Stockholm, 3 Agustus 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

SUMITRO MEMANG TERJERAT SISTEM THAGHUT PANCASILA DAN BUTA MELIHAT AKAR UTAMA KONFLIK ACHEH
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

MEMANG KELIHATAN JELAS ITU SUMITRO TERJERAT SISTEM THAGHUT PANCASILA DAN BUTA MELIHAT AKAR UTAMA KONFLIK ACHEH

"Aduh udah dari dulu Rokhmawan menulis bahwa beliau tidak mengakui pancasila sebagai dasar Negara Indonesia dan juga tidak setuju dengan perlakuan TNI terhadap Aceh dan mereka punya cara sendiri untuk memperbaiki kekeliruan tersebut diantaranya dengan dakwah tanpa adanya perang fisik..loh kok si Ahmad ini yang katanya bahkan ngaku2 sebagai ustaz enggak ngerti atau memang lugu sekali." (Sumitro mitro@kpei.co.id , Tue, 3 Aug 2004 08:31:14 +0700)

"Oh yach lupa satu lagi dengan cara2 anda seperti ini yang rugi adalah GAM karena orang bukan simpati malah anti jadinya karena komentar-komentar anda." (Sumitro mitro@kpei.co.id , Tue, 3 Aug 2004 09:22:14 +0700)

"Hi bang Ahmad bagaimana hukumnya anggota anda (GAM) membunuh saudaranya sendiri seperti Teuku Don Zulfahri yang mendirikan MP GAM (karena ketidak kuasaan Hasan Tiro menjalankan tugasnya), padahal nyata2 Teuku Don Zulfahri tersebut moeslim yang telah berjuang dan mengorbankan harta dan tenaga yang tidak sedikit untuk perjuangan GAM . Di Malaysia Teuku Don Zulfahri ini cukup disegani dan merupakan salah satu sumber dana yang besar untuk keperluan GAM. Loh kok tega2nya dibunuh hanya karena berbeda pandangan saja padahal anda mengerti hukumnya seorang moeslim membunuh moeslim lainnya." (Sumitro mitro@kpei.co.id , Tue, 3 Aug 2004 14:50:10 +0700)

Baiklah saudara Sumitro di Jakarta, Indonesia.

Sumitro ketika saudara menulis: "Aduh udah dari dulu Rokhmawan menulis bahwa beliau tidak mengakui pancasila sebagai dasar Negara Indonesia dan juga tidak setuju dengan perlakuan TNI terhadap Aceh dan mereka punya cara sendiri untuk memperbaiki kekeliruan tersebut diantaranya dengan dakwah tanpa adanya perang fisik..loh kok si Ahmad ini yang katanya bahkan ngaku2 sebagai ustaz enggak ngerti atau memang lugu sekali."

Kalau saya membaca dari apa yang saudara tulis itu, maka saya melihat bahwa itu Wahabiyin Rokhmawan dan Salafi-Solo-Wahabi-Saudi memang musuh Negara kafir RI yang ingin menghancurkan sistem thaghut pancasila dan sekaligus musuh utama TNI yang membunuh rakyat di Acheh.

Tetapi kenyataannya setelah Wahabiyin Rokhmawan dan Salafi-Solo-Wahabi-Saudi memberikan pandangan dan pikirannya di mimbar bebas ini itu pihak Wahabiyin Rokhmawan bukan ingin menghancurkan thaghut pancasila dan tidak setuju dengan tindakan TNI di Acheh, melainkan justru memperkuat sistem thaghut pancasila dan memperkuat TNI/POLRI membunuh rakyat muslim Acheh di Negeri Acheh. Mengapa ?

Karena sebagaimana yang dikatakan Wahabiyin Rokhmawan dan Salafi-Solo-Wahabi-Saudi: "Bagi saya/Manhaj Salafy tidak pernah mempersoalkan keberadaan Aceh apakah di luar RI atau di dalam RI akan tetapi yang kami persoalkan adalah peperangan antar umat Islam sendiri nah faham belum pak Ahmad Dirman"

Jelas disini kelihatan itu Wahabiyin Rokhmawan tidak mau tahu akar utama timbulnya konflik Acheh. Karena Wahabiyin Rokhmawan menyatakan: "Salafy tidak pernah mempersoalkan keberadaan Aceh apakah di luar RI atau di dalam RI". Apakah Negeri Acheh ditelan, dicaplok, dijajah oleh RI atau tidak itu bukan persoalan bagi Wahabiyin Rokhmawan.

Nah dengan adanya pandangan dan pemikiran yang demikian dari pihak Wahabiyin Rokhmawan dan Salafi-Solo-Wahabi-Saudi tentang Negeri Acheh dalam hubungannya dengan negara kafir RI, maka sudah jelas pihak Wahabiyin Rokhmawan tidak mengetahui apa yang menjadi akar masalah sebenarnya konflik Acheh ini.

