Stockholm, 4 September 2001

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

KELUAR DARI LINGKARAN BENANG CINTA NASIONALISME
Ahmad Sudirman
XaarJet Stockholm - SWEDIA.

 

A MARTIN W MENIKMATI INDAHNYA PEMANDANGAN KEBANGSAAN DAN NASIONALISME

Memang bisa terpukau kalau membaca tanggapan dari saudara A Martin W ini (tanggapannya dilampirkan dibawah), apalagi kalau sampai dialun oleh rasa cinta kebangsaan dan nasionalisme. Membuat hati gemetar, khawatir negara sekular pancasila sampai terkotori dan tercabik-cabik.

Tetapi, setelah selesai membaca tanggapan saudara Martin ini, dan kakipun telah melangkah satu langkah keluar dari lingkaran_benang_rasa_cinta_ nasionalisme, terbukalah mata, bahwa diluar sana, setiap rakyat negara sekular pancasila mempunyai ciri khas tersendiri. Setiap rakyat memiliki keunikan tersendiri. Dari setiap individu-individu yang mempunyai gaya, cara, kebiasaan yang sama berkumpul dan membangun satu suku tersendiri. Setiap suku mempunyai gaya, cara, dan kebiasaan khas tersendiri yang berbeda dari suku lainnya.

Kemandirian setiap suku, bisa saja dikebelakangkan, rasa kebersamaan yang didasarkan pada pola_dasar_idea kebangsaan dan nasionalisme bisa dimajukan dikedepan untuk bersama-sama membangun satu rumpun yang dibangun dari berbagai macam suku yang mempunyai gaya, cara, dan kebiasaan khas tersendiri guna menopang dan mengisisi negara sekular pancasila.

POLA DASAR IDEA KEBANGSAAN DAN NASIONALISME YANG RAPUH

Pola_dasar_idea kebangsaan dan nasionalisme yang dirangkum dalam ikatan kata persatuan Indonesia inilah yang dijadikan sebagai salah satu batu fondasi dari lima batu fondasi yang menjadi landasan moral pancasila sebagai sumber hukum dan dasar negara sekular pancasila.

Nah sekarang, dari sudut pandang pola_dasar_idea kebangsaan inilah saya bisa melihat bahwa dalam kenyataan sejarah perjalanan negara sekular pancasila sampai detik ini, justru pola_dasar_idea kebangsaan dan nasionalisme inilah yang rapuh.

Karena memang, pola_dasar_idea kebangsaan ini dalam kenyataannya begitu dipaksakan dalam penerapannya. Dari mulai rezim diktator Soekarno, diteruskan oleh rezim diktator militer Soeharto, disambung oleh rezim BJ Habibie, diperkuat oleh rezim sekularis Gus Dur melalui pembentukan PKB (Partai Kebangkitan Bangsa)-nya, dan tentu saja tidak ketinggalan rezim sekularis Mega dengan idea nasionalisme yang tercermin dalam PDI-P-nya.

Dan tentu saja, kalau ditelusuri lebih dalam sebenarnya pola_dasar_idea kebangsaan dan nasionalisme ini bukan untuk dijadikan sebagai pola_dasar_moral_dan_ideologi untuk dipakai sebagai fondasi dalam membangun kehidupan rakyat, masyarakat, pemerintahan dan negara, melainkan hanyalah sebagai suatu ciri_indentitas dan sarana untuk saling berkomunikasi satu sama lain.

Jadi, kalau kita mengembalikan penyelesaian masalah krisis persatuan negara sekular pancasila ini kepada pola_dasar_idea kebangsaan dan nasionalisme seperti yang diutarakan oleh saudara A Martin W dan juga oleh sebagian rakyat negara sekular pancasila lainnya dengan berbagai macam tawaran (misalnya untuk tampil menjadi presiden, menteri, dsb dari kalangan rakyat Aceh) dalam tanggapannya itu, maka jelas bahwa usaha persatuan yang dipaksakan ini tidak akan memberikan hasil dan jalan keluar yang memuaskan semua pihak.

Permasalahannya adalah tawaran pola_dasar_idea kebangsaan dan nasionalisme yang ditawarkan dan diajukan kepada rakyat Aceh bukanlah merupakan umpan yang cocok bagi rakyat Aceh. Karena di kepala-kepala rakyat Aceh tidak ada tertanam dan terbenak segala macam yang ada hubungannya dengan pola_dasar_idea kebangsaan dan nasionalisme negara sekular pancasila.

Jadi, walaupun dipaksa dengan cara apapun, umpan pola_dasar_idea kebangsaan dan nasionalisme negara sekular pancasila tidak akan disantap atau dimakan rakyat Aceh.

