesia maupun yang ada di luar Indonesia.

Sikap alergi terhadap negara Islam ini memang sebenarnya bisa hilang dengan sendirinya, apabila timbul iklim dan suasana kehidupan berdialog yang terbuka untuk membicarakan masalah-masalah yang menyangkut kehidupan Islam secara menyeluruh bukan hanya masalah ibadah saja tetapi juga masalah hubungan antara manusia yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia dalam masyarakat, pemerintahan dan negara, sebagaimana yang telah di terangkan Allah SWT dalam Al Quran dan yang telah dicontohkan Rasulullah saw.

KETERBUKAAN ANTAR TOKOH MUSLIM DAN MASYARAKAT PADA UMUMNYA UNTUK MEMBICARAKAN NEGARA ISLAM
 
Sikap infantil atau sifat kekanak-kanakan harus sudah dibuang jauh-jauh. Perbedaan pendapat, pikiran, pandangan, idea bukanlah suatu yang harus dijadikan sebagai sumber pertentangan, perpecahan dan permusuhan.

Keadaan situasi yang melingkupi sebagian tokoh-tokoh di masyarakat Indonesia adalah adanya ketertutupan dan kesempitan dalam menerima, membicarakan, memahami berbagai perbedaan pendapat, pikiran, pandangan, idea yang timbul didalam masyarakat.

Sikap yang demikian yang justru menunjukkan mentalitas yang belum matang atau dengan kata lain sifat dan perilaku yang belum mencapai tarap kedewasaan baik yang dihasilkan oleh pemikiran maupun oleh emosi.

Satu contoh yang jelas seperti yang diungkapkan Salahuddin Wahid: "Jadi kalau ada pihak yang ingin menghasut untuk mendirikan negara Islam, harap dicegah dan perlu dilaporkan kepada kepolisian".

Ungkapan kata itu lahir dari pikiran Salahuddin yang masih tertutup terhadap iklim kehidupan perbedaan pendapat, pikiran, pandangan, idea yang timbul didalam masyarakat.

Seandainya para tokoh muslim tersebut telah memahami dan menghayati adanya beribu-ribu perbedaan pendapat, pikiran, pandangan, idea yang timbul didalam masyarakat, tidaklah mungkin akan keluar kata-kata seperti yang dicontohkan Salahuddin Wahid diatas itu.

Mentalitas para tokoh yang digambarkan oleh Salahuddin diatas justru memberikan peluang untuk timbulnya sikap negatif dari sebagian besar masyarakat terhadap sikap dan perilaku para tokoh tersebut.

Karena kehidupan perbedaan pendapat, pikiran, pandangan, idea yang timbul didalam masyarakat tidak bisa ditekan dan dihilangkan apalagi dikubur dengan tindakan kekerasan apalagi dengan kekerasan senjata.

Disinilah kita masih melihat kemunduran dalam cara-cara berpikir dan bertindak dari para tokoh yang kebetulan muslim dan juga kebetulan punya kedudukan tinggi dalam pemerintahan Indonesia.

DAULAH ISLAM RASULULLAH (DIR) MEMBERIKAN KESEMPATAN UNTUK TIMBULNYA PERBEDAAN DENGAN MENGACU KEPADA ALLAH SWT DAN RASULNYA.

Sebagaimana yang sering diungkapkan dalam tulisan-tulisan yang lalu bahwa DIR mengarah kepada "visi untuk membangun persatuan dengan berlandaskan keadilan, amanah dan perdamaian yang bertujuan untuk beribadah, bertaqwa dan mengharap ridha Allah SWT, dengan misi membangun kembali satu masyarakat muslim dan non muslim didalam satu kekuasaan pemerintahan dimana Allah yang berdaulat, yang menerapkan musyawarah dan menjalankan hukum-hukum Allah dengan adil, berdasarkan akidah Islam dengan menghormati agama lain, dengan konstitusi yang bersumberkan dari Al Quran dan Sunnah, yang tidak mengenal nasionalitas, kebangsaan, kesukuan dan ras".

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang  Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin*.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se