Stockholm, 21 Februari 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

RAKYAT ACEH MENDUKUNG NKRI HANYALAH ANGAN-ANGAN SAJA & SABANG-MERAUKE TERLALU MENGADA-ADA
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

RAKYAT ACEH MENDUKUNG NKRI HANYALAH ANGAN-ANGAN SAJA & SABANG-MERAUKE TERLALU MENGADA-ADA

"Saya rasa asumsi rakyat Aceh mendukung NKRI itu hanyalah angan2 saja maksudnya, tidaklah terbukti secara nyata kalaupun ada itu disumberkan dari berbagai upacara pernyataan kesetiaan kpd NKRI yg dimobilisasi oleh TNI-Polri beserta aparat kroni orba semacam Gubernur/Bupati dan Camat dgn berbagai ancaman/teror jika mereka tidak ikut upacara. Kalau menilik dari kasus SIRA-RAKAN, rasanya rakyat Aceh memang banyak yg menginginkan referendum, dan akan memilih berpisah dari NKRI hal ini juga tersirat dlm berbagai sanggahan yg diungkapkan oleh bapak2 yg berseberangan dgn pemikiran pak Ahmad Sudirman. Mereka mengatakan bahwa jangankah di Aceh, kalau referendum dilaksanakan di daerah lain pun mereka juga akan memilih pisah dari NKRI yg memang sudah sangat parah kondisinya."(Peace ORG, miranda_hnf@yahoo.co.uk , 20 Feb 2004 11:01 am)

"Saya rasa klaim dari Sabang sampai Merauke itu memang terlalu mengada2 bukankah secara de-jure yg pak Karno klaim sebagai wilayah RI itu tidak termasuk Papua misalnya artinya, bukan sabang sampai Merauke, mungkin hanya sabang sampai Makasar jadi jelas kalau ada orang yg bilang dari Sabang sampai Merauke itu hanya berangan2 saja atau mungkin terlalu terbuai dgn nyanyian 'dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau' sehingga menjadi yakinlah mereka bahwa RI itu ketika diproklamirkan memang meliputi wilayah dari Sabang sampai Merauke"(Peace ORG, miranda_hnf@yahoo.co.uk , 20 Feb 2004 11:34 am)

"Dlm diskusi hendaknya emosi ditahan, kepala didinginkan, hati jangan panas, dan senantiasa berusaha utk membuka diri, bukan hanya terhadap kritik pribadi, tetapi juga terhadap pola pikir dan pemahaman kita selama ini karena diskusi di samping sbg media kita utk menyuarakan pendapat tetapi juga utk mendengarkan pendapat org lain dan karenanya kita mesti terbuka (kecuali mungkin dlm konteks diskusi ini masalah identitas diri) Jangan cepat menuduh, coba introspeksi diri, kemukakan fakta atau pandangan dgn jelas shg yg lain dpt memahami, bertanyalah dgn sopan, jangan memancing emosi bukankah omongan kita merupakan citra diri kita (kecuali kita adalah seorang munafik) "(Peace ORG, miranda_hnf@yahoo.co.uk , 20 Feb 2004 11:34 am)

Terimakasih saudara Peace Org di UK.

Baiklah.
Saya sudah beberapa kali bertemu dan berdiskusi dengan saudara Peace dari UK di ahmad.swaramuslim.net .

Tetapi sekarang saya ajak saudara Peace untuk ikut terlibat dengan para peserta diskusi mimbar bebas tentang Negeri Aceh dan referendum ini, walaupun di ahmad.swaramuslim.net diteruskan juga seperti biasa. Karena para peserta di mimbar bebas ini cukup terwakili misalnya dari pihak PDMD Aceh, ASNLF atau GAM, rakyat Aceh yang bukan anggota GAM, rakyat NKRI, rakyat Aceh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri, rakyat Aceh yang tinggal di Aceh, rakyat Aceh yang sudah melekat dengan NKRI, kelompok intelektual, mahasiswa, anggota TNI.

