Stockholm, 24 Juli 2003

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

SEBAGIAN WARTAWAN TIDAK MAU MEMAHAMI TUNTUTAN SEBENARNYA RAKYAT ACEH
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

SEBENARNYA SELURUH WARTAWAN SUDAH DIJERAT KEPPRES NO.43/2003, DITAMBAH TIDAK MAU MEMAHAMI TUNTUTAN SEBENARNYA RAKYAT ACEH

"Wartawan NKRI memang diajarkan oleh Megawati dan SBY dan para penjahat lainnya supaya tidak bertanggung jawab. Aneh kebanyakan mereka yang dari Jawa itu mau dijadikan sebagai wartawan yang telah ditusuk hidungnya. Inilah wartawan yang menjilat ditengah-tengah reformasi diteriakan di NKRI. Tidak hanya wartawan, juga semua bangsa Indonesia sangat-sangat tidak bermoral bila berhadapan dengan bangsa Aceh. Lihat saja Amien Rais dan Akbar Tanjung, yang mengiyakan untuk melaksakan operasi militer di Aceh. Mana moral mereka sebagai pimpinan, sebagai orang Islam dan sebagai manusia yang punya akal yang sehat? Maka bagi bangsa Aceh, hanya ada dua pilihan, hidup merdeka dari NKRI atau mati saja. Apa artinya Aceh bergabung dengan NKRI, kalau para pemimpinnya semua seperti syaithat, binatang, bahkan lebih jahat,"bal adhal".
(Muhammad Dahlan, tang_ce@yahoo.com , Wed, 23 Jul 2003 06:32:01 -0700 (PDT))

"Sdr Muhammad dagelan, eh kliru, Muhammad Dahlan itu, kalau bicara sok tahu, sok pahlawan, dan seperti jagoan kampung. Kalau anda memang punya prinsip lebih baik mati dari dapa hidup denga Aceh di NKRI, tapi kenapa anda seperti tikus kena gepyok, terbirit-birit dan bersembunyi, hingga warga Aceh tidak tahu kalau anda punya prinsif seperti itu. Coba anda (M.Dahlan) pulang dan sampaikan anda punya pedoman/prinsif di hadapn warga Aceh, sekalian cek lapangan langsung gitu.. anda pasti akan mendapatkan,,,, ngak tahu, mungkin cemoohan atau bahkan lemlaran batu dari warga Aceh, kali yaa.. karena warga Aceh sudah paham dan muak dengan akal bulus/omong besar GSA/GAM, yang berdampak kesengsaraan/penderitaan yang berkepanjangan warga Aceh karena ulahnya. Wartawan jangan jadikan berita GAM sumber bisnis tanpa tanggung jawab: orang yang putus asa, lihat apa aja yang tidak sejalan dengan pikiranya pastilah di anggap sesuatu yang nenakutkan. atau sengaja di buat menakutkan untuk tujuan memprovokasi warga. padahal ia (sipenulis) sendiri tidak tahu pasti karena ia tinggal di persembunyian hingga tidak bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi di lapangan/lokasi. Mudah-mudahan orang-orang seperti itu tidak ada niatan menjual Aceh kenegara asing hanya untuk kepentingan sekelompok orang."
(MT Dharminta, mr_dharminta@yahoo.com , Wed, 23 Jul 2003 21:51:01 -0700 (PDT))

Nah sekarang, ternyata makin jelas, bahwa memang rakyat Aceh, seperti saudara Muhammad Dahlan yang untuk sementara berdomisili di sekitar Thornleigh, Australia yang telah memberikan komentarnya terhadap tulisan saya "[030722] Wartawan jangan jadikan berita GAM sumber bisnis tanpa tanggung jawab " ( http://www.dataphone.se/~ahmad/030722c.htm ), tetapi ternyata membuat geram saudara Matius Dharminta seorang wartawan dari Jawa Pos, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.

Ketika saya menulis fakta dalam tulisan saya tersebut mengenai sebagian wartawan dan sebagian penangung jawab siaran berita TV7 dan Indosiar, dengan menyiarkan wajah dan nama saksi mata dan sumber berita, ternyata akibatnya saksi mata dan sumber berita (Bachtiar Musa,58 tahun) dibunuh oleh pihak tertentu sehari sesudah ditayangkan di TV7 dan Indosiar. ( http://www.dataphone.se/~ahmad/030722c.htm ).

