Stockholm, 17 Maret 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

MIRZA & JAYADI MENGEKOR BUNTUT MEGAWATI, SUTARTO, BACHTIAR, HENDROPRIYONO, AMIEN & AKBAR
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

JELAS TEUKU MIRZA & JAYADI KAMRASYID MENGEKOR BUNTUT MEGAWATI, ENDRIARTONO SUTARTO, RYAMIZARD RYACUDU, DA'I BACHTIAR, AM HENDROPRIYONO, AMIEN RAIS & AKBAR TANDJUNG

"Apapun yang diomongkan oleh Sudirman, kondisi lapangan sekarang jauh menjadi lebih kondusif, saudara-sudara kita orang Transmigrasi sudah mulai kembali ke tempatnya masing-masing dan mulai kembali mengerjakan lahan pertaniannya. ekonomi masyarakat pedesaan mulai berderak kembali artinya Operasi Militer kali ini memiliki nilai positif bagi kesejateraan masyarakat Aceh sangat berbeda dengan Opresi jidid sebelumnya artinya ada perubahaan paradigma signifikan dari TNI dalam penyelesaian masalah Aceh. Dalam penilaian kami Pak Endang juga orang yang lurus jauh dari kepentingan pribadi. Bagi kami, bualan Sudirman tidak ada artinya sama sekali, ibarat gonggongan anjing di tengah padang tidak akan memberikan nilai positif bagi masyarakat Aceh dan juga tidak akan merugikan juga bagi masyarakat Aceh karena bualannya. Bagi kita semua, waktu adalah suatu hal yang sangat berharga, namun bagi sudirman ini, hidupnya dari tunjangan pemerintah Swedia, jadi makan tidur baginya bukan masalah, nah karena itu dia nulis sampah antah berantah tentu tidak ada persoalan baginya karena waktunya baginya bukanlah constraint nulis yang bukan-bukan baginya lebih bernilai baginya dari pada makan tidur bukan ?" (Teuku Mirza , teuku_mirza2000@yahoo.com , Tue, 16 Mar 2004 20:46:37 -0800 (PST))

"Ahmad Sudirman seorang propokator yang tidak menginginkan Aceh yang damai. Kita dihadapkan pada pilihan: antara rakyat Aceh atau propokator." (Jayadi Kamrasyid , JKamrasyid@aol.com , Tue, 16 Mar 2004 21:52:41 EST)

Baiklah saudara Jayadi Kamrasyid dii USA dan Teuku Mirza di Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Kembali perhatikan dan lihat oleh seluruh rakyat di NKRI dan seluruh rakyat di Negeri Aceh.

Bagaimana itu Teuku Mirza dari Universitas Indonesia yang sudah menggelupur menghadapi Ahmad Sudirman yang telah menjelaskan dan menerangkan tentang pendudukan dan penjajahan Negeri Aceh oleh Soekarno yang dimulai oleh RIS pada tanggal 14 Agustus 1950 dan diteruskan oleh NKRI pada tanggal 15 Agustus 1950 dan dipertahankan sampai detik sekarang ini oleh Presiden Megawati Soekarnoputri dari PDIP.

Coba perhatikan apa yang dikatakan oleh Teuku Mirza ini: "Bagi kami, bualan Sudirman tidak ada artinya sama sekali, ibarat gonggongan anjing di tengah padang tidak akan memberikan nilai positif bagi masyarakat Aceh dan juga tidak akan merugikan juga bagi masyarakat Aceh karena bualannya"

Jelas, karena memang itu Teuku Mirza tidak mampu lagi mempertahankan pendudukan dan penjajahan Negeri Aceh secara fakta dan bukti, dasar hukum dan sejarah.

