Stockholm, 4 juni 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

SUMITRO ITU NETA S PANE ANGGAP PENGARUH TGK HASAN DI TIRO KECIL, MAKA PERLU DILURUSKAN
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

SUMITRO BACA SEDIKIT TELITI ITU NETA S PANE ANGGAP PENGARUH TGK HASAN DI TIRO KECIL, MAKA PERLU DILURUSKAN

"Pak Sudirman,.kok bapak tega sich menyatakan "Adapun soal Teungku Hasan Muhammad di Tiro karena sudah berkewarganegaraan Swedia, maka pengaruhnya di Acheh kecil " Wah padahal Pak Sudirman mengakui Pak Hasan Tiro itu keturunan raja terakhir loh..? . Bagaimana mungkin Bapak tega menyatakan usaha Pak Hasan Tiro di Aceh itu kecil ? wah..wah..menghianati raja donk?. Oh yach Pak Hasan Itu khan berwarga negara Swedia kok enggak warga negara Aceh versi GAM sich ? berarti dia tidak mengakui negeri Aceh donk ?.bingung enggak sich.? Bapak Achmad juga warga negaranya Swedia juga ya ? . Bapak Makin ngaco saja dech.? gimana enggak saya bilang ngaco wong Perjuangan Hasan Tiro ( rajanya ) dianggap kecil di Aceh. cekk.cek.cek."(Sumitro, mitro@kpei.co.id , Wed, 2 Jun 2004 17:17:32 +0700)

Baiklah saudara Sumitro di Jakarta, Indonesia.

Saudara Sumitro, kalau membaca tulisan saya harus teliti dan dihayati. Itu ketika saya menulis: "Walaupun saya belum membaca isi dari buku tersebut, tetapi setelah membaca ringkasan kronologis yang dibuat oleh Redaksi Surat Kabar Pikiran Rakyat itu, akhirnya saya bisa menggambarkan bahwa Neta S Pane dalam bukunya itu mencoba menggiring pembaca kearah jurusan sangkar NKRI. Neta S Pane melihat bahwa kasus Acheh harus dipusatkan ke Acheh, dan merupakan masalah internal NKRI, dimana PBB tidak perlu dilibatkan. Adapun soal Teungku Hasan Muhammad di Tiro karena sudah berkewarganegaraan Swedia, maka pengaruhnya di Acheh kecil."

Itu yang tertulis diatas bukan hasil pemikiran Ahmad Sudirman melainkan hasil pemikiran saudara Neta S pane. Dimana saudara Neta S Pane menganggap bahwa kasus Acheh harus dipusatkan ke Acheh, dan merupakan masalah internal NKRI, dimana PBB tidak perlu dilibatkan. Adapun soal Teungku Hasan Muhammad di Tiro karena sudah berkewarganegaraan Swedia, maka pengaruhnya di Acheh kecil.

Pemikiran saudara Neta S Pane itu telah diungkapkannya pada salah seorang wartawan Kompas saudara Prim yang diterbitkan pada hari Senin, tanggal 19 Mei 2003. Ia mengatakan bahwa "pengaruh Hasan Tiro di Aceh kecil, karena sudah menjadi warga negara Swedia. Masalah Aceh itu masalah internal yang bisa kita selesaikan sendiri. Tidak setuju Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dilibatkan dalam penuntasan masalah Aceh." (Prim, Sarapan Pagi Bersama : Neta S Pane, Senin, 19 Mei 2003, 6:38 W , www.kompas.com/utama/news/0305/19/063626.htm )

Jadi, saudara Sumitro harus banyak membaca kalau berdebat dan berdiskusi dengan Ahmad Sudirman, jangan baca sekilas, langsung melemparkan pandangan, akhirnya salah kaprah dan amburadul, pemikiran saudara itu.

Makanya itu hasil pemikiran saudara Neta S Pane tentang perjuangan Teungku Hasan Muhammad di Tiro perlu diluruskan. Karena banyak yang menyimpang dan mengarah kepada penggiringan ke sangkar NKRI.

Kemudian apa yang saudara Sumitro katakan: "Neta S. Pane...tulisannya kan berdasarkan apa yang ada dilapangan dan itu dilakukannya dengan terjun kelapangan dan dituangkan kedalam tulisan apa adanya di Aceh.".

Jelas, saudara Sumitro, itu saudara Neta S Pane mana terjun kelapangan ketika menulis sejarah Acheh dari tahun 1945 sampai tahun 1950. Paling terjun keperpustakaan, membongkar-bongkar sejarah Acheh. Karena data yang ditampilkan Neta S Pane membelok, maka Ahmad Sudirman meluruskannya, biar rakyat di NKRI dan di Negeri Acheh tidak ikut-ikutan apa yang diinginkan oleh saudara Neta S Pane yang diamini oleh Presiden Megawati, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu.

