Stockholm, 27 Juli 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

SUMITRO TELAN BERITA HANKAM OTAK TERUS JADI BEKU
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

KELIHATAN MEMANG ITU SUMITRO SETELAH MENELAN BERITA HANKAM, OTAK TERUS MENJADI BEKU

"Renungkanlah, mereka di hutan berjuang mati-matian, tersiksa dan kelaparan di hutan sementara kalian di negeri orang bersenang-senang, bermewah-mewahan tidur di AC, tiap waktu depan komputer, kasur dan bantal yang empuk, makanan melimpah dan bahkan asyik bercengkerama dengan anak dan istri! Itukah perjuangan yang kalian lakukan ? kalian memang pengecut ! pengecut ! pengecut ! air mataku sebagai manusia, sebagai sesama moeslim dan sebagai saudara dengan rakyat Aceh yang menderita dan tersiksa karena ulah kalian dan TNI entah sudah berapa banyak yang keluar. Apakah kalian senang dengan hal itu." (Sumitro mitro@kpei.co.id , Tue, 27 Jul 2004 08:28:55 +0700)

"Sumitro, jangan cuman baca media yang memang sudah di 'pancasila' kan oleh pemerintah ente. Baca sekali kali milik NGO dan swasta. Ini contoh berita dari versi selain keluaran militer, tentang 'menyerah'nya wakil gubernur Acheh Rayek." (Reyza Zain warzain@yahoo.com , Mon, 26 Jul 2004 21:23:46 -0700 (PDT))

"Wakil Gubernur GAM itu menyerah setelah terjadi bentrokan senjata antara anak buahnya dengan pasukan TNI. Seorang anak buahnya yang menjabat sebagai kadhi (hakim, red) GAM tewas. Akibat peristiwa tersebut, Wagub GAM itu merasa posisinya tidak menguntungkan, sehingga ia memutuskan menyerah." (Kepala Penerangan Kodam Iskandar Muda, Mayor CAJ Ahmad Husein, keterangan pers di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda, Banda Aceh, Jumat, 25 Juni 2004, www.acehkita.com)

"Wagub GAM itu menyerahkan diri di Desa Kruemak, Kecamatan Simpang Tiga Aceh Besar Kamis (24/6) malam." ( Pjs Kepala Penerangan Kodam Iskandar Muda, Mayor CAJ Ahmad Husen, Banda Aceh, Jumat, 25 Juni 2004, www.mediaindo.co.id)

Baiklah saudara Reyza Zain Harrisburg, Pennsylvania, USA dan saudara Sumitro di Jakarta, Indonesia.

Memang kelihatan pihak Penguasa Darurat Sipil Daerah Acheh dan pihak Kodam Iskandar Muda berusaha setengah mati untuk mengelabui dan memutar balikkan fakta tentang berita-berita yang menyangkut GAM dan TNA agar pihak rakyat Acheh dan rakyat di RI tetap mendukung kebijaksanaan politik pendudukan dan penjajahan di Negeri Acheh yang dijalankan ole pihak TNI/POLRI dan Penguasa Darurat Sipil Daerah Acheh.

Coba kita perhatikan, itu Sumitro mengirimkan berita hasil kunyahan Hankam yang dimuat di mediaindo.co.id yang menulis: "Wagub GAM itu menyerahkan diri di Desa Kruemak, Kecamatan Simpang Tiga Aceh Besar Kamis (24/6) malam." ( Pjs Kepala Penerangan Kodam Iskandar Muda, Mayor CAJ Ahmad Husen, Banda Aceh, Jumat, 25 Juni 2004, www.mediaindo.co.id)

Dimana dalam berita yang dimuat mediaindo.co.id terbaca bahwa Wakil Gubernur Gerakan Acheh Merdeka menyerahkan diri. Jadi kelihatan pihak TNI/POLRI telah berhasil tanpa menggunakan senjata telah berhasil meringkus Wakil Gubernur GAM, karena Wagub GAM itu menyerahkan diri kepada pihak TNI.

