Stockholm, 30 Juli 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

SUMITRO ITU SOEKARNO, SOEHARTO, HABIBIE, WAHID, MEGAWATI TIDAK MENGIKUTI CONTOH RASULULLAH SAW
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

JELAS SUMITRO ITU SOEKARNO, SOEHARTO, BJ HABIBIE, ABDURRAHMAN WAHID, MEGAWATI TIDAK MENGIKUTI CONTOH RASULULLAH SAW

"saat darurat militer II, GAM tidak melepaskan sandera yang tersisa dan malahan menyandera orang-orang yang tidak bersalah lainnya. Sehingga, menurut data ICRC , ada 277 orang yang menjadi sandera termasuk di antaranya juru kamera Ferry Santoro dan dua orang istri perwira TNI. Upaya pembebasan warga sipil ini sendiri belum- belum akan menemui kendala. Kedua pihak berdiri tegak di posisi tawar masing- masing. Komnas HAM yang urung membentuk tim independen untuk mengusut kasus Ersa dan pembebasan warga sipil juga meramalkan adanya kendala ini. Respon komisi yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam urusan HAM ini pun serupa dengan pemerintah.Ini disebabkan karena GAM memiliki syata yang berat untuk melepaskan sandera dan tidak bisa menjamin bahwa sandera-sandera tersebut akan kembali dengan selamat. Yach itulah GAM yang perjuangannya menurut Ahmad mengikuti perjuangan Rasulullah. Semoga kita semua bisa menilai secara objektif." (Sumitro mitro@kpei.co.id , Fri, 30 Jul 2004 11:57:57 +0700)

Baiklah saudara Sumitro di Jakarta, Indonesia.

Sumitro yang jelas-jelas tidak mencontoh Rasulullah saw dalam memimpin Negara adalah itu para pimpinan Negara kafir RI dari mulai Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati.

Kemudian itu soal sandera itu sudah diselesaikan dan dibebaskan. Coba baca lagi itu peristiwa pembebasan sandera oleh Panglima Komando Operasi TNA Wilayah Peureulak Teungku Ishak Daud Sejak hari Sabtu, Minggu, dan Senin,15 - 17 Mei 2004 telah membebaskan para tahanan TNA yang telah dituduhkan oleh pihak RI khususnya oleh pihak TNI dibawah komando Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu. Termasuk didalamnya kameramen RCTI Fery Santoro dengan tahanan TNA lainnya yang sebanyak 150 orang.

Dan pembebasan para tahanan TNA ini bukan disebabkan oleh situasi terjepit dan kehabisan logistik. Tetapi karena memang para tahanan TNA setelah diperiksa, ternyata tidak bersalah.
Jadi, jelas itu pihak TNA adalah bukan pihak yang seenaknya memperlakukan para tahanannya.

Kalau memang dinyatakan tidak bersalah, untuk apa ditahan lama-lama. Hanya saja prosedur pembebasannya adalah harus melalui badan internasional, dalam hal ini Palang Merah Internasional (ICRC) dengan dijamin situasi dalam keadaan aman, artinya perlu adanya gencatan senjata terbatas.
Nah itu kan persyarakatan yang sangat sederhana sebenarnya. Tetapi, karena sebelumnya pihak Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu merasa kuat dan sanggup membebaskan para tahanan TNA, maka itu persyaratan yang diajukan oleh TNA tidak digubrisnya.

Tetapi, akhirnya, setelah hampir satu tahun, dan waktu darurat militer sudah hampir habis, masih juga para tahanan TNA tidak mampu dibebaskan. Ya, terpaksa mau tidak mau daripada dikatakan TNI lumpuh, maka itu Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu menerima gencatan senjata terbatas selama 36 jam.

Jelas terbukti bahwa Panglima Komando Operasi TNA Wilayah Peureulak Teungku Ishak Daud Sejak hari Sabtu, Minggu, dan Senin,15 - 17 Mei 2004 telah membebaskan para tahanan TNA yang telah dituduhkan oleh pihak RI khususnya oleh pihak TNI dibawah komando Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu.

Kalau pihak RI khususnya pihak TNI bersama Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu menganggap bahwa yang dibebaskan oleh TNA adalah bukan berstatus sandera, tapi hanya warga desa biasa. Itu hanyalah hal yang dicari-cari saja. Mengapa ?

Karena, apa yang dituduhkan oleh pihak RI khususnya pihak Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu dengan TNI-nya bahwa TNA dan GAM telah menyandera ratusan rakyat sipil yang tidak bersalah dan wartawan, maka dalam kenyataannya, apa yang dituduhkan oleh pihak Ryacudu adalah sekarang sudah terbukti.