Jelas, kalau Wahabiyin Rokhmawan tidak tahu yang menjadi akar utama masalah timbulnya konflik Acheh, maka kalau ada maksud pihak Wahabiyin Rokhmawan ingin menyelesaikan konflik Acheh maka akan kabur, karena tidak ada dasar berpijak untuk melihat, mendalami, mempelajari, menganalisa, dan menyimpulkan konflik Acheh ini.

Yang menjadi persoalan bagi pihak Wahabiyin Rokhmawan dan Salafi-Solo-Wahabi-Saudi ini adalah: "peperangan antar umat Islam sendiri"

Nah kelihatan akhirnya dalam melihat konflik Acheh inipun jadi ngawur dan ngaco. Dimana yang kelihatan oleh mata Wahabiyin Rokhmawan dan Salafi-Solo-Wahabi-Saudi adalah "peperangan antar umat Islam sendiri". Artinya perang antara TNI/POLRI dengan GAM dinamakan "peperangan antar umat Islam sendiri"

Inilah pengambilan kesimpulan yang sesat dan menyesatkan seluruh kaum muslimin di dunia. Mengapa ?

Karena menurut Wahabiyin Rokhmawan dan Salafi-Solo-Wahabi-Saudi pembunuhan yang dilakukan TNI/POLRI terhadap rakyat muslim Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara kafir Pancasila dan juga pertahanan dan perlawanan dari pihak GAM dan TNA terhadap serangan TNI/POLRI adalah merupakan perang antar umat Islam sendiri

Inilah hasil kesimpulan yang ngaco dan salah kaprah dari pihak Wahabiyin Rokhmawan dan Salafi-Solo-Wahabi-Saudi.

Karena Wahabiyin Rokhmawan tidak ada bekal ilmu tentang Negeri Acheh dan ilmu tentang pertumbuhan dan perkembangan Negara kafir RI, maka ketika melihat rakyat muslim Acheh menuntut penentuan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara kafir Pancasila menghadapi pihak TNI/POLRI, maka dikatakanlah oleh pihak Wahabiyin Rokhmawan sebagai pemberontak terhadap pihak RI. Sehingga dituduh pihak GAM dan TNA sebagai khawarij.

Dengan munculnya tuduhan dan anggapan dari Wahabiyin Rokhmawan terhadap pihak GAM dan TNA sebabagi khawarij ini telah menunjukkan bahwa pihak Wahabiyin Rokhmawan secara langsung dan sadar telah ikut membantu dan memperkuat sistem thaghut pancasila yang dipakai pihak Pemerintah RI untuk mengikat dan menjerat serta menjajah Negeri Acheh.

Inilah yang saya katakan bahwa pihak Wahabiyin Rokhmawan dan Salafi-Solo-Wahabi-Saudi memang bodoh, sesat dan munafik. Disatu pihak tidak setuju sistem thaghut pancasila tetapi dalam prakteknya justru memperkuat sistem thaghut pancasila.

Begitu juga dengan mulutnya mengatakan menolak TNI di Acheh tetapi dalam prakteknya justru memperkuat TNI untuk terus membunuh dan membantai rakyat muslim Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas daripengaruh kekuasaan Negara kafir Pancasula. Tandanya adalah dengan membiarkan itu Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono menjalankan Keppres No.28/2003, Keppres No.43/2003 dan sekarang Keppres No.43/2004.

Adakah pihak Wahabiyin Rokhmawan dan Salafi-Solo-Wahabi-Saudi memperotes dijalankannya dasar hukum untuk pengobaran perang di Acheh yakni dasar hukum Keppres No.28/2003 ?.

Jelas itu tidak ada bunyi yang keluar dari mulut Wahabiyin Rokhmawan dan Salafi-Solo-Wahabi-Saudi terhadap pihak Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati dengan Keppres No.28/2003.

Jangan-jangan itu Wahabiyin Rokhmawan tidak tahu apa isi dari Keppres No.28/2003 dan Keppres No.43/2003 dan Keppres No.43/2004.

Kalau memang tidak tahu apa isi Keppres-Keppres itu, jelas itu menunjukkan makin salah fatal Wahabiyin Rokhmawan dan Salafi-Solo-Wahabi-Saudi ini dalam melihat dan membicarakan Negeri Acheh dan rakyat Acheh ini. Dan makin tersesat masuk kedalam jaringan sistem thaghut pancasila yang dipakai oleh pihak Pemerintah RI, TNI/POLRI, DPR, MPR.

