Stavanger, 13 Juli 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

NETTY & SUMITRO JANGAN MELIHAT ACHEH PAKAI KACAMATA NKRI KARENA BISA JADI BUTA
Sisinga Maharaja
Stavanger - NORWEGIA.

 

NETTY SUWARTO & SUMITRO KALAU INGIN MELIHAT ACHEH JANGAN PAKAI KACAMATA NKRI KARENA BISA JADI BUTA

Kalau kalian lihat Acheh pakai kacamata NKRI sampai kiamatpun kalian tidak akan menemukan jawaban yang sebenarnya, kalau kalian betul betul insan ciptaan Allah dan insan yang lahir dari akad nikah yang sah, maka penglihatan kalian tidak sedemikian rupa masalah konflik Acheh, karena kalian di luar hukum akad nikah, maka penglihatan kalian akan berubah dari pada hakikat yang sebenarnya, kalian tidak akan tahu apa yang tersembunyi dan apa yang tepat dan benar untuk Acheh.

Kalian tidak akan mengetahuinya !

Karena kalian made in Indonesia penjajah NKRI Jawa pancasila itu, maka penglihatan dan pemikiran yang ada dalam otak kalian secara otomatis masuk dalam lubang penjajah Indonesia pancasila, NKRI dsbnya.

Dan itu kepastiannya !

Tolong kembali kepada pangkal dasar seorang anak manusia yang sempurna dan di ridhai oleh Allah SWT, sehingga segala ilmu dan penglihatannya akan tepat pada sasaran yang sebenarnya ke arah yang lebih efektif dan tidak menyalahkan mana-mana pihak.

Wahai Dajjal Dajjal Indonesia pancasila NKRI yang buta hati, belum lama telah kita sama-sama ketahui, bangsa Acheh telahpun membuat pernyataan yang sangat terbuka luas dan di ketahui oleh dunia luar tentang penyelesaian konflik Acheh yang sudah berkepanjangan ini adalah dengan cara referendum dan itu salah satu cara yang paling bajiksana ke timbang mengeluarkan pendapat ini itu sebagaimana yang kalian sebutkan di bawah ini dan juga yang lain lainya.

Karena hasil referendum yang telah diikrakan oleh seluruh komponent bangsa Acheh pada tahun 1999 adalah hasil yang paling murni keluar dari dalam hati bangsa Acheh sendiri yang tidak ada sedikit noda paksaan dan cacian yang mengatakan kesalahan pada pihak lain biarpun secara individunya.

Kenapa kalian yang berkaca mata NKRI tidak pernah sadar bahwa pendapat dan program yang telah di nyatakan oleh rakyat Acheh di depan kalian tidak pernah kalian hiraukan, mengulangi, merasakan bahwa itu adalah satu satunya solusi yang tepat untuk Acheh.

Apakah kalian termasuk dajjal buta sebelah ?.

Jika kalian terus membeberkan bahwa TNI/POLRI/Pemerintah Indonesia pancasila itu tempat kalian pegang, maka kalian dapat di artikan dengan (dajjal hasil gotong royong), karena dari segi pendapat kalian juga, terlihat kemauan kemauan kalian adalah gotong royong, maksudnya (NKRI), walaupun nanti kalian kuras dan sikat sampai ke tulangnya.

MasyaAllah, manusia dajjal penguras, perampok.

Sisinga Maharaja

sisingamaharaja@yahoo.co.uk
Stavanger, Norwegia
----------

Date: Mon, 12 Jul 2004 02:22:27 -0700 (PDT)
From: netty suwarto nettysuwarto@yahoo.com
Subject: Re: Serambi Mekkah ku ....
To: Sumitro <mitro@kpei.co.id>, a_kjasmine@yahoo.com, acehkita@yahoogroups.com, achehnews@yahoogroups.com, Ahmad Sudirman <ahmad@dataphone.se>, akli amri <cobra_itam07@yahoo.com>, balipost <balipost@indo.net.id>, bambang_hw@re.rekayasa.co.id,
Ditya Soedarsono <dityaaceh_2003@yahoo.com>, gatra <gatra@gatra.com>, Hidajat Sjarif siliwangi27@hotmail.com

Tapi memang menyedihkan sekali melihat Aceh yang katanya Serambi Mekah. Sekarang, petinggi2 wilayah kebanyakan culas, licik dan curang - menyunat uang rakyat terang2an - ini bukan cerita bohong tapi memang kenyataan.

