Stockholm, 28 Februari 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

SUTARTO & RYACUDU JADIKAN ACEH SEBAGAI LABORATORIUM TEMPAT MEMBUNUH DAN MENUMPAS GAM & TNA
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

MAKIN JELAS KELIHATAN PANGLIMA TNI JENDERAL ENDRIARTONO SUTARTO, KASAD JENDERAL TNI RYAMIZARD RYACUDU, KAPOLRI DA'I BACHTIAR MENJADIKAN ACEH SEBAGAI LABORATORIUM TEMPAT MEMBUNUH DAN MENUMPAS GAM & TNA

"Untuk penyelesaian Aceh, mungkin saya setuju dengan pak Ahmad Sudirman yang mengatakan bahwa; " Presiden Megawati mencabut Keppres No.28/2003 & Keppres No.43/2003," dan kembali Pemerintah dan GAM ke meja perundingan, musyawarah, karena itu adalah wasiat dari undang-undang, juga Agama Islam. Ya kita saling memberikan alasan agar masyarkat Aceh mengerti mana yang harus mereka ikuti. Semua pihak harus berbesar hati, jangan panik. Bagaimana upaya untuk menghindari tumpah darah yang berkelanjutan dan akan mendapat kecaman dari berbagai negara terhadap Pemerintah NKRI. Terpulang kepada pak Ditya-lah atau pak Endang Suwarya, kalau anda punya niat baik terhadap orang Aceh, toh mereka juga bangsa kita. Saya hanya seorang manusia, yang kebetulan bukan lahir di Aceh, tapi kemanusiaan saya juga sama dengan mereka, tidak kurang dan tidak lebih! Juga demikian dengan pak Endang dan pak-pak yang lainnya diseluiruh nusantara!" (Puji Anto , puji50@hotmail.com , Fri, 27 Feb 2004 12:57:50 +0000)

"Anda dan TNI yang dhalim, yang datang ke Acheh untuk membunuh melakukan kedhaliman. Jadi, mengerti dulu arti dhalim sebelum anda katakan. Disini dapatlah kita lihat bahwa, tujuan TNI bukan untuk menegakkan hukum dan membantu masyarakat NKRI, tapi justru tukang peroboh hukum dan pembantu perusuh dan perusak masyarakat, pelindung para koruptor dan kejahatan lainnya. malu dong dengan diri sendiri. Sebetulnya anda ini pura-pura begok tapi memang begok betul!. Mengenai pernyataan TNI bahwa 5200 angota GAM telah ditangkap. Itu kan menurut laporan satu pihak, yaitu laporan versi TNI saja. bahkan sebahagian besar dari 5200 itu adalah masyarakat sipil, yang oleh TNI memaksa diri untuk menyatakan itu GAM, itu sipatisan GAM dan sebagainya. Itu kan versi koran TNI." (Muhammad Dahlan , tang_ce@yahoo.com , 27 februari 2004 11:23:07)

Baiklah saudara Muhammad Dahlan di Australia dan saudara Puji Anto di Sydney, Australia.

Memang bisa dimengerti kalau saudara Muhammad Dahlan begitu geram ketika Kolonel Laut Ditya Soedarsono mengatakan: "TNI bukan bunuh rakyat, tetapi rakyat mana yang memang perlu untuk dibunuh sekalipun. Tentunya mereka-mereka yang dzalim dan biadab! Kalau mau bunuh rakyat ngapain harus datang kehutan Aceh, masuk kerawa-rawa dan harus diserang oleh penyakit malaria bahkan sudah ada yang meninggal karena penyakit malaria inilho." (Ditya Soedarsono , dityaaceh_2003@yahoo.com , Fri, 27 Feb 2004 00:39:21 -0800 (PST))

Bahkan saya-pun menjawab atas kelantangan Kolonel Laut Ditya berkata demikian, dimana saya mengatakan: "Padahal yang sebenarnya mereka yang dzalim dan biadab adalah Presiden RIS Soekarno dan para penerusnya termasuk Kolonel Laut Ditya Soedarsono dan Mayjen TNI Endang Suwarya yang telah menelan, mencaplok, menduduki dan menjajah Negeri Aceh pada tanggal 14 Agustus 1950 melalui mulut Propinsi Sumatera Utara dengan menggunakan dasar hukum Peraturan Pemerintah RIS Nomor 21 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah Propinsi dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.5 tahun 1950 tentang pembentukan Propinsi Sumatera-Utara, tanpa mendapat persetujuan, kerelaan dan keikhlasan dari seluruh rakyat Aceh dan pemimpin rakyat Aceh."

