Stockholm, 8 Maret 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

ARIE SOEDEWO ITU RAKYAT ACEH YANG SADAR UNTUK MENENTUKAN NASIB SENDIRI BUKAN RAKYAT KARDUS
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

PERLU DIKETAHUI OLEH ARIE SOEDEWO BAHWA RAKYAT ACEH YANG SADAR UNTUK MENENTUKAN NASIB SENDIRI BUKAN RAKYAT KARDUS

"Yah kalau dipikir kasihan juga pak Ditya ngadepin orang-orang yang bisa ngoceh saja. Dengan dalil dan kemasan macam2, belum tentu orang orang tersebut bila datang ke Aceh akan disambut sebagai pahlawan sesuai harapan dia cuma berani omong di media ini saja tak lebih seperti provokator. Enak2 di luar negri, cobalah datang ke Aceh perang beneran siapa sih yang menang. Itu yang bener. Berkelahi nggak berani, cuma bisa nulis. Kelamaan bikin banyak korban nggak usah dilayani Dit mereka juga manusia kardus, kok." (Arie Soedewo , arie_wo@yahoo.com , Mon, 8 Mar 2004 07:31:30 -0800 (PST))

"Ditya ngapain ngurusin orang orang ini lebih baik wudu sembahyang. Ngomong kok tidak selesai selesai mereka ini provokator yang berani cuma ditulisan. Coba datang ke Aceh kita damai2 aja jangan cuma nulis dari luar negeri." (Arie Soedewo , arie_wo@yahoo.com , Mon, 8 Mar 2004 07:43:11 -0800 (PST))

Terimakasih saudara Arie Soedewo kalau saya tidak salah saudara Arie tinggal di Jakarta, Indonesia. Kalau salah mohon dibetulkan.

Sebelum saya memberikan tanggapan terhadap apa yang telah ditulis oleh saudara Arie Soedewo ini, terlebih dahulu saya, Ahmad Sudirman, pengasuh mimbar bebas tentang referendum, penjajahan di Negeri Aceh oleh NKRI, dan kenyataan yang terjadi di Aceh dan di Nusantara lainnya, mengucapkan selamat datang di mimbar bebas ini dan selamat berdiskusi dan berdebat dalam rangka mencari jalan penyelesaian konflik di Aceh melalui referendum.

Saudara Arie Soedewo, sebagaimana yang telah dijelaskan kepada seluruh rakyat di NKRI dan di Negeri Aceh, bahwa Negeri Aceh yang diambil oleh Presiden RIS Soekarno pada tanggal 14 Agustus 1950 melalui Propinsi Sumatera Utara satu hari sebelum RIS dilebur menjadi NKRI pada tanggal 15 Agustus 1950 dengan cara menetapkan dasar hukum Peraturan Pemerintah RIS No. 21 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah Propinsi dan PERPU No.5 tahun 1950 tentang pembentukan Propinsi Sumatera-Utara, tanpa mendapat persetujuan, kerelaan dan keikhlasan dari seluruh rakyat Aceh dan pemimpin rakyat Aceh.

Nah, Negeri Aceh yang telah dijajah sejak awal oleh Soekarno inilah yang sekarang terus dipertahakankan oleh pihak NKRI atau Negara RI atau Negara RI-Jawa-Yogya khususnya oleh Presiden Megawati, Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono Cs, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) Da'i Bachtiar, dan Penguasa Darurat Militer Daerah Aceh Mayjen TNI Endang Suwarya, dan Komandan Satuan Tugas Penerangan (Dansatgaspen) PDMD Kolonel Laut Ditya Soedarsono di Negeri Aceh.

Nah, dari pihak rakyat Aceh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara Pancasila atau NKRI akan terus berjuang untuk mendapatkan kembali Negeri Aceh yang telah ditelan, diduduki dan dijajah oleh pihak NKRI ini.

Tentu, saja, taktik dan strategi perjuangan rakyat Aceh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara Pancasila atau NKRI, telah terarah misi, dan tujuannya, yaitu mencapai kemerdekaan Negara Aceh dengan mengharap keridhaan Allah SWT. Dimana pihak ASNLF atau GAM telah menyusun taktik strategi di dalam maupun diluar Negeri Aceh. Begitu juga pihak TNA telah menyusun taktik dan strategi di dalam Negeri Aceh.