Sekarang kan seru hampir di tiap kabupaten di telanjangi abis2an - yang korup mulai di ciduki satu2 - dan anehnya "tersangka" itu dengan mudah berkelit-licin - sekarang ini tinggal nunggu dan nyari saksi saja - mungkin ini akibat mencontoh prilaku2 di masa silam dimana hasil bumi aceh yang dianggap besar yaitu sawit hanya masuk sebanyak 0,8 % ke bumi aceh sisanya ke Pusat.

Belum lagi usaha ganja yang marak - ada kopi atau duren yang di campur dengan ganja dan di jual - ini handmade kopi tanpa merek atau dodol tanpa merek. Belum lagi perempuan2 ke kantor pake kerudung kemudian pas ke pasar dilepas plus kaos ketat dan celana ketat ; jadi jilbab atau berkerudung dianggap sebagai seragam bukan ketaatan. Belum lagi PSK2 yang mondar mandir pake BETOR (becak bermotor), pake kerudung seadanya di depan markas2 / kompi wah2 ternyata memang yang namanya PSK ada dimana2.

Jadi sekarang Aceh sama seperti yang lain, ga ada lagi "gaung" serambi mekah disini yang korup yaaa jalan terus dan bisa2nya orang yang korup tadi berceramah tiap jumat kasih penerangan soal agama - pentingnya shalat tahajud dsb. Bingung saya melihat Aceh

Netty Suwarto

nettysuwarto@yahoo.com
Jakarta, Indonesia
----------

From: Sumitro mitro@kpei.co.id
To: Serambi Indonesia <serambi_indonesia@yahoo.com>, Aceh Kita <redaksi@acehkita.com>, ahmad jibril <ahmad_jibril1423@yahoo.com>, balipost <balipost@indo.net.id>, waspada <newsletter@waspada.co.id>, PR redaksi@pikiran-rakyat.com
Cc: ahmad@dataphone.se
Subject: Serambi Mekkah ku ....
Date: Thu, 8 Jul 2004 15:17:49 +0700

(Bulletin Istinbat Edisi 87/Tahun V/Shafar 1424) (Maret 2003)
(www.sidogiri.com/istinbat/092.htm)

Tampaknya negeri kita masih belum ditakdirkan untuk tenang. Saat ini, Ibu Pertiwi kembali terluka. Bukan karena krisis multidimensi yang tak kunjung reda, bukan pula karena Sipadan dan Ligitan yang di"rampas" oleh Malaysia, juga bukan karena dunia internasional mencibirnya, tapi karena salah satu "anaknya" bergejolak. NAD (Nangroe Aceh Darussalam). Meski pemerintah pusat telah memberikan otonomi khusus dan hukum Islam di Serambi Mekah itu, tapi GAM yang didirikan pada 1976 oleh Hasan Tiro tidak mau menerimanya. Dari markas GAM di Swedia, Hasan Tiro menyatakan, referendum adalah pilihan satu-satunya. Dan itu berarti memisahkan diri/merdeka dari NKRI.

Segala upaya damai untuk merengkuh kembali GAM mengalami kebuntuan. Dan, ibu kita, pemimpin tertinggi TNI, Megawati kehilangan kesabaran: "Aceh dalam keadaan darurat militer". Mesin perang pun menyala. Korban tak terelakkan dari kedua belah pihak. Belum jelas siapa yang menang dan siapa yang kalah. Yang sudah pasti adalah puluhan atau bahkan ratusan gedung sekolah dibakar, siswa sekolah diculik, rakyat sipil yang tak tahu apa-apa dijadikan tameng hidup GAM. Rakyat Aceh menjadi korban.