Sedangkan saudara Muhammad Dahlan saking geramnya atas apa yang dikatakan oleh Kolonel Laut Ditya Soedarsono, mengatakan: "Anda dan TNI yang dhalim, yang datang ke Acheh untuk membunuh melakukan kedhaliman. Jadi, mengerti dulu arti dhalim sebelum anda katakan. Disini dapatlah kita lihat bahwa, tujuan TNI bukan untuk menegakkan hukum dan membantu masyarakat NKRI, tapi justru tukang peroboh hukum dan pembantu perusuh dan perusak masyarakat, pelindung para koruptor dan kejahatan lainnya. malu dong dengan diri sendiri."

Sebenarnya pihak Kolonel Laut Ditya Soedarsono dan Mayjen TNI Endang Suwarya tidak pantas mengatakan kepada pihak rakyat Aceh yang sudah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari Negara Pancasila atau NKRI dengan sebutan "mereka-mereka yang dzalim dan biadab". Karena akhirnya Kolonel Laut Ditya Soedarsono dan Mayjen TNI Endang Suwarya dikatakan juga "anda dan TNI yang dhalim, yang datang ke Acheh untuk membunuh melakukan kedhaliman" oleh saudara Muhammad Dahlan.

Jadi, sebenarnya kalau pihak Kolonel Laut Ditya Soedarsono dan Mayjen TNI Endang Suwarya berpikir lebih dahulu sebelum melontarkan kata-kata yang kurang pantas dan tidak wajar yang dikenakan kepada pihak rakyat Aceh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengatuh kekuasaan Negara Pancasila atau NKRI, tidaklah akan timbul balasan dari pihak orang yang dituduh dan mengena balik kepada diri Kolonel Laut Ditya Soedarsono dan Mayjen TNI Endang Suwarya.

Begitu juga mengenai data dan informasi yang ditulis oleh Kolonel Laut Ditya Soedarsono dan Mayjen TNI Endang Suwarya: "dari 4,2 Juta rakyat Aceh yang berpredikat GAM cuma 5.200 orang itupun setelah GAM memanfaatkan Nota kesepahaman dan jedah Kemanusiaan dan saat ini yang telah dilumpuhkan oleh TNI/Polri sebanyak 4.602 orang (1644 tewas, 1899 tertangkap, 1059 kembali ke NKRI) jadi hingga hari ini prakiraan pemberontak GAM sisa 598 orang (belum lagi yang sudah kabur keluar wilayah Aceh bahkan sembunyi di Jawa)".

Disipun kelihatan Kolonel Laut Ditya Soedarsono dan Mayjen TNI Endang Suwarya ingin menunjukkan data statistik biar rakyat NKRI dan rakyat Aceh percaya, bahwa anggota GAM hanya tinggal 598 orang dikurangi lagi oleh orang yang sudah kanur keluar wilayah Aceh.

Kemudian lagi yang paling lucu adalah 1059 orang kembali ke NKRI atau sekitar 20.4 % dari seluruh anggota GAM yang 5200 orang (versi Kolonel Laut Ditya Soedarsono dan Mayjen TNI Endang Suwarya)

Mengapa saya katakan lucu itu orang GAM yang 1059 orang dengan mudah kembali ke NKRI.
Justru saya jadi curiga orang-orang yang ditangkap oleh pihak Kolonel Laut Ditya Soedarsono dan Mayjen TNI Endang Suwarya jangan-jangan rakyat yang tidak tahu menahu tentang GAM, atau dipaksa ngaku, dan mengatakan "saya adalah GAM, kemudian dikasih imbalan". Lalu dimasukkan kedalam daftar statistik sambil diberi catatan: "anggota GAM telah kembali ke NKRI". Terus dimuat di pdmd-nad.info, biar seluruh rakyat di NKRI bersorak kegiarangan, ada angota GAM yang kemabli ke NKRI. Akhirnya setelah dihitung-hitung, eh, jumlahnya mencapai 1059 orang telah kembali ke NKRI.