BUKAN DISKRIMINASI KEPADA POLA DASAR IDEA KEBANGSAAN DAN NASIONALISME

Dan ini bukan suatu sikap diskriminasi atau anti kepada  pola_dasar_idea kebangsaan dan nasionalisme negara sekular pancasila, melainkan suatu prinsip dasar perjuangan rakyat muslim Aceh yaitu berdiri diatas garis kebebasan dan kemerdekaan yang merupakan hak bagi setiap umat yang hidup diatas dunia ini, sebagaimana dijamin dalam Undang Undang Madinah, yaitu: "Sesungguhnya mereka adalah satu bangsa negara (ummat), bebas dari (pengaruh dan kekuasaan) manusia lainnya".

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se

----------
X-Originating-IP: [202.159.21.48]
Date: Tue, 4 Sep 2001 09:34:21 -0700
From: "AMW" <amw7777@hotmail.com>
To: <ahmad@dataphone.se>, <is-lam@isnet.org>, <siyasah@isnet.org>, "Megawati Soekarnoputri" <megawati@gmx.net>, "Alwi Shihab" <ashihab@cabi.net.id>, "DPP PPP" <dppp3@indosat.net.id>, <habibie@ristek.go.id>, <hassan.wirajuda@ties.itu.int>, "Humas PAN" <humas@pan-diy.8m.com>, <khilafah@s-s-net.com>, <padhang-mbulan@egroups.com>, "PKB" <pkb.indo@mailcity.com>, "HANKAM" <postmaster@hankam.go.id>, "Gus Dur" <presiden@ri.go.id>, "MPR" <sumpr@jakarta.wasantara.net.id>, <info@alislam.or.id>
Subject: Re: NILAI PERSATUAN SUDAH MENYENTUH DASAR LAUT

Pak Ahmad yg saya hormati,

Sistim file anda sungguh lengkap, mudah2an email saya nggak ada yg salah kata atau inkonsisten dg yg saya tulis belakangan ini.  Kalau Bapak mengatakan nilai persatuan sdh menyentuh dasar laut, bagaimana kalau saya katakan , bagi Gusti Allah tidak ada yg mustahil ? Kalau Gusti Allah menghendaki , Insya Allah akan terjadi.

Kalau saya boleh mengatakan secara jujur , saya merasa sakit sekali waktu Timtim lepas dg cara begitu dr NKRI. Saya banyak berdebat dg  banyak pastor2 Indonesia maupun dr asli Timtim soal ini ketika saya berkunjung ke Roma. Pertanyaan yg mendasar adalah , bagaimana melepaskan rakyat banyak di Timtim dr penindasan, hingga mereka bisa hidup layak sebagai manusia seperti di tempat2 lain ?

Sejarah akan membuktikan  kegagalan pemimpin2 Indonesia dalam mensejahterakan rakyatnya di mana2 , ketidak adilan yg berlangsung terus menerus , dan yg sangat saya sesalkan adalah , juga dilakukan oleh pemimpin2 asli Timtim sendiri . Nggak terbayangkan , bagaimana pengabdian para guru dan paramedis dr luar Timtim selama itu , entah apa semangat mereka, apakah sama dg yg katanya ABRI yg tukang memperkosa Indo2 Porto yg juga cantik2 itu ? Apakah semua orang Indonesia penjajah dan  sejelek itu ?

Masalah Aceh pernah saya diskusikan dg orang muda Aceh, yg memang meng gebu2 ingin merdeka spt Timtim. Sesungguhnya memang sebagian besar rakyat Indonesia menderita , karena masa orde baru. Lebih memprihatinkan, banyak yg menderita karena pemimpin2 daerahnya sendiri , spt yg saya katakan di Timtim. Saya rasa juga di Aceh.

Perlu dipikirkan secara tenang dan realistis, sebagian besar rakyat Indonesia yg sederhana tdk rela Aceh meninggalkan NKRI. Saya menyimak sebuah radio siaran di Jkt dan Bogor ttg pendapat mereka soal ini. Saya nggak tahu siapa mereka , tapi sampai tk parkir, tk jual koran yg saya tanya pribadi [saya tidak kenal mereka] jawabnya adalah mereka tdk rela. Saya nggak tahu apakah mereka bersedia untuk mempertahankan Aceh bila diperlukan , namun bayangan kecintaan pada NKRI , kelihatannya masih sangat tinggi.

Simak pernyataan tegas dan emosional dr Pangkostrad baru2 ini, juga P Ahmad Sumargono yg sempat saya lihat di TV itu.

Memang bagi polisi dan tentara , kelihatannya tidak ada keraguan sedikitpun berperang di Aceh mempertahankan NKRI.