Seterusnya, itu kalau saya mengatakan kepada seseorang "pengekor Soekarno, pengekor buntut Megawati", memang benar, apabila orang tersebut tanpa mempergunakan pikiran kritisnya dan ingin membaca, mempelajari, mendalami, menghayati, menganalisa sejarah Negeri Acheh yang benar yang menyangkut masuknya Negeri Acheh kedalam sangkar NKRI, sehingga menganggap Negeri Acheh adalah milik NKRI, bagian NKRI, maka jelas orang tersebut pengekor bayangan ekor Soekarno dan pengekor buntut Mbak Megawati. Contohnya saudara Sumitro sendiri, mana ada saudara Sumitro menulis dasar fakta dan bukti, dasar hukum dan sejarah mengenai Negeri Acheh masuk kedalam sangkar NKRI, paling mengkopi saja tulisan dan pendapat saudara Neta S Pane.

Jadi, saya senang dan gembira, kalau ada orang NKRI atau siapa saja yang menggali sejarah Acheh berada dalam tubuh NKRI berdasarkan fakta dan bukti, dasar hukum dan sejarah, kemudian diperdebatkan di mimbar bebas ini. Tetapi, kenyataannya, sampai detik ini, fakta dan bukti tentang Negeri Acheh masuk kedalam sangkar NKRI yang dilambungkan di mimbar bebas ini semuanya lemah dan tidak kuat hukumnya.

Saran saya untuk saudara Sumitro, coba bertanya kepada para akhli sejarah nasional tentang Acheh, atau bongkar dan ubrak abrik itu semua perpustakaan yang ada di Jakarta atau diseluruh NKRI. Cari tentang sejarah Negeri Acheh, mengapa sampai terdampar dalam tubuh RIS, RI dan NKRI sampai detik sekarang ini. Jangan hanya mengekor propaganda penguasa NKRI dan TNI saja. Atau ikut-ikutan media massa yang isi cerita tulisannya belum tentu kuat. Seperti contohnya tulisan saudara Neta S Pane yang dikutip oleh beberapa media masa di NKRI.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad.swaramuslim.net
ahmad@dataphone.se
----------

From: Sumitro mitro@kpei.co.id
To: Ahmad Sudirman <ahmad@dataphone.se>, rakyat NKA <rakyat_nka@yahoo.com>, Ditya Soedarsono <dityaaceh_2003@yahoo.com>, Yuhendra <yuhe1st@yahoo.com>, Matius Dharminta <mr_dharminta@yahoo.com>, Habe Arifin <habearifin@yahoo.com>,MT Dharminta editor@jawapos.co.id

Pak achmad.......kenapa sich setiap orang yang berpendapat sedikit saja bertentangan dengan suara anda selalu di cap sebagai anteknya Sukarnolah...megawatilah...dll. Padahal orang menyampaikan pendapat sesuai dengan keadaan sebanarnya. Seperti Neta S. Pane...tulisannya kan berdasarkan apa yang ada dilapangan dan itu dilakukannya dengan terjun kelapangan dan dituangkan kedalam tulisan apa adanya di Aceh. terus pada peristiwa2 tersebut emangnya Pak Sudirman ada disana? dan Apa bapak yakin bahwa pendapat bapak itu yang benar? Dan apakah pernah berpikir justru sumber bapaklah yang membengkokkan sejarah di Aceh ? Oh yach...Pak Sudirman khan anak kemarin sore jadi sejarah Aceh bapak tahunya hanya dari orang2 atau sumber2 yang memiliki ambisi pribadi demi kekuasaan dan harta di Aceh. Jadi menurut saya Bapak telah dihipnotis oleh pengaruh negatif tentang Aceh. ( Kalau boleh syaa sarankan Ma'af...mungkin operasi cuci otak pak? ).

Pak Sudirman....kok bapak tega sich menyatakan " Adapun soal Teungku Hasan Muhammad di Tiro karena sudah berkewarganegaraan Swedia, maka pengaruhnya di Acheh kecil " Wah padahal Pak Sudirman mengakui Pak Hasan Tiro itu keturunan raja terakhir loh..? . Bagaimana mungkin Bapak tega menyatakan usaha Pak Hasan Tiro di Aceh itu kecil ??? wah..wah.... menghianati raja donk????? . Oh yach Pak Hasan Itu khan berwarga negara Swedia kok enggak warga negara Aceh versi GAM sich ? berarti dia tidak mengakui negeri Aceh donk ??? ..bingung enggak sich....? Bapak Achmad juga warga negaranya Swedia juga ya ? . Bapak Makin ngaco saja dech ..? gimana enggak saya bilang ngaco...wong Perjuangan Hasan Tiro ( rajanya ) dianggap kecil di Aceh. cekk...cek....cek................

Sumitro

mitro@kpei.co.id
Jakarta, Indonesia
----------