Karena itu perjuangan rakyat Aceh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara Pancasila atau NKRI telah memiliki arah, tujuan, misi yang jelas dan terang yaitu menuju kemerdekaan Negeri Aceh dengan mengharap keridhaan Allah SWT.

Nah sekarang, kalau saudara Arie Soedewo mengatakan: "orang-orang yang bisa ngoceh saja. Dengan dalil dan kemasan macam2, belum tentu orang orang tersebut bila datang ke Aceh akan disambut sebagai pahlawan sesuai harapan dia cuma berani omong di media ini saja tak lebih seperti provokator."

Jelas, saudara Arie, karena sekarang di Negeri Aceh sedang dijajah oleh pihak NKRI yang disponsori oleh Presiden Megawati, Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono Cs, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) Da'i Bachtiar, dan Penguasa Darurat Militer Daerah Aceh Mayjen TNI Endang Suwarya, dan Komandan Satuan Tugas Penerangan (Dansatgaspen) PDMD Kolonel Laut Ditya Soedarsono. Ditambah dengan diberlakukan dasar hukum Keputusan Presiden RI nomor 28 tahun 2003 tentang pernyataan keadaan bahaya dengan tingkatan keadaan darurat militer di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang dikeluarkan pada tanggal 18 Mei 2003 dan diberlakukan pada tanggal 19 Mei 2003 yang telah diperpanjang pada 19 November 2003 dan Keputusan Presiden Republik Indonesia selaku Penguasa Darurat Militer Pusat Nomor 43 Tahun 2003 Tentang Pengaturan kegiatan Warga Negara Asing, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Jurnalis di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang ditetapkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 16 Juni 2003, maka pihak rakyat Aceh yang telah diduduki dan dipaksa untuk mengakui NKRI tidak akan mungkin menganggap rakyat Aceh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara Pancasila atau NKRI sebagai pembela atau pahlawan yang memperjuangkan Negeri Aceh yang dijajah NKRI agar segera merdeka.

Dan tentu saja, rakyat Aceh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara Pancasila atau NKRI yang sekarang sedang memberikan penjelasan dan keterangan tentang fakta dan bukti, dasar hukum dan sejarah Negeri Aceh yang ditelan, dicaplok, diduduki, dan dijajah oleh NKRI dalam rangka menghadapi penjajah NKRI yang disponsori oleh Presiden Megawati, Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono Cs, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) Da'i Bachtiar, dan Penguasa Darurat Militer Daerah Aceh Mayjen TNI Endang Suwarya, dan Komandan Satuan Tugas Penerangan (Dansatgaspen) PDMD Kolonel Laut Ditya Soedarsono, jelas rakyat Aceh tersebut bukan provokator. Justru, para provokator, adalah mereka yang telah mempertahankan hasil pendudukan, penjajahan, dan rampokan Soekarno dengan mempergunakan berbagai kekerasan senjata seperti yang dilakukan oleh TNI/POLRI/RAIDER sekarang di Negeri Aceh, itulah yang dinamakan provokator, termasuk juga saudara Arie Soedewo ini.

Selanjutnya, jelas, rakyat Aceh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara Pancasila atau NKRI, tidak bisa lagi ditipu oleh pihak Presiden Megawati, Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono Cs, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) Da'i Bachtiar, dan Penguasa Darurat Militer Daerah Aceh Mayjen TNI Endang Suwarya, dan Komandan Satuan Tugas Penerangan (Dansatgaspen) PDMD Kolonel Laut Ditya Soedarsono.

Saya akan datang ke Indonesia:

Pertama, setelah dicabut Keputusan Presiden RI nomor 28 tahun 2003 tentang pernyataan keadaan bahaya dengan tingkatan keadaan darurat militer di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang dikeluarkan pada tanggal 18 Mei 2003 dan diberlakukan pada tanggal 19 Mei 2003 dan Keputusan Presiden Republik Indonesia selaku Penguasa Darurat Militer Pusat Nomor 43 Tahun 2003 Tentang Pengaturan kegiatan Warga Negara Asing, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Jurnalis di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang ditetapkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 16 Juni 2003.