Kalau indikasinya  seperti ini, maka yg saya coba katakan adalah, masalah Aceh ini akan sangat ber larut2 dan ber darah2 spt di Irlandia utara atau Palestina . Kaum intelektual Aceh dan Indonesia harus realistis akan indikasi ini. Apakah akan dikurbankan berapa generasi lagi di Aceh untuk satu saat bisa tercapai kemerdekaan itu ? Atau apakah pemimpin2 Aceh mau secara strategic bertahap mencapai cita2 yg luhur [ dg merdeka ] yaitu rakyat Aceh yg maju, makmur ,sholeh dlst ?  Misalnya dg UU NAG, memang setapak lebih maju , tersirat penerapan Syariah Islam di NAG, [ detail adalah tugas para pimpinan agama dan pemerintahan untuk menyesuaikan dg uu kenegaraan yg bertentangan] Tersirat pembagian hasil dr Aceh , yg dikembalikan 80% , yg seharusnya benar2 dipikirkan harus untuk membangun Aceh disegi pendidikan, kesejahteraan , jangan sampai dikorupsi oleh yg tadinya belum dpt giliran.

Bagaimana kalau saya mengharapkan satu saat presiden NKRI adalah orang Aceh? Bagaimana kalau saya mengharapkan orang Aceh "mau memikul kewajibannya" menyejahterakan bukan hanya rakyat Aceh namun juga kebanyakan rakyat Indonesia yg sdh banyak menderita itu ?  Kenapa belum muncul juga calon2 pemimpin Aceh yg handal, kwalified dikala seleksi bagi pemimpin2 Indonesia sekarang ini sebenarnya begitu mudah ? [Buat saya pilihan kita bagi pemimpin2 kita sangat sedikit, kalau sering nulis di koran , populer, bisa diangkat jadi menteri kayak P Hikam, GD, dll itu]

Saya rasa kalau ada rising star dr Aceh , begitu hebat idea pemikirannya, cara berpikirnya,jujur, ber moral dlst, tentu dg sangat mudah menjadi rising star di Indonesia. Berarti bisa kelak memimpin Indonesia , menghindarkan segala pertumpahan darah termasuk di Aceh yg dicintainya.

Jadi cara perjuangan yg sempit dan tdk diperhitungkan secara luas akan sangat merugikan rakyat Aceh sendiri,  Saya dengar dari beberapa kawan yg jadi pimpinan di PIM, atau Pupuk Asean dll, mereka sangat amat ingin mempekerjakan banyak rakyat Aceh terutama penduduk sekitar pabrik [demi rasa keadilan], namun kwalitas SDM disitu sungguh memprihatinkan. Butuh waktu yg panjang, usaha yg sangat kuat untuk bisa menjadikan SDM disitu sejajar dg pendatang, siapa yg salah ? Bahkan saya dengar untuk baca tulis huruf latin mereka tdk  lancar, saya jadi nggak mengerti bagaimana sistim pendidikan disana ? Mengapa intelektual muda Aceh yg di Jakarta atau dimana saja nggak mau memberdayakan mereka secara konkrit ? Mestinya ini yg sungguh2 dituntut dari pimpinan daerah maupun pusat agar dana2 yg harusnya tersedia memang benar2 digunakan [seluruhnya] bagi pendidikan rakyat banyak dg gizi yg memadai pula.

Saya menyesalkan gaya intelektual muda seperti Timtim yg sungguh2 tidak tahu diri, bersekolah di Jawa, namun nggak mau kembali ke Timtim, maunya ke Macau atau Porto sambil teriak2 minta merdeka ?  Sekali lagi , saya mengharapkan, merindukan , mendoakan, agar muncul bintang2 pemikir dr Aceh untuk memimpin Indonesia Saya ingin mendengar mereka mau memikul beban yg lebih besar yaitu menyejahterakan Indonesia , bukan cuma Aceh.

Saya sangat terharu mendengar komentar DR Andi Malarangeng ketika banyak orang di Sulsel mau mendirikan negara Sulsel , mau menghasut propinsi2 Sulawesi lain memisahkan diri dr Indonesia. Apa kata DR Andi Malarangeng ketika itu ? Saya mau jadi presiden Indonesia, bukan cuma Sulawesi Selatan !! Saya mengerti dia mau mimpin saya dan yg lain2 yg bukan orang Sulsel,bukan se agama, bukan cuma orang kaya.

Kalau sampai ada  kesan  menjadi pemimpin Indonesia terlalu sulit, apa bedanya dg memimpin Aceh saja ?  Hari ini saya melihat di CNN , mata uang EURO mulai di drop di pasaran di Jerman dll , karena akan berlaku di seluruh Eropa Jan 2002. Mengapa Turki, Junani ,Bosnia dll menggebu2 mau jadi anggauta Uni Eropa atau NATO atau yg sejenis ? Mengapa mereka mau bergabung ? Jawabannya mungkin sama saja , dg bergabung akan lebih sejahtera, karena yg digabungi  bagus , makmur.

Bagaimana Indonesia ? Banyak yg mau berpisah , karena yg digabungi, malu2in, pemerintahan paling korup sedunia, nggak punya malu,negara pemerkosa dlst. Barangkali saja ada yg mau bangkit jadi rising star teutama dr Aceh , untuk
memperbaiki negara tercinta ini.

Maaf kalau saya menulis yg tdk berkenan di hati Bapak.
Salam hormat,

AMW JKT
amw7777@hotmail.com
----------