Kemudian yang lebih lucu, itu sisa anggota GAM yang menurut Kolonel Laut Ditya Soedarsono dan Mayjen TNI Endang Suwarya berjumlah 598 orang dikurangi lagi oleh orang yang sudah kanur keluar wilayah Aceh. Tetapi, mengapa itu Raider terus ditambah dan dikirimkan secara bergilir, sudah berapa ribu pasukan Raider diturunkan ke daerah gerilya Aceh ditambah puluhan ribu pasukan yang sudah dikirimkan ke Negeri Aceh sejak 19 Mei 2003.

Atau mungkin seperti yang dikatakan oleh Kolonel Laut Ditya Soedarsono dan Mayjen TNI Endang Suwarya: "Kenapa TNI banyak karena bukan hanya mengejar GAM tetapi untuk memberi pengamanan kepada masyarakat, melaksanakan bhakti sosial, membantu penegakkan hukum, membantu pemantapan jalannya pemerintahan, amankan jalur transportasi baik darat maupun laut dll kalau saya sebutkan satu persatu ngak cukup milis ini data anda itu kalau anda kumpulin sejak awal memang benar, tetapi disamping ada yang datang juga ada yang pergi dalam rangka pencerahan kembali prajurit yang bertugas selama 6 bulan." (Ditya Soedarsono , dityaaceh_2003@yahoo.com , Fri, 27 Feb 2004 00:39:21 -0800 (PST))

Oh, rupanya itu prajurit yang dikirmkan ke Aceh sebagai suatu uasaha training bergilir, atau sebagai satu latihan di laboratorium. Jadi Negeri Aceh dan GAM dijadikan sebagai tempat laboratorium oleh TNI.

Jadi, rupanya itu Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto dan KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu telah menjadikan Negeri Aceh dan GAM bersama TNA sebagai tempat laboratorium prajurit-prajurit TNI dan Raider ini untuk dilatih membunuh dan menghantam TNA dan GAM.

Pantas saja, itu Negeri Aceh terus dijadikan tempat latihan para prajurit TNI dan Raider oleh Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto dan KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu.

Jadi memang betul dan masuk diakal, juga ada fakta dan buktinya bahwa Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, dan Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono tidak ingin di Negeri Aceh damai. Rupanya Negeri Aceh telah dijadikan tempat laboratorium bagi para prajurit TNI dan Raider dengan "Segala biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Keputusan Presiden ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam." (Keputusan Presiden RI nomor 28 tahun 2003 tentang pernyataan keadaan bahaya dengan tingkatan keadaan darurat militer di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Pasal 5)

Kalau memang pihak TNI terutama yang dimotori oleh Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, dan Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono ingin tetap mempertahankan Negeri Aceh untuk diduduki dan dijajah agar supaya bisa terus dijadikan sebagai tempat laboratorium para prajurit TNI dan Raider untuk melatih perang, membunuh dan menghantam TNA dan GAM, maka wajar apabila kalau ada usul untuk pencabutan Keputusan Presiden RI Nomor 28 tahun 2003 tentang pernyataan keadaan bahaya dengan tingkatan keadaan darurat militer di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Keputusan Presiden Republik Indonesia selaku Penguasa Darurat Militer Pusat Nomor 43 Tahun 2003 Tentang Pengaturan kegiatan Warga Negara Asing, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Jurnalis di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang ditetapkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 16 Juni 2003, selalu ditolak dan dikesampingkan oleh pihak TNI khususnya dari pihak Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, dan Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono.

Nah terakhir, saudara Puji Anto mengatakan: "Untuk penyelesaian Aceh, mungkin saya setuju dengan pak Ahmad Sudirman yang mengatakan bahwa; " Presiden Megawati mencabut Keppres No.28/2003 & Keppres No.43/2003," dan kembali Pemerintah dan GAM ke meja perundingan, musyawarah, karena itu adalah wasiat dari undang-undang, juga Agama Islam. Ya kita saling memberikan alasan agar masyarkat Aceh mengerti mana yang harus mereka ikuti. Semua pihak harus berbesar hati, jangan panik. Bagaimana upaya untuk menghindari tumpah darah yang berkelanjutan dan akan mendapat kecaman dari berbagai negara terhadap Pemerintah NKRI. Terpulang kepada pak Ditya-lah atau pak Endang Suwarya, kalau anda punya niat baik terhadap orang Aceh, toh mereka juga bangsa kita"