Mana ada, saya perhatikan dari semua jawaban dan tanggapan Teuku Mirza terhadap tulisan-tulisan saya sebelum ini, tidak ada sedikitpun menyinggung fakta dan bukti, dasar hukum dan sejarah yang isinya menyanggah dan membantah perampasan, pengambilan, penelanan, pencaplokan, pendudukan dan penjajahan Negeri Aceh oleh Soekarno pada tanggal 14 Agustus 1950.

Yang ada hanyalah tanggapan dan jawaban Teuku Mirza seperti ini: "bualan Sudirman tidak ada artinya sama sekali, ibarat gonggongan anjing di tengah padang tidak akan memberikan nilai positif bagi masyarakat Aceh".

Jelas, Teuku Mirza, rakyat Aceh sekarang sudah menyadari bahwa memang benar itu Negeri Aceh dirampas, diduduki dan dijajah oleh pihak Soekarno dengan RIS, NKRI dan Negara RI atau Negara RI-Jawa-Yogya berwajah baru.

Teuku Mirza, rakyat Aceh sekarang sudah memahami dan mengerti atas semua penipuan, akal bulus, dan penjajahan terhadap rakyat Aceh dan Negeri Aceh. Rakyat Aceh, sekarang tidak bisa lagi dibohongi, apalagi dengan Pemilu 5 April 2004 di Negeri Aceh ini yang jelas-jelas sebagai akal bulus dan alat tipu yang dijalankan oleh pihak NKRI dibawah Presiden Megawati, Ketua MPR Amien Rais dan Ketua DPR Akbar Tandjung.

Selanjutnya, Teuku Mirza mengatakan: "Bagi kita semua, waktu adalah suatu hal yang sangat berharga, namun bagi sudirman ini, hidupnya dari tunjangan pemerintah Swedia, jadi makan tidur baginya bukan masalah, nah karena itu dia nulis sampah antah berantah tentu tidak ada persoalan baginya karena waktunya baginya bukanlah constraint".

Eh, Teuku Mirza, darimana Teuku mendapatkan informasi bahwa Ahmad Sudirman hidupnya dari tunjangan Pemerintah Swedia ?

Jangan mengarang seenaknya, Teuku Mirza. Itu Ahmad Sudirman justru yang membayar pajak pendapatannya sebanyak 30 persen ke kas Pemerintah Kerajaan Swedia. Memang besar Ahmad Sudirman membayar pajak pendapat ke kas Pemerintah Swedia. Bukan seperti Teuku Mirza. Entah berapa besar membayar pajak ke kas NKRI.

Jelas, Teuku Mirza, Ahmad Sudirman telah membagi waktu. 30 % kerja untuk perusahaan sendiri, 30 % kerja untuk perusahaan orang lain, 20 % kerja untuk di rumah, 10 % untuk kegiatan sosial, masyarakat dan politik di Swedia, dan 10 % kerja untuk membantu, menyokong, mendukung rakyat Aceh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiribebas dari pengaruh kekuasaan Negara Pancasila atau NKRI dan tentu saja menulis tanggapan untuk Teuku Mirza yang sudah mengelupur dalam usaha membela Presiden Megawati dari PDIP-nya agar tetap bisa menjajah Negeri Aceh.

Nah, itulah pembagian waktu yang saya lakukan. Jadi bukan hanya "makan tidur" seperti yang dituliskan oleh Teuku Mirza.

Soal keuangan, jangan khawatir, saya tidak perlu batuan sosial dari Pemerintah Swedia. Justru sebaliknya, saya membantu Pemerintah Swedia dengan membayar pajak yang berjuta-juta rupiah perbulannya yang besar pajaknya lebih besar dari gajih Menteri di NKRI.

Soal menulis tanggapan, jangan khawatir, semua tanggapan sudah dipersiapkan dan ada dalam pikiran saya, tinggal menuliskannya. Jangan khawatir, Teuku Mirza.