Nah dalam tulisan itu saya menulis bahwa "sebagian para wartawan yang menurut saya tidak bertanggung jawab dalam melindungi saksi-saksi pemberi sumber berita. Karena saya melihat bahwa sebagian para wartawan itu secara langsung telah membantu berjalannya pembunuhan rakyat Aceh."

Memang, saya perhatikan saudara Muhammad Dahlan dalam memberikan komentarnya terhadap tulisan saya tersebut cukup tajam dan kena, bukan saja kepada sebagian dari pihak wartawan tetapi juga kepada pihak Eksekutif dan Legislatif, seperti Presiden Megawati dan Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono. Juga pada pihak Legislatif seperti Akbar Tandjung dan Amien Rais yang menyetujui ditetapkan dan diterapkan Keputusan Presiden RI nomor 28 tahun 2003 tentang pernyataan keadaan bahaya dengan tingkatan keadaan darurat militer di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang dikeluarkan pada tanggal 18 Mei 2003 dan diberlakukan pada tanggal 19 Mei 2003 selama 6 bulan dan Keputusan Presiden Republik Indonesia selaku Penguasa Darurat Militer Pusat Nomor 43 Tahun 2003 Tentang Pengaturan kegiatan Warga Negara Asing, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Jurnalis di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang ditetapkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 16 Juni 2003.

Seterusnya, mengapa saudara wartawan Matius Dharminta dari Jawa Pos itu begitu gusar terhadap saudara Muhammad Dahlan, karena memang ia dan sebagian wartawan tidak mau memahami dan mengerti tentang tuntutan sebenarnya rakyat Aceh dan ASNLF/GAM yang dipimpin oleh Teungku Muhammad Hasan di Tiro, yaitu "kami menuntut keadilan melalui tuntutan negeri Aceh yang diduduki Soekarno dikembalikan lagi kepada kami, karena tidak sesuai dan melanggar Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan "Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan".

Selama sebagian wartawan tidak mau memahami dan tidak mau mengerti tuntutan sebenarnya rakyat Aceh dan perjuangan ASNLF/GAM pimpinan Teungku Muhammad Hasan di Tiro, maka selama itu mereka menganggap bahwa perjuangan rakyat Aceh tersebut dianggap sebagai gerombolan Gerakan Separatis. Padahal sebenarnya, kalau mereka, termasuk didalamnya Presiden Megawati, Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono Cs, Menlu Noer Hassan Wirajuda, KASAD Jenderal TNI Ryamizard, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, Ketua DPR Akbar Tandjung, Ketua MPR Amien Rais, dan Ketua Komisi I DPR Ibrahim Ambong, mau memahami dan mau mengerti tuntutan sebenarnya perjuangan rakyat Aceh dan ASNLF/GAM pimpinan Teungku Muhammad Hasan di Tiro, maka persoalan Aceh akan cepat selesai.

Jadi, dengan masih tidak mau memahami dan tidak ingin mengerti dari pihak sebagian wartawan, rakyat, lembaga Eksekutif dan Lembaga Legislatif terhadap tuntutan sebenarnya rakyat Aceh tersebut, maka itulah yang menampilkan komentar saudara Muhammad Dahlan: "Mana moral mereka sebagai pimpinan, sebagai orang Islam dan sebagai manusia yang punya akal yang sehat? Maka bagi bangsa Aceh, hanya ada dua pilihan, hidup merdeka dari NKRI atau mati saja. Apa artinya Aceh bergabung dengan NKRI, kalau para pemimpinnya semua seperti syaithat, binatang, bahkan lebih jahat".

Jadi sebenarnya, kalau saya perhatikan apa yang dituliskan oleh wartawan Matius Dharminta dari Jawa Pos ini: ". Coba anda (M.Dahlan) pulang dan sampaikan anda punya pedoman/prinsif di hadapn warga Aceh, sekalian cek lapangan langsung gitu.. anda pasti akan mendapatkan,,,, ngak tahu, mungkin cemoohan atau bahkan lemlaran batu dari warga Aceh, kali yaa.. karena warga Aceh sudah paham dan muak dengan akal bulus/omong besar GSA/GAM, yang berdampak kesengsaraan/penderitaan yang berkepanjangan warga Aceh karena ulahnya."