Jelas, TNA itu sudah bersama rakyat Acheh. Bagaimana bisa rakyat Aceh yang sudah bersama TNA bisa dituduh sebagai sandera oleh pihak TNA.

Untuk membuktikan masalah tuduhan bahwa pihak TNA/GAM menyandera rakyat sipil yang tidak bedosa, maka pada hari Sabtu sampai hari Senin, telah diserahkan rakyat Aceh yang dituduh disandera oleh pihak TNA/GAM kepada pihak Palang Merah Internasional (ICRC).

Kemudian, setelah dibebaskan dan diserahkan para sandera GAM yang dituduhkan oleh RI dan TNI kepada pihak Palang Merah Internasional (ICRC), tiba-tiba dituduh dan dianggap bahwa para sandera TNA/GAM itu adalah bukan berstatus sandera.

Jadi sekarang terbukti bahwa propaganda yang disebar luaskan oleh pihak RI dan TNI keseluruh dunia bahwa TNA/GAM menyandera rakyat sipil yang tidak berdosa memang dalam kenyataannya setelah dibuktikan oleh Panglima Komando Operasi TNA Wilayah Peureulak Teungku Ishak Daud, itu yang dituduh para sandera TNA/GAM oleh pihak RI dan TNI ternyata dibantahnya sendiri oleh mereka dengan menyatakan bahwa yang dibebaskan dan diserahkan Teungku Ishak Daud itu bukan berstatus sandera. Kan lucu.

Rupanya pada pandangan pihak RI dan TNI kalau yang namanya sandera itu adalah disekap, ditortir, dibentak, disiksa. Eh, rupanya yang namanya sandera TNA/GAM adalah rakyat yang hidup bersama-sama TNA/GAM. Mana ada yang disiksa dan ditortir pihak TNA/GAM seperti yang dibayangkan oleh pihak RI dan TNI dan yang biasa dilakukan dalam penjara-penjara di NKRI.

Coba saja baca apa yang diceritakan oleh Kamerawan RCTI, Fery Santoro, yang ditahan selama 325 hari diperlakukan baik dan manusiawi oleh TNA/GAM tidak pernah mendapat indoktrinasi apa pun dari kelompok separatis itu "Mereka tidak pernah mendoktrin Bang Ersa dan saya. Selama 11 bulan disandera mereka tidak pernah kasar, kami malah dijaga oleh 20 orang bersenjata laras panjang. Satu-satunya kekasaran yang dilakukan kelompok penawannya adalah saat hari-hari pertama penyanderan pada 29 Juni 2003, yaitu dalam kesempatan interogasi yang dilakukan oleh kelompok itu. Selebihnya wajar-wajar saja" (Fery Santoro, jumpa pers di Ruang Serbaguna kantornya, di Jakarta, Selasa, 18 Mei 2004)

Kesimpulan, mereka yang dianggap dan dituduh para sandera TNA/GAM oleh pihak RI dan TNI telah dibebaskan dan diserahkan oleh Panglima Komando Operasi TNA Wilayah Peureulak Teungku Ishak Daud kepada pihak Palang Merah Internasional (ICRC). Pihak TNA/GAM tidak memperlakukan kasar dan kejam para tahanannya. Karena mereka adalah rakyat Aceh juga. Para tahanan TNA/GAM tidak diperlakukan seperti para tahanan TNI yang disiksa, ditortir, bahkan ada yang dibunuh ketika sedang diperiksa dan interograsi.

Jadi, dari pihak TNA/GAM tidak ada yang disembunyikan karena fakta berbicara. Mantan para tahanan TNA adalah telah berbicara, bahwa keadaan mereka yang dituduh dan diangap sandera TNA/GAM oleh pihakRI dan TNI ternyata diluar dugaan mereka sendiri. Karena menurut pandangan pihak RI dan TNI mereka yang disandera TNA/GAM adalah sudah pasti disiksa, dikasari, dibentak-bentak dan dipukuli. Tetapi kenyataanya adalah bertolak belakang. Itulah yang telah dibuktikan oleh pihak TNA/GAM kepada dunia luar.