Selanjutnya, Teuku Mirza mengatakan: "kondisi lapangan sekarang jauh menjadi lebih kondusif, saudara-sudara kita orang Transmigrasi sudah mulai kembali ke tempatnya masing-masing dan mulai kembali mengerjakan lahan pertaniannya. ekonomi masyarakat pedesaan mulai berderak kembali artinya Operasi Militer kali ini memiliki nilai positif bagi kesejateraan masyarakat Aceh sangat berbeda dengan Opresi jidid sebelumnya artinya ada perubahaan paradigma signifikan dari TNI dalam penyelesaian masalah Aceh. Dalam penilaian kami Pak Endang juga orang yang lurus jauh dari kepentingan pribadi."

Coba perhatikan oleh seluruh rakyat di NKRI dan seluruh rakyat di Negeri Aceh.

Situasi dan kondisi di Negeri Aceh seperti yang dituliskan oleh Teuku Mirza, yaitu :"orang Transmigrasi sudah mulai kembali ke tempatnya masing-masing dan mulai kembali mengerjakan lahan pertaniannya. Operasi Militer kali ini memiliki nilai positif bagi kesejateraan masyarakat Aceh."

Nah, kelihatan disini Teuku Mirza menutupi fakta dan bukti sebenarnya mengenai pelaksanaan dasar hukum Keputusan Presiden RI nomor 28 tahun 2003 tentang pernyataan keadaan bahaya dengan tingkatan keadaan darurat militer di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang dikeluarkan pada tanggal 18 Mei 2003 dan diberlakukan pada tanggal 19 Mei 2003, serta telah diperpanjang pada 19 November 2003 dengan pengiriman lebih dari 50 000 serdadu TNI/POLRI/RAIDER ke Negeri Aceh.

Wah, memang kekuatan Keppres No.28/2003 inilah yang dijadikan dasar hukum untuk melumpuhkan, melemahkan, menghancurkan, dan menjadikan negeri Aceh tetap dalam genggaman militer dengan senjatanya agar kelangsungan penjajahan di Negeri Aceh tetap terlaksana.

Tetapi, kalau Teuku Mirza yang melihat itu kekuatan dasar hukum Keppres No.28/2003 ini terlihat seperti pembawa "kesejateraan masyarakat Aceh.".

Eh, Teuku Mirza, apakah Teuku ketika membuat tulisan ini sadar atau tidak ?

Coba perhatikan oleh seluruh rakyat di NKRI dan di Negeri Aceh.
Teuku Mirza mengatakan: "Keppres No.28/2003 membawa nilai positif bagi kesejateraan masyarakat Aceh.".

Entah mimpi apa Teuku Mirza sebelum memberikan tanggapan kepada saya ini.

Kalau itu "Keppres No.28/2003 membawa nilai positif bagi kesejateraan masyarakat Aceh", tidaklah perlu mengirimkan lebih dari 50 000 serdadu Angkatan Darat, Laut, Udara, POLRI, Raider ke Negeri Aceh. Dan tidaklah perlu menghabiskan dana Anggaran Pendapatan dan Belanda Negara Pusat dan Daerah untuk dipakai biaya penghancuran Negeri Aceh dan penekanan serta pembunuhan rakyat Aceh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan negara Pancasila atau NKRI.

Eh, Teuku Mirza, konflik Aceh adalah bisnis TNI/POLRI/RAIDER. Itu bisnis Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) Da'i Bachtiar, Kepala Badan Intelijen Negara AM Hendropriyono, KASAL Laksamana TNI Bernard Kent Sondakh, dan KASAU Marsekal TNI Chappy Hakim dengan menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Pusat dan Daerah Aceh.

Teuku Mirza, itu TNI/POLRI/RAIDER bersama Presiden Megawati cs, Ketua MPR Amien rais dan Ketua DPR Akbar Tandjung ynag terus menipu dan membohongi rakyat di NKRI dan rakyat di Negeri Aceh dengan penerapan alat tipu dasar hukum Keppres No.28/2003 dan Keppres No.43/2003 di Negeri Aceh.