Seperti yang diungkapkan saudara Peace ini: "Saya rasa asumsi rakyat Aceh mendukung NKRI itu hanyalah angan2 saja maksudnya, tidaklah terbukti secara nyata kalaupun ada itu disumberkan dari berbagai upacara pernyataan kesetiaan kpd NKRI yg dimobilisasi oleh TNI-Polri beserta aparat kroni orba semacam Gubernur/Bupati dan Camat dgn berbagai ancaman/teror jika mereka tidak ikut upacara."

Memang saya sependapat dengan jalan pikiran saudara Peace ini. Mengapa ?. Karena memang konflik Aceh bukan baru berjalan satu atau dua tahun tetapi sudah lebih dari 50 tahun. Berarti sudah satu generasi berlalu, sekarang ditersukan dengan generasi kedua, dimana semangat generasi kedua inipun tidak kendor, dibanding dengan generasi pertama.

Jadi, selama pihak Pemerintah NKRI tidak mampu menyelesaikan pemecahan secara jujur, adil dan bijaksana, selama itu kemelut di Negeri Aceh akan terus berlangsung.

Semua orang bukan hanya yang di Aceh menginginkan tegaknya kedamaian. Tetapi untuk menegakkan kedamaian ini ternyata tidak mudah. Persoalannya adalah adanya berbagai faktor yang mempengaruhinya. Misalnya dari pihak NKRI yang didukung oleh TNI jelas sampai kapanpun tidak akan membiarkan Negeri Aceh lepas, walaupun secara fakta dan bukti, hukum dan sejarah Negeri Aceh itu diambil, dimasukkan, diduduki dan dijajah oleh NKRI sejak 14 Agustus 1950. Tetapi pihak TNI/POLRI dan sekarang Raider tidak melihat masalah sampai sejauh itu. Pihak TNI/POLRI hanya melihat keadaan sekarang, dengan harga apapun, Aceh tetap akan dipertahankan.

Padahal, pihak TNI/POLRI ini tidak perlu menentukan sekali dalam ruang lingkup kerja Eksekutif atau Pemerintah. Justru masalah harus lebih banyak dipecahkan secara politis dan musyawarah atau dialog tanpa melibatkan TNI/POLRI.

Keadaan sekarang, justru sebaliknya, dimana peranan TNI/POLRI sudah sedemikian mendalam dalam rung lingkup kerja Eksekutif atau Pemerintah. Sehingga Presiden Megawati hanyalah hampir sebagai simbol saja.

Terbukti ketika digagalkannya perundingan Joint Council Meeting (JCM) atau Pertemuan Dewan Bersama, antara pihak Pemerintah Republik Indonesia (PRI) dengan pihak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Tokyo pada tanggal 17-18 Mei 2003. Pihak Pemerintah NKRI memang sudah merancang sebelumnya bahwa perundingan Joint Council Meeting (JCM) atau Pertemuan Dewan Bersama harus gagal, dengan memasukkan point "GAM fully accepts the Special Autonomy status provided by the Nanggroe Aceh Darussalam Law within the framework of the unitary state of the Republic of Indonesia and consequently agrees not to seek the independence of Aceh; In this regard, GAM is committed to dropping the armed struggle; to disband the "Tentra Neugara Aceh", and to participate in the political process as stipulated in the COHA"

Padahal masalah "fully accepts the Special Autonomy status provided by the Nanggroe Aceh Darussalam Law within the framework of the unitary state of the Republic of Indonesia" bukan ASNLF atau GAM yang menentukan , tetapi melalui ungkapan pendapat rakyat Aceh lewat jalur musyawarah yang menyeluruh dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat Aceh dengan difasilitasikan oleh HDC di Aceh secara bebas dan aman dalam rangka membangun pemerintahan yang yang demokratis di Aceh dan untuk menelaah kembali elemen-elemen Undang-Undang NAD, sebagaimana yang disepakati dalam perundingan Penghentian Permusuhan Rangka Perjanjian Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Gerakan Acheh Merdeka, 9 Desember 2002 di Geneva.