Serambi Mekah. Dulu ia adalah simbol penuh kedamaian dan ketentraman hidup di ujung utara pulau Sumatera itu. Nama yang sangat agamis. Maklumlah, 97, 3 % rakyat Aceh beragama Islam. Tapi kini, serambi Mekah tak lagi mencerminkan kedamaian karena ulah kelompok separatis, GAM. Kini, gelar serambi Mekah terasa 'najis' disandang oleh propinsi yang sering diketahui menjadi ladang ganja.

Di antara sederet julukan, tanah renconglah yang mungkin lebih pantas untuknya: tanah para pemberani. Dulu, di zaman kolonial, rencong banyak berperan. Saat Aceh dijajah, rencong tak tinggal diam. Rencong simbol keberanian. Rencong simbul ketegasan memilih: merdeka atau mati syahid. Tapi sejarah kemudian berubah. Kini, rencong telah ternoda. Ia tak lagi basah oleh darah penjajah, Belanda, orang kafir. Rencong tak lagi selektif membunuh para musuh. Sang empunya tak lagi membawanya untuk sabil, melainkan untuk menjarah, merampok dan membunuh. Dan akhirnya ia tak dapat memilih bahwa ia telah menusuk kawannya, saudaranya sebangsa dan se-tanah air.
***

Konflik Aceh adalah sejarah panjang kekecewaan mereka terhadap pemerintah pusat, Jakarta. Dulu, Rakyat Aceh, dengan gagah berani, dengan pekik takbir mempertahankan setiap jengkal bumi Aceh demi ideologi dan kehormatan. Keberanian mereka diakui tidak hanya oleh kawan, tapi juga oleh lawan. Belanda baru bisa mengalahkan Aceh pada 1913, 300 tahun lebih setelah kerajaan-kerajaan lain di nusantara.

Aceh juga simbol kejayaan. Ketika Soekarno-Hatta menyerukan "dengan ini memproklamirkan kemerdekaan Indonesia," Aceh pun gegap-gempita. Pesawat komersil pertama Indonesia, Dakota Seulawah adalah hasil "sumbangan" rakyat Aceh untuk mengisi kemerdekaan itu. Sumbangan yang tidak cuma-cuma. Aceh menginginkan diabadikannya sistem masyarakat dan hukum Islam di Tanah Rencong. Tentu saja Soekarno, sang presiden menerima sumbangan itu dengan dengan imbalan "Daerah Istimewa". Tapi kompensasi ini ternyata tak bermakna: Aceh tidak mendapatkan apa-apa.

Ketika SM Kartosoewiryo memproklamirkan NII (Negara Islam Indonesia) di Jawa Barat, Aceh menemukan momennya. Ketua PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) Tengku Haji Daud Beureuh, memproklamirkan NII (Negara Islam Indonesia) di Aceh, memisahkan diri dari Jakarta dan menjadi bagian dari NII Kartosoewiryo pada September 1953.

TNI memerlukan waktu 9 tahun untuk menghentikan NII, ketika sang Imam SM Kartosoewiryo ditangkap di Majalaya Jawa barat pada 4 Juni 1962. Dan, pada Desember 1962, RI berhasil menarik rakyat Aceh ke pangkuan ibu pertiwi, berkat "kesepakatan" dengan tokoh dan ulama Aceh waktu itu, di antaranya Tengku Haji Achmad Hasballa, Tengku Haji Hassan Krueng Kale dan Tengku Haji Daud Beureuh. Rakyat Aceh membulatkan tekad untuk menjadi wilayah kesatuan Republik Indonesia. Mereka hanya meminta kepada Presiden Soekarno saat itu, agar diberikan ketentraman untuk menjalankan syariat Islam. Rakyat Aceh pun hidup tenang.

Tapi nasib sial Aceh tampaknya belum berakhir di situ. Setelah Orde Baru berkuasa, eksplorasi Jakarta atas Serambi Mekkah kembali merajalela. Pabrik-pabrik tambang terus mengeruk sumbernya terutama minyak dan gas, sedang rakyat pribumi hanya gigit jari. Ide untuk memisahkan diri dari Republik pun muncul kembali. Maka lahirlah Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pimpinan Hasan Tiro tahun 1976. ABRI (saat itu) lebih memilih jalan kekerasan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Tahun 1989 dibentuklah DOM. Ketika DOM ternyata dinilai tidak efektif, bahkan makin memperuncing masalah, DOM akhirnya dihapuspada tahun 1999, itupun setelah pemerintah terus mendapat berbagai tekanan . Rakyat Aceh sedikit bernafas lega.