Selanjutnya apa yang dikatakan oleh Teuku Mirza: "dalam penilaian kami Pak Endang juga orang yang lurus jauh dari kepentingan pribadi".

Wah, kalau Penguasa Darurat Militer Daerah Aceh Mayjen TNI Endang Suwarya asal Sunda ini dipuji oleh Teuku Mirza, makin merajalela saja kerja itu Mang Endang di Negeri Aceh.

Padahal Mang Endang ini telah diperalat oleh itu Presiden Megawati cs plus itu yang namanya Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto dan KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu.

Teuku Mirza, itu Mayjen TNI Endang Suwarya telah terlibat dan memang dilibatkan dalam bisnis Aceh ini.

Tetapi oleh Teuku Mirza dikatakan: "dalam penilaian kami Pak Endang juga orang yang lurus jauh dari kepentingan pribadi".

Memang saya menyadari mengapa Teuku Mirza mengatakan demikian kepada Mang Endang ? Karena memang hidung Teuku Mirza itu sudah ditarik oleh Presiden Megawati cs plus itu yang namanya Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto dan KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu untuk diadukan dan dipukulkan kedepan muka rakyat Aceh sendiri.

Nah sekarang saya tinggalkan Teuku Mirza untuk seterusnya, saya akan jumpai saudara Jayadi Kamrasyid di USA.

Dimana saudara Jayadi ini mengatakan: Ahmad Sudirman seorang propokator yang tidak menginginkan Aceh yang damai. Kita dihadapkan pada pilihan: antara rakyat Aceh atau propokator."

Wah, bagaimana saudara Jayadi ini. Orang yang memberikan penjelasan dan keterangan yang benar berdasarkan fakta dan bukti, dasar hukum dan sejarah yang dibuat oleh pihak Pemerintah NKRI sendiri dikatakan sebagai provokator.

Eh, coba berpikir saudara Jayadi Kamrasyid sebelum berdebat di mimbar bebas ini?

Tidak ada itu yang dinamakan provokator di mimbar bebas ini. Semuanya bebas untuk menyuarakan masalah referendum, Negeri Aceh yang dijajah oleh NKRI dan masalah yang menyangkut keadaan di Negeri Aceh dan Nusantara lainnya.

Jangan ikut-ikutan bagai burung beo mengekor pada buntut para penerus Soekarno di NKRI, seperti Presiden Megawati, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) Da'i Bachtiar, Kepala Badan Intelijen Negara AM Hendropriyono, KASAL Laksamana TNI Bernard Kent Sondakh, dan KASAU Marsekal TNI Chappy Hakim.

Justru yang menjadi provokator itu adalah dimulai dengan Soekarno, diteruskan oleh Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid dan sekarang dilanjutkan oleh Presiden Megawati bersama TNI/POLRI-nya.

Mereka-mereka itu provokator ulung, walaupun itu Presiden Megawati banyak diamnya, tetapi gerak-geriknya dan janji-janji muluknya tidak ubahnya bagai provokator ulung di NKRI.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad.swaramuslim.net
ahmad@dataphone.se
----------

Date: Tue, 16 Mar 2004 20:46:37 -0800 (PST)
From: teuku mirza teuku_mirza2000@yahoo.com
Subject: Re: JAYADI HARUS TAHU ITU "MR BIG" YUDHOYONO TIDAK MAMPU BERDEBAT LAWAN AHMAD SUDIRMAN SOAL ACEH
To: dobing <dobing@telkom.net>, Ahmad Sudirman <ahmad@dataphone.se>, Ditya Soedarsono <dityaaceh_2003@yahoo.com>, PKB <pkb.indo@mailcity.com>,Hassan Wirajuda <hassan.wirajuda@ties.itu.int>,Megawati <megawati@gmx.net>, Al Chaidar <alchaidar@yahoo.com>,rimueng_acheh@yahoo.com, koransp@suarapembaruan.com

Orang yang menghargai waktu pasti akan sia-sia kalo harus berbicara sama orang sinting. Kualitas tulisan ahmad sudirman tak lebih copy/cut and paste dari tulisan sebelum dan diulang-ulang sehingga mual setaip pembacanya.