Tetapi, menurut sumber berita lain, dari acehkita.com yang salah satu wartawannya langsung bertemu dan mewawancarai Drs. Aiyub Yunus, Wakil Gubernur GAM Wilayah Aceh Besar, yang terbaring di atas ranjang dengan selang infus terpasang di lengannya, sedang kaki kanan dan kepala bagian belakang dibalut perban di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda, Banda Aceh, bercerita bahwa "ia turun dari Gunung Sibreh pada Kamis, 24 Juni 2004, sekitar pukul 17.00 WIB dengan tujuan untuk berobat, karena menderita malaria dan luka di bagian kaki serta kepalanya, bukan menyerahkan diri kepada TNI. Aiyub dijemput adik iparnya, Bachtiar, 30 tahun, di kaki Gunung Sibreh. Menurut Iparnya Aiyub akan dibawa ke tempat aman di Banda Aceh. Tetapi sesampai di kawasan Lueng Bata, mobil yang ditumpangi Aiyub berhenti. Tidak lama, muncul mobil Kijang berisi pasukan TNI. Kemudian mobil yang ditumpangi Aiyub mengikuti mobil tersebut. Saat itu, Aiyub baru sadar bahwa pertemuan itu telah direncanakan. Tetapi, ia hanya diam. Disatu tempat Aiyub menjalani interogasi, kemudian malam harinya Aiyub dibawa ke rumah sakit tentara."

Jadi kelihatan bahwa berita yang ditampilkan oleh acehkita.com jauh berbeda dengan berita hasil kunyahan Hankam. Dimana menurut salah seorang wartawan acehkita.com yang mewawancarai langsung Wakil Gubernur GAM itu dirinya bukan menyerahkan diri, melainkan ditangkap setelah diatur sedemikian rupa antara TNI dan pihak Iparnya Aiyub.

Nah, dengan adanya dua versi berita yang berbeda, jelas bisa kita tarik satu garis lurus bahwa sebenarnya pihak TNI dan pihak Kodam Iskandar Muda berusaha sekuat tenaga untuk memanipulasi berita Acheh ini demi keuntungan pihak Penjajah RI dan TNI/POLRI-nya.

Dengan diberitakannya Wagub GAM menyerah kepada TNI itu menujukkan jatuhnya moral dan pertahanan GAM terhadap pihak TNI. Tetapi dengan munculnya berita versi lain yang menyatakan bahwa Wagub GAM ditangkap, itu menandakan bahwa pihak GAM masih kuat moral dan semangat perjuangannya untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara Pancasila dan masih kuat benteng pertahanannya dalam menghadapai pasukan penjajah TNI/POLRI. Apalagi ditangkapnya Wagub GAM Aiyub itu dengan cara licik melalui taktik penjeratan menggunakan Iparnya Aiyub.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad.swaramuslim.net
ahmad@dataphone.se
----------

From: Sumitro mitro@kpei.co.id
To: Ahmad Sudirman <ahmad@dataphone.se>, Serambi Indonesia <serambi_indonesia@yahoo.com>, Aceh Kita <redaksi@acehkita.com>,
ahmad jibril <ahmad_jibril1423@yahoo.com>, balipost <balipost@indo.net.id>, waspada <newsletter@waspada.co.id>, PR <redaksi@pikiran-rakyat.com>, Pontianak <editor@pontianak.wasantara.net.id>, Hudoyo <hudoyo@cbn.net.id>, JKT POST <jktpost2@cbn.net.id>, Redaksi Detik <redaksi@detik.com>, Redaksi Kompas <redaksi@kompas.com>, Redaksi Satu Net <redaksi@satunet.com>, Redaksi Waspada redaksi@waspada.co.id
Cc: rokh-mawan@plasa.com, rokh_mawan@yahoo.com, ahmad@dataphone.se
Subject: Wakil Gubernur GAM Aceh Besar Menyerahkan Diri
Date: Tue, 27 Jul 2004 10:22:33 +0700

Renungkanlah, mereka di hutan berjuang mati-matian, tersiksa dan kelaparan di hutan sementara kalian di negeri orang bersenang-senang, bermewah-mewahan tidur di AC, tiap waktu depan komputer, kasur dan bantal yang empuk, makanan melimpah dan bahkan asyik bercengkerama dengan anak dan istri!