Tulisan saudara Matius Dharminta itu kalau menurut saya adalah hasil dari seorang wartawan yang memang sudah tidak mau memahami dan tidak ingin mengerti tuntutan sebenarnya rakyat Aceh, juga karena ia tidak punya lagi alasan yang kuat yang ditinjau dari segi fakta, sejarah dan hukum yang mendasari ketika sejarah itu berlangsung.

Coba baca kembali jawaban-jawaban, komentar-komentar, tanggapan-tanggapan dari saudara Matius Dharminta terhadap tulisan-tulisan saya sebelum ini, kalau diperhatikan secara mendalam maka memang menggambarkan seorang wartawan dan sekaligus warga Negara RI-Jawa-Yogya yang memang tidak punya alasan dan dasar yang kuat ditinjau dari sudut fakta, sejarah dan hukum yang mendasari ketika sejarah itu berlangsung.

Mau bukti, coba perhatikan secara mendalam, apa yang ditulis saudara Matius Dharminta dari Jawa Pos ini "Wartawan jangan jadikan berita GAM sumber bisnis tanpa tanggung jawab: orang yang putus asa, lihat apa aja yang tidak sejalan dengan pikiranya pastilah di anggap sesuatu yang nenakutkan atau sengaja di buat menakutkan untuk tujuan memprovokasi warga. Padahal ia (sipenulis) sendiri tidak tahu pasti karena ia tinggal di persembunyian hingga tidak bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi di lapangan/lokasi. Mudah-mudahan orang-orang seperti itu tidak ada niatan menjual Aceh kenegara asing hanya untuk kepentingan sekelompok orang."

Coba perhatikan secara mendalam, siapa yang menjual Aceh kepada pihak asing, kalau bukan Jenderal Soeharto dengan DOM-nya yang sebenarnya penerus Soekarno dalam hal pencaplokan dan pendudukan negeri Aceh.

Coba sekali lagi, perhatikan itu, Amerika dan Jepang melalui Exxon Mobil yang memiliki 35 % saham dan Japan Indonesia LNG Company yang mengantongi 10 % saham di PT Arun yang merupakan satu perusahaan joint venture memproduksi LNG (Liquefied Natural Gas) yang dibangun tahun 1976. Coba 45 % saham PT Arun dipegang oleh Amerika dan Jepang via Exxon Mobil dan Japan Indonesia LNG Company.

Jadi, bukan saudara Muhammad Dahlan atau saya yang menjual kekayaan minyak dan gas alam Aceh kepada pihak Asing, justru sebenarnya, pihak Jenderal Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid dan sekarang Presiden Megawati yang didukung penuh oleh Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono Cs, Menlu Noer Hassan Wirajuda, KASAD Jenderal TNI Ryamizard, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, Ketua DPR Akbar Tandjung, Ketua MPR Amien Rais, dan Ketua Komisi I DPR Ibrahim Ambong, tentu saja sekarang diperkuat oleh Penguasa Darurat Militer Daerah Aceh Mayjen TNI Endang Suwarya .

Terakhir, sebenarnya, pihak saudara Matius Dharminta dan Presiden Megawati, Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono Cs, Menlu Noer Hassan Wirajuda, KASAD Jenderal TNI Ryamizard, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, Ketua DPR Akbar Tandjung, Ketua MPR Amien Rais, dan Ketua Komisi I DPR Ibrahim Ambong, dan Mayjen TNI Endang Suwarya adalah sudah kehabisan dan tidak punya lagi alasan dan dasar yang kuat yang ditinjau dari sudut fakta, sejarah dan hukum yang mendasari ketika sejarah itu berlangsung untuk mempertahankan negeri Aceh dari tuntutan rakyat Aceh dan ASNLF/GAM pimpinan Teungku Muhammad Hasan di Tiro yang memperjuangkan "kami menuntut keadilan melalui tuntutan negeri Aceh yang diduduki Soekarno dikembalikan lagi kepada kami, karena tidak sesuai dan melanggar Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan "Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan".