Apapun yang diomongkan oleh sudirman, kondisi lapangan sekarang jauh menjadi lebih kondusif, saudara-sudara kita orang Transmigrasi sudah mulai kembali ke tempatnya masing-masing dan mulai kembali mengerjakan lahan pertaniannya. ekonomi masyarakat pedesaan mulai berderak kembali artinya Operasi Militer kali ini memiliki nilai positif bagi kesejateraan masyarakat Aceh sangat berbeda dengan Opresi jidid sebelumnya artinya ada perubahaan paradigma signifikan dari TNI dalam penyelesaian masalah Aceh. Dalam penilaian kami Pak Endang juga orang yang lurus jauh dari kepentingan pribadi.

Bagi kami, bualan Sudirman tidak ada artinya sama sekali, ibarat gonggongan anjing di tengah padang tidak akan memberikan nilai positif bagi masyarakat Aceh dan juga tidak akan merugikan juga bagi masyarakat Aceh karena bualannya.

Saat ini masyarakat Aceh tau siapa gerombolan mereka ? buat apa konflik ini mereka ciptakan.

Bagi kita semua, waktu adalah suatu hal yang sangat berharga, namun bagi sudirman ini, hidupnya dari tunjangan pemerintah swedia, jadsi makan tidur baginya bukan masalah, nah karena itu dia nulis sampah antah berantah tentu tidak ada persoalan baginya karena waktunya baginya bukanlah constraint nulis yang bukan-bukan baginya lebih bernilai baginya dari pada makan tidur bukan ?

Semestinya dengan tunjangan sosial yang diberikan pemerintah, seharusnya dia beribadah lebih baik untuk mengharus dosa-dosanya sebagai seorang provokator kelas tempe !

Saudara Ahmad Sudirman, omongan Anda tidak bermanfaat bagi siapapun dan tidak didengar oleh siapapun, sejuta kali pun anda katakan tidak akan berubah kondisi Aceh kerana tulisan Anda.

Teuku Mirza

teuku_mirza2000@yahoo.com
teuku_mirza@hotmail.com
Universitas Indonesia
Jakarta, Indonesia
----------

From: JKamrasyid@aol.com
Date: Tue, 16 Mar 2004 21:52:41 EST
Subject: Re: JAYADI HARUS TAHU ITU "MR BIG" YUDHOYONO TIDAK MAMPU BERDEBAT LAWAN AHMAD...
To: "dobing@telkom.net, ahmad@dataphone.se, serambi_indonesia@yahoo.com, ahmad_jibril1423"@yahoo.com>, amriw@mweb.co.id, Susilo.Sawaldi@bhpsteel.com, balipost@indo.net.id, newsletter@waspada.co.id, redaksi@pikiran-rakyat.com, editor@pontianak.wasantara.net.id, hudoyo@cbn.net.id, jktpost2@cbn.net.id, redaksi@detik.com, redaksi@kompas.com, redaksi@satunet.com, redaksi@waspada.co.id, waspada@waspada.co.id, webmaster@detik.com, kompas@kompas.com

"sombongnya anda dengan sesumbar kata. merendahkan yg lain meninggikan kepala tak ubahnya sebuah tong kosong yang hampa mau dibawa kmana hayat, klu jiwa sudah takabur..seakan takkan menghadap kubur (Dobing, dobing@telkom.net ,Tue, 16 Mar 2004 14:16:48 +0700)

Ahmad Sudirman seorang propokator yang tidak menginginkan Aceh yang damai. Kita dihadapkan pada pilihan: antara rakyat Aceh atau propokator.

Jayadi Kamrasyid

JKamrasyid@aol.com
USA
----------