Itukah perjuangan yang kalian lakukan ? kalian memang pengecut ! pengecut ! pengecut ! air mataku sebagai manusia, sebagai sesama moeslim dan sebagai saudara dengan rakyat Aceh yang menderita dan tersiksa karena ulah kalian dan TNI entah sudah berapa banyak yang keluar. Apakah kalian senang dengan hal itu.

Sadarlah hai pengecut-pengecut terutama para pemimpin GAM di negeri orang termasuk saudara Ahmad bahwa akibat ulah kalian dan TNI rakyat Aceh menderita lahir dan bathin. Kelak kalaupun perjuangan kalian berhasil maka kalian Hasan Tiro CS akan kembali ke Aceh dan mengambil alih semuanya sementara para pejuang2 yang sekarang kelaparan dan tersiksa dihutan sana hanya sebagai korban saja dan cuma selembar penghargaan sebagai pejuang dan pahlawan saja.

Sumitro

mitro@kpei.co.id
Jakarta, Indonesia

http://www.mediaindo.co.id/berita.asp?id=43572
Jum'at, 25 Juni 2004 16:26 WIB

HANKAM
Wakil Gubernur GAM Aceh Besar Menyerahkan Diri

BANDA ACEH--MIOL: Wakil Gubernur Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Wilayah 'Aceh Rayeuk' Kabupaten Aceh Besar, Teungku Ayub (51), Rabu (24/6) menyerahkan diri kepada aparat TNI karena tidak sanggup lagi bersembunyi di hutan.

Pjs Kepala Penerangan Kodam Iskandar Muda, Mayor CAJ Ahmad Husen kepada wartawan di Banda Aceh, Jumat, menyatakan, Wagub GAM itu menyerahkan diri di Desa Kruemak, Kecamatan Simpang Tiga Aceh Besar Kamis (24/6) malam.

Pada saat menyerahkan diri M Yusuf dalam kondisi lemah karena sudah berminggu-minggu kekurangan makanan, dan kini dirawat di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda di Banda Aceh.

Disebutkan, sebenarnya Tgk Ayub sudah lama ingin menyerahkan diri kepada aparat TNI karena sudah tidak tahan lagi bersembunyi di hutan yang kondisinya sangat memprihatinkan.

Keinginan Ayub untuk menyerah bertambah kuat ketika sebelumnya sempat terjadi kontak tembak pada tanggal 11 Juni di kawasan Sibreh, Kecamatan Suka Makmur, dimana dua temannya tewas tertembak, sedangkan dia terkena serpihan peluru pelontar GLM.

Setelah peristiwa tersebut, akhirnya Ayub secara suka rela menyerahkan diri setelah salah seorang utusan melaporkan kepada aparat TNI Posa Sattis-14 Sibreh bahwa gembong GAM Aceh Besar itu ingin menyerahkan diri.

Keinginan Tgk. Ayub tersebut disambut baik oleh aparat TNI dan pada Kamis malam sekitar pukul 20.00 WIB pasukan TNI yang dipimpin Letda Usman menjemput di rumahnya di Desa Kruemak, Simpang Tiga.

Pada saat itu, kondisi tubuh Tgk. Ayub sangat lemah dan pada malam hari itu juga dibawa ke Kesdam untuk mendapat perawatan, kata Husen.

Ia mengatakan, Ayub yang merupakan mantan pegawai negeri sipil (PNS) selama 10 tahun di BKKBN Aceh Besar itu menjadi anggota GSA pada tahun 1998.

Pada waktu itu ia menjabat Kepala Keuangan GAM Wilayah Sibreh, kemudian tahun 1999-2000 menjadi Panglima Sagoe Sibreh, dan tahun 2002 diangkat menjadi Wagub Aceh Rayeuk. (Ant/O-1)
----------

Date: Mon, 26 Jul 2004 21:23:46 -0700 (PDT)
From: Reyza Zain <warzain@yahoo.com>
Subject: Re: Wakil Gubernur GAM Aceh Besar Menyerahkan Diri
To: Sumitro <mitro@kpei.co.id>
Cc: ahmad@dataphone.se

Tro...