Tetapi, karena memang pihak NKRI terutama yang disponsori oleh TNI dengan Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono Cs, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu yang menjadi motornya tidak menghendaki tegaknya kedamaian di negeri Aceh, maka perundingan Joint Council Meeting (JCM) atau Pertemuan Dewan Bersama, antara pihak Pemerintah Republik Indonesia (PRI) dengan pihak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Tokyo pada tanggal 17-18 Mei digagalkan.

Sebagai gantinya memang sudah dipersiapkan sebelumnya yaitu penetapan dasar hukum Keputusan Presiden RI nomor 28 tahun 2003 tentang pernyataan keadaan bahaya dengan tingkatan keadaan darurat militer di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang dikeluarkan pada tanggal 18 Mei 2003 dan diberlakukan pada tanggal 19 Mei 2003 .

Jadi, saya melihat konflik di Negeri Aceh justru karena terlalu dominan TNI dalam bidang Eksekutif, sehingga penyelesaian secara politik melalui dialog dan perundingan tidak sungguh-sungguh dijalankan.

Dan saya yakin bahwa karena peranan TNI sekarang begitu kuat dalam tubuh Pemrintah, maka Presiden Megawati memang sudah tidak berdaya menghadapi pihak TNI ini.

Jadi, kalau saya punya pikiran, karena pihak TNI inilah yang memang menghambat jalannya perdamaian, keadilan, keamanan di Negeri Aceh. Dengan alasan mempertahankan kedaulatan NKRI.

Itukan alasan yang dicari-cari saja, saya berani berdebat dengan pihak TNI, bahwa yang menjadi alasan bagi TNI untuk memepertahankan Negeri Aceh bukan karena ingin membela kedaulatan NKRI, tetapi lebih banyak karena masalah untuk taktik dan strategi milter saja. Dengan makin lamanya kemelut di Negri Aceh berlangsung makin kuat kedudukan TNI.

Jadi kasarnya, makin ribut di Aceh dan terus berkepanjangan, maka makin baik bisnis TNI. Artinya TNI terutama para Jenderalnya tidak akan kehilangan kerja dan penghasilan.

Coba saja saya ingin bertanya kepada KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, apakah benar yang saya katakan diatas ?

Karena saya yakin bahwa memang benar Negeri Aceh itu telah ditelan dan dicaplok melalui mulut Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 14 Agustus 1950 oleg Presiden RIS Soekarno dan diteruskan oleh NKRI setelah RIS dilebur menjadi NKRI yang dupertahankan sampai detik ini oleh Presiden Megawati atas tekanan dan dorongan TNI. Jadi sebenarnya tida ada alasan bagi TNI untuk terus berteriak siap mempertahankan Aceh dari bingkai NKRI. Toh, Negeri Aceh hanya hasil curian Soekarno pada 14 Agustus 1950.

Seterusnya saya juga setuju dengan apa yang ditulis saudara Peace: "Saya rasa klaim dari Sabang sampai Merauke itu memang terlalu mengada2 bukankah secara de-jure yg pak Karno klaim sebagai wilayah RI itu tidak termasuk Papua misalnya artinya, bukan sabang sampai Merauke, mungkin hanya sabang sampai Makasar"

Memang benar, Soekarno tidak mengklaim dari Sabang sampai Merauke ketika pembentukan Kabinet Pertama RI pada awal September 1945. Mengapa ? Karena Soekarno mengetahui bahwa untuk mengklaim dari Sabang sampai Merauke itu harus ditunjang dengan de-facto. Jadi mengapa saya mengatakan bahwa ketika Soekarno membentuk Kabinet pertama RI secara de-jure Pemerintah RI terbentuk, tetapi secara de-facto artinya wilayah daerah kekuasaan masih berada diatas kertas.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se
----------

Commented by: Peace ORG 20 Feb 2004 11:34 am
Ahmad.swaramuslim.net
miranda_hnf@yahoo.co.uk

Rasanya memang sulit utk berdiskusi dgn hati jernih, apalagi ini menyangkut harga diri, nasionalisme, martabat bangsa, dsb