Kedua, setelah diberikan kebebasan kepada seluruh rakyat Aceh untuk menentukan dan memberikan suaranya YA atau TIDAK untuk menentukan nasib mereka sendiri bebas di Negeri Aceh.

Jelas, saudara Arie Soedewo, saya tidak bisa ditipu oleh Presiden Megawati, Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono Cs, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) Da'i Bachtiar, dan Penguasa Darurat Militer Daerah Aceh Mayjen TNI Endang Suwarya, dan Komandan Satuan Tugas Penerangan (Dansatgaspen) PDMD Kolonel Laut Ditya Soedarsono untuk datang ke Aceh, sebelum kedua syarat tersebut diatas dilakukan oleh pihak NKRI.

Untuk menghadapi serangan dan gempuran TNI/POLRI/RAIDER di Negeri Aceh jelas, pihak TNA dengan perang gerilya dan perang modernnya. Kalau saudara Arie Soedewo tidak tahu apa itu perang modern ? Silahkan tanyakan kepada KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu.

Jelas, rakyat Aceh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara Pancasila atau NKRI adalah bukan manusia kardus. Tetapi, mereka adalah orang Aceh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan NKRI yang siap menghadapi Presiden Megawati, Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono Cs, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) Da'i Bachtiar, dan Penguasa Darurat Militer Daerah Aceh Mayjen TNI Endang Suwarya, dan Komandan Satuan Tugas Penerangan (Dansatgaspen) PDMD Kolonel Laut Ditya Soedarsono termasuk saudara Arie Soedewo.

Jelas, bagi rakyat Aceh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara Pancasila atau NKRI tidak ada itu istilah damai sebelum pelaksanaan penentuan nasib sendiri melalui cara jajak pendapat atau referendum bagi seluruh rakyat Aceh di Negeri Aceh dilaksanakan guna menetapkan sikap dan memberikan suara YA bebas dari NKRI atau TIDAK bebas dari NKRI.

Karena, memang benar pihak NKRI khususnya pihak Presiden Megawati, Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono Cs, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) Da'i Bachtiar, dan Penguasa Darurat Militer Daerah Aceh Mayjen TNI Endang Suwarya, dan Komandan Satuan Tugas Penerangan (Dansatgaspen) PDMD Kolonel Laut Ditya Soedarsono, Menlu Noer Hassan Wirajuda, Ketua DPR Akbar Tandjung, Ketua MPR Amien Rais, dan Ketua Komisi I DPR Ibrahim Ambong telah melanggar apa yang telah tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu " Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan".

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad.swaramuslim.net
ahmad@dataphone.se
----------

Date: Mon, 8 Mar 2004 07:43:11 -0800 (PST)
From: arie soedewo arie_wo@yahoo.com
Subject: Re: DITYA & ENDANG JANGAN MENGADU DOMBA SUKU SUNDA DAN SUKU ACEH
To: Ahmad Sudirman ahmad@dataphone.se

Ditya ngapain ngurusin orang orang ini lebih baik wudu sembahyang. Ngomong kok tidak selesai selesai mereka ini provokator yang berani cuma ditulisan. Coba datang ke Aceh kita damai2 aja jangan cuma nulis dari luar negeri.

Arie Soedewo

arie_wo@yahoo.com
Jakarta, Indonesia
----------

Date: Mon, 8 Mar 2004 07:31:30 -0800 (PST)
From: arie soedewo arie_wo@yahoo.com
Subject: Re: manusia kardus
To: Ahmad Sudirman ahmad@dataphone.se

Yah kalau dipikir kasihan juga pak Ditya ngadepin orang-orang yang bisa ngoceh saja. Dengan dalil dan kemasan macam2, belum tentu orang orang tersebut bila datang ke Aceh akan disambut sebagai pahlawan sesuai harapan dia cuma berani omong di media ini saja tak lebih seperti provokator. Enak2 di luar negri, cobalah datang ke Aceh perang beneran siapa sih yang menang. Itu yang bener. Berkelahi nggak berani, cuma bisa nulis. Kelamaan bikin banyak korban nggak usah dilayani Dit mereka juga manusia kardus, kok.

Arie Soedewo

arie_wo@yahoo.com
Jakarta, Indonesia
----------