Tetapi kalau diperhatikan apa yang telah dan sedang dilakukan oleh pihak TNI yaitu Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, dan Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono di negeri Aceh, jelas usaha untuk mencapai perdamaian yang jujur, adil dan bijaksana akan susah dicapai.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad.swaramuslim.net
ahmad@dataphone.se
----------

From:Muhammad Dahlan <tang_ce@yahoo.com>
Date:27 februari 2004 11:23:07
To: Ditya Soedarsono dityaaceh_2003@yahoo.com
Cc: "reg. westpapua" <westpapua@topica.com>, indonemb@kbri.canberra.org.au, kompas@kompas.com, kontak_jp@jawapost.co.id, kontras_98@hotmail.com, koran@tempo.co.id, kutaradja@yahoo.com, awakaway@telkom.net, acsa@yahoogroups.com, ahmad_sudirman@hotmail.com
Subject:Re: BERTANYALAH SEBELUM ANDA SESAT DIJALAN...!!!!! MASALAH NURANI HANYA ALLAH YANG MAHA TAHU...!!!!

Untuk semuanya!

Saya setuju dengan mas Ditya, bahwa koruptor di jakarta lebih berbahaya bagi kehidupan bangsa NKRI dari pada para penuntut keadilan dan kebebasan dari penindasan kemanusiaan. seperti gerakan kemerdekaan Acheh, Papua, Maluku, Makasar, Lampung dan lain-lain.

Jadi sebetulnya, TNI urusin dulu kebejatan para pembesar-pembesar negara NKRI dan yang didukung oleh jendral-jendral TNI yang menelan hak-hak rakyat NKRI secara dhalim. Mereka juga dhalim yang harus dibunuh, tapi TNI tidak melakukannnya, sebab mereka sama-sama Jawa. Tapi bangsa Acheh Ditya katakan dhalim, sebab bukan jawa!

Anda dan TNI yang dhalim, yang datang ke Acheh untuk membunuh melakukan kedhaliman. Jadi, mengerti dulu arti dhalim sebelum anda katakan.

Disini dapatlah kita lihat bahwa, tujuan TNI bukan untuk menegakkan hukum dan membantu masyarakat NKRI, tapi justru tukang peroboh hukum dan pembantu perusuh dan perusak masyarakat, pelindung para koruptor dan kejahatan lainnya. malu dong dengan diri sendiri. sebetulnya anda ini pura-pura begok tapi memang begok betul!

Mengenai pernyataan TNI bahwa 5200 angota GAM telah ditangkap. Itu kan menurut laporan satu pihak, yaitu laporan versi TNI saja. bahkan sebahagian besar dari 5200 itu adalah masyarakat sipil, yang oleh TNI memaksa diri untuk menyatakan itu GAM, itu sipatisan GAM dan sebagainya. Itu kan versi koran TNI.

Hai Ditya, dunia ini sudah modern, janganlah anda selalu saja manipu dan memaksa kehendak sendiri. Kalau mau fair, berilah kesempatan kepada wartawan yang independen itu untuk memberikan dan membuat laporan. Atau badan independen lainnya. Kenapa TNI takut, kalau TNI benar, takut itu adalah bukti kesalahan.

Bagi GAM akan senang bila ada bandan independen untuk masuk Acheh, dan silakan memeriksa semua yang terjadi. Karena GAM merasa tidak melakukan kejahatan, GAM hanya menuntut hak liberalisasi mereka di atas tanah tumpah darah mereka sendiri. Jadi sekali lagi kenapa TNI takut untuk mangatakan yang sebenarnya?

Itulah pula tanda maksud TNI ke Acheh adalah untuk membunuh bangsa Acheh. Soal hukum syariat yang diberlakukan di Acheh. Itu kan kamuflase TNI saja agar ada alasan untuk menuduh bahwa bangsa Acheh tidak menerima otonomi.

Bangsa Acheh memang tidak pernah meminta otonomi, itu pemberian Jakarta, karena Jakarta merasa telah berbuat salah terhadap bangsa Acheh. Dari dulu bangsa Acheh tak pernah minta otonomi dari bangsa penjajah, baik itu belanda maupun penjajah NKRI.