Jangan cuman baca media yang memang sudah di 'pancasila' kan oleh pemerintah ente. Baca sekali kali milik NGO dan swasta.

Ini contoh berita dari versi selain keluaran militer, tentang 'menyerah'nya wakil gubernur Acheh Rayek.

Wasalam

Reyza Zain

warzain@yahoo.com
achehcenter@yahoo.com
ACHEH CENTER
PO BOX 6356, Harrisburg, Pennsylvania 17112. USA
----------

http://www.acehkita.com/content.php?op=modload&name=berita&file=view&coid=617

Versi Lain "Menyerahnya" Wagub GAM
Reporter: Gafin - Banda Aceh, 2004-06-26 14:14:44

"Wakil Gubernur GAM itu menyerah setelah terjadi bentrokan senjata antara anak buahnya dengan pasukan TNI. Seorang anak buahnya yang menjabat sebagai kadhi (hakim, red) GAM tewas. Akibat peristiwa tersebut, Wagub GAM itu merasa posisinya tidak menguntungkan, sehingga ia memutuskan menyerah."

Pernyataan itu dilontarkan Kepala Penerangan Kodam Iskandar Muda, Mayor CAJ Ahmad Husein. Pria yang dikenal ramah dengan wartawan itu sedang memberikan keterangan pers di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda, Banda Aceh, Jumat (25/6). Ia berusaha meyakinkan wartawan bahwa Wakil Gubernur GAM itu menyerahkan diri kepada TNI.

"Ia menyerahkan diri kepada TNI di Desa Lambirah, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Besar," tandas Husein. Dan demikianlah yang lantas ditulis oleh wartawan dan muncul di media massa.

Saya mencatat sejumlah item penting dari ucapan Husein. Seusai wawancara, para wartawan pulang meninggalkan rumah sakit milik tentara itu. Tak lama, Husein beserta sejumlah tentara juga menyusul. Rumah sakit kembali sepi. Saya bergegas kembali, menyusuri koridor rumah sakit.
***

Lelaki kurus berusia lima puluh tahun itu terbaring di atas ranjang. Selang infus terpasang di lengannya. Perban tampak membalut kaki kanan dan kepala bagian belakang. Tak ada semburat sinar dari bola matanya. Ia tampak kuyu.

Di depannya, di atas velbed, dua pria berambut cepak mengenakan pakaian preman terlihat sedang mencatat sesuatu. Sebuah handy talky tergeletak di samping mereka. Mereka menoleh serentak ketika saya muncul di ambang pintu.

"Oh, ada Pak Wartawan rupanya," ujar salah satu dari mereka sambil menutup catatannya. Pria yang satunya lagi mendekati saya sambil mengamati kartu pers yang saya kenakan. Sejurus kemudian, ia dengan suara pelan berkata, "Orang itu sedang menderita sakit malaria. Omongannya banyak yang kacau. Kalau nanti ada yang aneh, nggak usah ditulis ya," ujarnya.

Agar tak berpanjang lebar, saya mengangguk mengiyakan.

Salah satu dari mereka lantas meninggalkan ruangan itu sambil menenteng handy talky. Seorang lainnya menunggui saya mewawancarai lelaki yang terbaring di atas ranjang itu.

Lelaki yang terbaring itu adalah Drs. Aiyub Yunus, Wakil Gubernur GAM Wilayah Aceh Besar. Walaupun wakil gubernur, tapi badannya kecil. Wajahnya tirus. Ia terlihat kerempeng. Ia berusaha bangkit dan menyalami ketika saya mendekat.

"Bisa Anda ceritakan mengapa memutuskan menyerah?" tanya saya memulai setelah basa-basi senjenak.

Ia terdiam. Pandangannya tertuju pada pria berambut cepak yang duduk tak jauh di depannya. Ia seperti meminta persetujuan.

"Bicara aja, Pak, nggak apa-apa kok," kata pria penjaga itu dengan logat Jawa yang kental.

Aiyub masih terdiam. Melihat gelagat tak menguntungkan, saya kembali melontarkan pertanyaan serupa. Kali ini dengan bahasa Aceh. Dan ceritapun meluncur dari bibir Aiyub.