Saya rasa sudah menjadi salah satu bagian dari diri manusia utk berpikir bahwa dia adalah benar, dan karenanya bisa menyalahkan orang lain, termasuk saya, pak ahmad, pak ditya, pak mirza, dll

Dlm diskusi hendaknya emosi ditahan, kepala didinginkan, hati jangan panas, dan senantiasa berusaha utk membuka diri, bukan hanya terhadap kritik pribadi, tetapi juga terhadap pola pikir dan pemahaman kita selama ini karena diskusi di samping sbg media kita utk menyuarakan pendapat tetapi juga utk mendengarkan pendapat org lain dan karenanya kita mesti terbuka (kecuali mungkin dlm konteks diskusi ini masalah identitas diri)

Jangan cepat menuduh, coba introspeksi diri, kemukakan fakta atau pandangan dgn jelas shg yg lain dpt memahami, bertanyalah dgn sopan, jangan memancing emosi bukankah omongan kita merupakan citra diri kita (kecuali kita adalah seorang munafik)

Peace Org

miranda_hnf@yahoo.co.uk
Inggris
----------

Commented by: Peace ORG 20 Feb 2004 11:34 am
Ahmad.swaramuslim.net
miranda_hnf@yahoo.co.uk

Saya rasa klaim dari Sabang sampai Merauke itu memang terlalu mengada2 bukankah secara de-jure yg pak Karno klaim sebagai wilayah RI itu tidak termasuk Papua misalnya artinya, bukan sabang sampai Merauke, mungkin hanya sabang sampai Makasar jadi jelas kalau ada orang yg bilang dari Sabang sampai Merauke itu hanya berangan2 saja atau mungkin terlalu terbuai dgn nyanyian 'dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau' sehingga menjadi yakinlah mereka bahwa RI itu ketika diproklamirkan memang meliputi wilayah dari Sabang sampai Merauke

Padahal lirik lagu itu sendirinya aslinya tidak spt itu, melaikan 'dari barat sampai ke timur berjajar pulau-pulau', jadi tidak jelas benar batas baratnya mana, batas timurnya mana karena memang sang penulis lagu itu juga menyadari bahwa pada awalnya yg dimaksud seluruh tumpah darah Indonesia itu secara de-jure bukanlah dari Sabang sampai Merauke

Peace Org

miranda_hnf@yahoo.co.uk
Inggris
----------

Commented by: Peace ORG on 20 Feb 2004 11:01 am
Ahmad.swaramuslim.net
miranda_hnf@yahoo.co.uk

Saya rasa asumsi rakyat Aceh mendukung NKRI itu hanyalah angan2 saja maksudnya, tidaklah terbukti secara nyata kalaupun ada itu disumberkan dari berbagai upacara pernyataan kesetiaan kpd NKRI yg dimobilisasi oleh TNI-Polri beserta aparat kroni orba semacam Gubernur/Bupati dan Camat dgn berbagai ancaman/teror jika mereka tidak ikut upacara.

Kalau menilik dari kasus SIRA-RAKAN, rasanya rakyat Aceh memang banyak yg menginginkan referendum, dan akan memilih berpisah dari NKRI hal ini juga tersirat dlm berbagai sanggahan yg diungkapkan oleh bapak2 yg berseberangan dgn pemikiran pak Ahmad Sudirman.

Mereka mengatakan bahwa jangankah di Aceh, kalau referendum dilaksanakan di daerah lain pun mereka juga akan memilih pisah dari NKRI yg memang sudah sangat parah kondisinya.

Hal demikian adalah wajar karena memang pemerintah RI selama ini sebenarnya tidaklah mampu utk mengurusi negara ini terlalu banyak masalah yg ditimbulkannya sehingga timbul pernyataan tadi 'kalau dilakukan referendum di berbagai daerah kemungkinan besar akan memilih utk pisah dari NKRI'

Namun demikian sesungguhnya itu semua masih angan2 saja karena secara riil dan bebas memang belum pernah dilakukan survey

Peace Org

miranda_hnf@yahoo.co.uk
Inggris
----------