Jadi, Sumitro janganlah kalian itu menggembar-gemborkan hal-hal yang kosong. Karena semuanya itu adalah tipu muslihat pihak Pimpinan Penjajah Negara kafir RI atau Negara kafir Pancasila atau Negara RI yang menjelma menjadi NKRI.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad.swaramuslim.net
ahmad@dataphone.se
----------

From: Sumitro <mitro@kpei.co.id>
To: Ahmad Sudirman <ahmad@dataphone.se>, Serambi Indonesia <serambi_indonesia@yahoo.com>, Aceh Kita <redaksi@acehkita.com>,
ahmad jibril <ahmad_jibril1423@yahoo.com>, balipost <balipost@indo.net.id>, waspada <newsletter@waspada.co.id>, PR <redaksi@pikiran-rakyat.com>, Pontianak <editor@pontianak.wasantara.net.id>, Hudoyo <hudoyo@cbn.net.id>, JKT POST <jktpost2@cbn.net.id>, Redaksi Detik <redaksi@detik.com>, Redaksi Kompas <redaksi@kompas.com>, Redaksi Satu Net <redaksi@satunet.com>, Redaksi Waspada <redaksi@waspada.co.id>Cc: rokh-mawan@plasa.com, rokh_mawan@yahoo.com, ahmad@dataphone.se
Subject: RE: ROKHMAWAN SIAPA YANG LEBIH JAHAT SOEKARNO, SOEHARTO, HABIBIE, WAHID, MEGAWATI ATAUKAH TGK HASAN DI TIRO ?
Date: Fri, 30 Jul 2004 11:57:57 +0700

Lebih dari 100 rakyat sipil masih menjadi sandera GAM sekarang ini. Tapi hal itu tidak pernah dijadikan masalah karena apa yang dilakukan oleh GAM sudah pasti benar dimata Ahmad CS. Saat melepas para sandra sipil ternyata GAM pilih2 sandre untuk dilepaskan seperti Nessen yang bule dari AS (kalau enggak salah) dibebaskan secara cepat dan tanpa syarat.

Sedangkan sandra2 sipil diantaranya rakyat Aceh sendiri yang moeslim dilepas dengan syarat malahan banyak yang dilepas setelah menjadi mayat. Demikian juga halnya dengan wartawan RCTI Ersa Siregar yang pulang setelah menjadi mayat. Waktu direncanakan pepbebasannya GAM mempunyai banyak syarat sehingga sandera malah meninggal karena tembakan (terlepas apakah itu dari peluru TNI atau GAM).

Kenapa GAM memilih-milih sandera untuk dilepaskan ? kenapa Nessen yang Amerika sanderanya dilepas tanpa syarat dan cepat ? karena mereka ingin dunia Internasionbal tahu bahwa apa yang mereka lakukan itu suci dan bersih tapi mereka sengaja rakyat sipil lainnya dalam negeri bahkan rakyat Aceh sendiri menjadi korban kekejaman mereka yang disandera dan dijadikan tameng melawan TNI (seperti Ersa Siregar).

Sedikit mengenai penyanderaan ini pihak2 LSM dan badan2 dunia lainnya mendesak agar hak2 sipil dihormati namun hal tersebut dilanggar oleh TNI lebih-lebih lagi oleh GAM. Berawal dari kasus Ersa dan desakan pembebasan Ferry Santoro, maka pemerintah bekerja sama dengan ICRC (Palang Merah Internasional) berupaya untuk membebaskan sandera sipil itu. Kedatangan Ketua Palang Merah Internasional (ICRC) delegasi Jakarta, Boris Mitchel dan Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Mar'ie Muhammad ke Langsa, Aceh Timur, Kamis (8/1)lalu justru disambut demonstrasi puluhan warga sipil. Mereka meminta bukan hanya Ferry yang dibebaskan.
Juga, sandera sipil lainnya adalah tugas negara. Masuk akal desakan mereka. Sebab, sejak darurat militer I, GAM telah menyandera 322 orang yang tidak bersalah. Di antaranya, 60 orang dibebaskan, 3 orang berhasil melarikan diri, dan 5 orang tewas dalam usaha pembebasan.

Sedang, saat darurat militer II, GAM tidak melepaskan sandera yang tersisa dan malahan menyandera orang-orang yang tidak bersalah lainnya. Sehingga, menurut data ICRC , ada 277 orang yang menjadi sandera termasuk di antaranya juru kamera Ferry Santoro dan dua orang istri perwira TNI.

Upaya pembebasan warga sipil ini sendiri belum- belum akan menemui kendala. Kedua pihak berdiri tegak di posisi tawar masing- masing. Komnas HAM yang urung membentuk tim independen untuk mengusut kasus Ersa dan pembebasan warga sipil juga meramalkan adanya kendala ini. Respon komisi yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam urusan HAM ini pun serupa dengan pemerintah.Ini disebabkan karena GAM memiliki syata yang berat untuk melepaskan sandera dan tidak bisa menjamin bahwa sandera-sandera tersebut akan kembali dengan selamat.

Yach itulah GAM yang perjuangannya menurut Ahmad mengikuti perjuangan Rasulullah. Semoga kita semua bisa menilai secara objektif.

Sumitro

mitro@kpei.co.id
Jakarta, Indonesia
----------