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se
----------

From: muhammad dahlan <tang_ce@yahoo.com>
To: ACSA@yahoogroups.com, padhang-mbulan@egroups.com, PPDI@yahoogroups.com, oposisi-list@yahoogroups.com, mimbarbebas@egroups.com, politikmahasiswa@yahoogroups.com, kammi-malang@yahoogroups.com, fundamentalis@eGroups.com, keadilan4all@yahoogroups.com, kuasa_rakyatmiskin@yahoogroups.com, acsa@yahoogroups.com, editor@jawapos.co.id, habearifin@yahoo.com, Lantak@yahoogroups.com, mr_dharminta@yahoo.com, sadanas@shb.equate.com
Subject: [OPOSISI] Re: [ACSA] WARTAWAN JANGAN JADIKAN BERITA GAM SUMBER BISNIS TANPA TANGGUNG JAWAB
Date: Wed, 23 Jul 2003 06:32:01 -0700 (PDT)

Wartawan NKRI memang diajarkan oleh Megawati dan SBY dan para penjahat lainnya supaya tidak bertanggung jawab. Aneh kebanyakan mereka yang dari Jawa itu mau dijadikan sebagai wartawan yang telah ditusuk hidungnya. Inilah wartawan yang menjilat ditengah-tengah reformasi diteriakan di NKRI. Tidak hanya wartawan, juga semua bangsa Indonesia sangat-sangat tidak bermoral bila berhadapan dengan bangsa Aceh. Lihat saja Amien Rais dan Akbar Tanjung, yang mengiyakan untuk melaksakan operasi militer di Aceh. Mana moral mereka sebagai pimpinan, sebagai orang Islam dan sebagai manusia yang punya akal yang sehat? Maka bagi bangsa Aceh, hanya ada dua pilihan, hidup merdeka dari NKRI atau mati saja. Apa artinya Aceh bergabung dengan NKRI, kalau para pemimpinnya semua seperti syaithat, binatang, bahkan lebih jahat,"bal adhal".

Muhammad Dahlan

Thornleigh, Australia
tang_ce@yahoo.com
----------

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se

Stockholm, 22 Juli 2003

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

WARTAWAN JANGAN JADIKAN BERITA GAM SUMBER BISNIS TANPA TANGGUNG JAWAB
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.
 

DIMANA TANGGUNG JAWAB DAN PERLINDUNGAN WARTAWAN YANG DIJERAT KEPPRES NO.43/2003 TERHADAP SUMBER BERITA

Memang sungguh tidak bertanggung jawab dari pihak sebagian wartawan terutama dari pihak penanggung jawab siaran berita di TV yang menampilkan sumber berita yang sekaligus juga dianggap sebagai saksi mata tanpa mengetahui akibat yang lebih jauh dari tayangan yang ditampilkan oleh pihak penangung jawab siaran berita di TV.
---delete---
----------

From: matius dharminta <mr_dharminta@yahoo.com>
To: iman garot <garot7@hotmail.com>
Cc: Ahmad Sudirman <ahmad@dataphone.se>
Subject: WARTAWAN SESUAI PROSEDUR
Date: Wed, 23 Jul 2003 21:51:01 -0700 (PDT)

Sdr Muhammad dagelan, eh kliru, Muhammad Dahlan itu, kalau bicara sok tahu, sok pahlawan, dan seperti jagoan kampung. Kalau anda memang punya prinsip lebih baik mati dari dapa hidup denga Aceh di NKRI, tapi kenapa anda seperti tikus kena gepyok, terbirit-birit dan bersembunyi, hingga warga Aceh tidak tahu kalau anda punya prinsif seperti itu. Coba anda (M.Dahlan) pulang dan sampaikan anda punya pedoman/prinsif di hadapn warga Aceh, sekalian cek lapangan langsung gitu.. anda pasti akan mendapatkan,,,, ngak tahu, mungkin cemoohan atau bahkan lemlaran batu dari warga Aceh, kali yaa.. karena warga Aceh sudah paham dan muak dengan akal bulus/omong besar GSA/GAM, yang berdampak kesengsaraan/penderitaan yang berkepanjangan warga Aceh karena ulahnya.

Wartawan jangan jadikan berita GAM sumber bisnis tanpa tanggung jawab: orang yang putus asa, lihat apa aja yang tidak sejalan dengan pikiranya pastilah di anggap sesuatu yang nenakutkan. atau sengaja di buat menakutkan untuk tujuan memprovokasi warga. padahal ia (sipenulis) sendiri tidak tahu pasti karena ia tinggal di persembunyian hingga tidak bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi di lapangan/lokasi. Mudah-mudahan orang-orang seperti itu tidak ada niatan menjual Aceh kenegara asing hanya untuk kepentingan sekelompok orang.

MT Dharminta

Surabaya, Indonesia
mr_dharminta@yahoo.com
----------