Menurut Aiyub, ia turun dari Gunung Sibreh pada Kamis (24/6) sekitar pukul 17.00 WIB dengan tujuan untuk berobat, bukan menyerahkan diri kepada TNI. Aiyub yang menderita malaria dan luka di bagian kaki serta kepalanya, dijemput adik iparnya, Bachtiar, 30 tahun, di kaki Gunung Sibreh.

"Dia bilang akan membawa saya ke tempat yang aman di Banda Aceh," kata Aiyub masih menggunakan Bahasa Aceh. Ia lalu dibawa dengan mobil sedan ke Ibukota Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam itu. Setibanya di kawasan Lueng Bata, mobil yang dikemudikan Azhari berhenti. Tak lama berselang, kata Aiyub, muncul sebuah mobil Kijang berisi pasukan TNI. Mobil yang ditumpangi Aiyub lalu mengikuti mobil tersebut.

Saat itu, Aiyub baru sadar bahwa pertemuan itu telah direncanakan. Namun, ia hanya diam. "Saya tidak ingat dibawa ke mana ketika itu," ujarnya. Setelah menjalani interogasi, malam harinya Aiyub kemudian dibawa ke rumah sakit tentara.

"Ceritanya pakai Bahasa Indonesia dong, Pak. Saya nggak mengerti," pinta pria berambut cepak sebelum Aiyub menuntaskan ceritanya.

Aiyub patuh. Ia pun meneruskan ceritanya. Kali ini dengan Bahasa Indonesia. Menurut Aiyub, keputusannya untuk turun gunung mencari pengobatan dibuat setelah sepekan lalu, pasukan GAM terlibat kontak senjata dengan pasukan TNI. Dalam peristiwa itu, Aiyub terkena serpihan GLM (Granade Launching Machine) di bagian kepala dan luka di bagian kaki akibat terkena karang ketika melarikan diri.

"Saya kemudian tinggal sendiri karena pasukan terceraiberai," ujarnya.

Dalam struktur GAM, Aiyub sendiri adalah pejabat sipil. Ia mengaku tak memegang senjata karena bukan bagian dari militer GAM. Namun, katanya, sebelum peristiwa kontak senjata dengan TNI, ia dikawal 28 tentara GAM berkekuatan 13 pucuk senjata campuran.

Ditanya tentang keterlibatannya dalam kelompok gerilyawan, Aiyub mengaku bergabung dengan GAM atas kemauan sendiri pada 1998. Dua tahun kemudian, dia dipercaya sebagai Wakil Gubernur GAM wilayah Aceh Besar. Sebelum bergabung dengan GAM, Aiyub berstatus Pegawai Negeri Sipil sebagai Kepala Petugas Lapangan, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional di Lambaro, Aceh Besar.

'Sejak bergabung dengan GAM, saya tidak lagi bekerja sebagai pegawai negeri sipil," ujarnya.

Saya masih melontarkan beberapa pertanyaan lainnya kepada lelaki itu. Pria berambut cepak itu masih menunggui saambil menyimak. Tak lama kemudian, saya memutuskan mengakhiri wawancara. Setelah berpamitan dengan Aiyub, saya kemudian meninggalkan ruangan.

Di luar, seorang anggota TNI berseragam loreng telah menunggu. Dia bukan lelaki yang tadi pergi dengan handy talky. Yang ini, berseragam lorang.

"Sudah selesai wawancaranya?," ujarnya.
"Sudah, Pak."
"Begini, ya. Kalau ada yang aneh, tolong jangan dimuat ya," ujarnya.
Saya terdiam. Sudah dua orang aparat yang melontarkan permintaan yang sama kepada saya.
"Tak ada yang aneh kok, Pak," jawab saya kemudian.

Saya pun dipersilahkan pergi. Dalam perjalanan pulang, saya mencoba mengingat-ingat dua keterangan yang berbeda. Pihak militer mengatakan Aiyub menyerah. Sementara yang bersangkutan mengaku hanya ingin berobat sebelum akhirnya dibawa menemui tentara.
Hmm...[A]
----------