Jadi janganlah syariat Islam dijadikan legitimasi untuk membunuh bangsa Acheh. Kamu berlaku dulu syari't Islam di Jawa, kalau kamu memang orang Islam. Kenapa bangsa Jawa boleh tidak bersyari'at Islam, dan bangsa Acheh kamu paksa. Ini sangat keliru, keliru bangat kata orang Jakarta. Ini kedhaliman abad ke 21, kedhaliman yang mewajibkan neraka jahannam. Jadi nerakalah balasannya bagi serdadu TNI yang terus-terusan membunuh bangsa Acheh. Bertaubatlah segera hai dhalimuuun, yang dengan sengaja ditugaskan untuk membunuh ke Acheh!

Muhammad Dahlan

tang_ce@yahoo.com
Australia
----------

From: "puji anto" <puji50@hotmail.com>
To: ahmad@dataphone.se, serambi_indonesia@yahoo.com
Cc: acsa@yahoogroups.com
Subject: RE: MEGAWATI CABUT KEPPRES NO.28/2003 & KEPPRES NO.43/2003, TNI DITARIK DARI ACEH, DITYA & ENDANG KELUAR DARI ACEH
Date: Fri, 27 Feb 2004 12:57:50 +0000

Assalamu'alaikum ww.

Bagi saya sih solusinya adalah;

1.Kita diciptakan oleh Tuhan adalah sama, tujuan hidup kita juga sama dan kita juga sama-sama mati; tidak TNI tidak rakyat biasa, tidak president atau anggota mpr, semua akan mati.

2.Jadi selama hidup, apakah itu TNI atau bukan, haruslah mengingat mati, yang pasti ada. Dengan demikian menjadi pacuan bagi siapa saja untuk berbuat baik kepada sesama, apakah itu kita senangi atau tidak kita senangi. Hingga terhadap binatangpun kita harus berbuat baik, demikian juga terhadap tumbuhan, kayu, hutan dan air sungai. janganlah kita rakus sehingga manjadi raja kayu, dan terus memusnahkan kayu-kayu.

3.Kalau ada maslah dan perselisihan, ya musyawarah-lah secara baik, hindari pembunuhan dan pertumpahan darah, apalagi sesama manusia.

4.Saya juga tidak setuju dengan pendekatan militer, apalagi mengarahkan semua alat perang untuk menghadpi segelintir bangsa kita yang tidak senang dengan pemerintah pusat. Inilah tantangan dan kritikan agar supaya mereka yang di pusat itu tidak menyeleweng, tidak rakus, tidak menjadi lebih bejat dari binatang. Mereka harus introspeksi diri, mereka jangan berlagak suci.Lihat saja harimau, macan kata orang sunda. kalau dia telah mengejar seekor rusa, maka semua anggota harimau dapat menikmatinya, tidak ada yang rakus dan tidak saling menghantam.

Walaupun bagaimana laparnya sang macan, mereka tidak pernah saling membunuh.Tapi apa yang terjadi sekarang, saya melihat anggota TNI lebih parah dari keluarga macan, lihat saja apa yang sedang terjadi di Aceh, di Irian, di Poso, di Ambon, mereka agt TNI datang ke sana dengan muka yang telah di coreng agar tidak ketahuan siapa, maka mereka siap menelan siapa saja yang mereka curigai. Adakah pasal dalam Undang-undang, bahwa setiap pemberontak harus dibunuh?

5.Untuk penyelesaian Aceh, mungkin saya setuju dengan pak Ahmad Sudirman yang mengatakan bahwa; " Presiden Megawati mencabut Keppres No.28/2003 & Keppres No.43/2003," dan kembali Pemerintah dan GAM ke meja perundingan, musyawarah, karena itu adalah wasiat dari undang-undang, juga Agama Islam. Ya kita saling memberikan alasan agar masyarkat Aceh mengerti mana yang harus mereka ikuti. Semua pihak harus berbesar hati, jangan panik.

6.terakhir adalah, bagaimana upaya untuk menghindari tumpah darah yang berkelanjutan dan akan mendapat kecaman dari berbagai negara terhadap Pemerintah NKRI. Terpulang kepada pak Ditya-lah atau pak Endang Suwarya, kalau anda punya niat baik terhadap orang Aceh, toh mereka juga bangsa kita. Saya hanya seorang manusia, yang kebetulan bukan lahir di Aceh, tapi kemanusiaan saya juga sama dengan mereka, tidak kurang dan tidak lebih! Juga demikian dengan pak Endang dan pak-pak yang lainnya diseluiruh nusantara!
Kita semua akan mati!

Terimaksih.

Puji Anto

puji50@hotmail.com
Sydney, Australia
----------