Dan pada detik ini, Serambi Mekah kembali ternoda setelah Ibu Megawati memberangkatkan Satuan Operasi Terpadu ke Aceh.
***

Sebagai sebuah realitas, harus disadari bahwa lepas/merdeka dari wilayah kesatuan RI maupun otonomi luas-bukanlah solusi yang hakiki bagi masyarakat Aceh. Kita percaya masyarakat Aceh memiliki akar historis Islam yang sangat besar. Bahkan barangkali masih tertancap kokoh "masa lampau Islam yang agung" di benak mereka, seperti dikatakan Taufik Abdullah. Tetapi "kemerdekaan Aceh" sesungguhnya hanya akan menambah kesulitan dan hambatan untuk mempersatukan ummat dan negeri-negeri Islam yang sudah tercabik-cabik dan terpecah belah hinga lebih dari 50 negara. Sehingga kaum muslimin yang sudah demikian lemahnya, akan semakin tidak berdaya kekuataannya. Negara-negara Barat jelas akan mendukung setiap upaya untuk melepaskan diri dari kesatuan umat Islam, seperti di Indonesia yang penduduk muslimnya terbesar. Apalagi jika di tengah-tengah kaum muslimin berhasil disusupkan pemahaman tentang fanatisme suku dan kedaerahan (ta'ashub) yang akan memudahkan negara-negara Barat menguasai dan mengeksploitasi setiap wilayah umat Islam.

Akumulasi ketidakadilan, penindasan dan kesewenang-wenangan dari sistem hukum dan pemerintahan yang ada, tidak begitu saja secara otomatis dapat diselesaikan melalui cara referendum. Sebab, kerusakan sistem hanya dapat diatasi dengan mencampakkan sistem yang lama, kemudian diganti dengan sistem yang adil.
***

Begitulah. Ibu Pertiwi mungkin menyadari kealpaannya bahwa Aceh juga anaknya-bahkan anak yang paling berjasa dan istimewa. Ibu Pertiwi kini mencoba memberikan segala sesuatunya secara proporsional kepada si anak; otonomi khusus, syariat Islam, dan "pemanis" lainnya. Tapi sayang, semuanya jadi tak berarti.

Panggilan Ibu Pertiwi untuk bersatu tak lagi dihiraukan, mungkin karena si anak sudah terlalu kesal dan terlanjur sakit hati dengan sejarah masa silamnya. Ibu Pertiwi marah dan kemudian menjewernya. Si anak terluka dan menangis, mungkin jewerannya terlalu keras. Kita juga mesti menangis karena keluarga kita tidak lagi harmonis. Kita juga tidak ingin Aceh menjadi Irak kedua yang hancur karena ambisi "orang" bukan keluarga ( hasan Tiro dan ahmad cs )

Wahai saudara2ku...kenapa kita tidak senang melihat aceh seperti dulu yang damai dan indah ? kenapa TNI dan GAM tidak bisa membuang arogansi dan ambisi nya sehingga masing2 mengalah untuk kedamaian rakyat aceh. Aku bukan lahir di aceh tapi aku menangis melihat saudara2ku disana penuh penderitaan. Dan penderitaan itu adalah akibat TNI dan GAM. Dua-duanya salah dan berdosa jadi tidak ada yang benar diantar keduanya karena GAM dan TNI sama2 telah menyalahi dan melanggar apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasulullah. Merka saling membunuh padahal mereka sama2 moeslim..bukankah sama2 moeslem itu bersaudara.

Kita yang awam hanya bisa berharap, kapan semuanya akan berakhir? Kapan Aceh kembali menjadi serambi Mekah, tanpa noda? Mungkin, hanya GAM-lah yang tahu jawabnya.
----------