Kemudian soal Wahabiyin Rokhmawan dan Salafi-Solo-Wahabi-Saudi yang melihat dari sudut Islam, sehingga melahirkan tuduhan khawarij kepada pihak GAM dan TNA. Jelas itu menunjukkan kebodohan dan kepicikan dari pandangan Wahabiyin Rokhmawan. Mengapa ?

Karena seperti yang saya kemukakan sebelum ini yakni "sampai dunia kiamatpun Wahabiyin Rokhmawan dan Salafi-Solo-Wahabi-Saudi tidak akan menemukan hadist-hadist yang dipakai Presiden RIS Soekarno ketika menelan, mencaplok, menduduki, dan menjajah Negeri Acheh pada tanggal 14 Agustus 1950."

Mengapa saya katakan demikian ? Karena kalau memang benar pihak Wahabiyin Rokhmawan dan Salafi-Solo-Wahabi-Saudi melihat dari sudut Islam, jelas Wahabiyin Rokhmawan harus mampu melihat dari sudut Islam untuk memandang pada apa yang telah dilakukan Soekarno terhadap Negeri acheh.

Apakah perbuatan Soekarno dengan mencaplok dan menjajah Negeri Acheh sesuai dengan Islam atau bertentangan dengan Islam ?

Hal ini penting sebelum itu Wahabiyin Rokhmawan dan Salafi-Solo-wahabi-Saudi melambungkan senjata gombal khawarijnya untuk dijadikan alat penggolongan pihak-pihak yang bertentangan dengan paham Wahabi made ini Saudi ini.

Tetapi rupanya pihak Wahabiyin Rokhmawan dan Salafi-Solo-Wahabi-Saudi ini memang tidak mempunyai dasar kuat dilihat dari sudut Islam untuk memperkuat dan membenarkan kejahatan Soekarno menelan dan menjajah Negeri Acheh. Sehingga cukup dengan mengatakan: "Salafy tidak pernah mempersoalkan keberadaan Aceh apakah di luar RI atau di dalam RI"

Dan jelas alasan ini adalah alasan gombal yang tidak berarti dari pihak Wahabiyin Rokhmawan dan Salafi-Solo-Wahabi-Saudi.

Selanjutnya Sumitro menulis: "Contoh lain dari awal kami menyatakan bahwa Al Maidah ayat 44, 45, dan 47 yang menetapkan masalah kafir itu sebelum sembarangan menetapkan seseorang (Soekarno, Gus Dur, Megawati, Habibie, Amien Rais, dll seperti yang kalian lakukan) sebagai kafir itu harus diperkuat dengan hadist karena ayat tersebut sampai sekarang masih memiliki arti atau terjemahan atau penafsiran yang beragam dari para ulama. Eh langsung saja si Ahmad ini menyebarkan fitnah lewat tulisan di sini bahwa kami sama sekali mengingkari ayat 44, 45, dan 47 Al Maidah dan langsung mencap kami sebagai kafir. Itulah bodoh dan lugunya si Ahmad yang mengakui sebagai ustadz."

Sumitro saudara memang otak sudah beku tidak mau mengerti apa yang telah dijelaskan sebelum ini. Itu kalian sampai dunia kiamat tidak akan menemukan hasdist Rasulullah saw yang ada kaitannya dengan dasar hukum Al-Maidah: 44, 45, 47. Yang ada hanyalah pendapat-pendapat pribadi saja.

Jadi jangan kalian katakan itu hadist Rasulullah saw. Itu hanyalah pendapat ulama-ulama yang kekuatannya jauh dibawah nash dasar hukum Al-Maidah: 44, 45, 47 itu sendiri. Yang memang tidak perlu ditafsirkan lagi. Itu sudah terang, jelas, dan benar. Tinggal pelaksanaannya saja. Yang ternyata oleh kalian Sumitro Cs itu pelaksanaan penegakkan dasar hukum Al-Maidah: 44, 45, 47 tidak dijalankan sepenuh hati dan sepenuh keyakinan.

Sumitro kalau saudara mengatakan: "Oh yach lupa satu lagi dengan cara2 anda seperti ini yang rugi adalah GAM karena orang bukan simpati malah anti jadinya karena komentar-komentar anda."

Tidak ada yang dirugikan dengan komentar-komentar Ahmad Sudirman, kecuali pihak Pemerintah RI, TNI/POLRI, DPR, MPR, kelompok Wahabi Rokhmawan, Salafi-Solo-Wahabi-Saudi, dan kelompok Sumitro Cs yang tetap menjadi pendukung berat sistem thaghut pancasila.

Terakhir Sumitro menyinggung: "Hi bang Ahmad bagaimana hukumnya anggota anda (GAM) membunuh saudaranya sendiri seperti Teuku Don Zulfahri yang mendirikan MP GAM (karena ketidak kuasaan Hasan Tiro menjalankan tugasnya), padahal nyata2 Teuku Don Zulfahri tersebut moeslim yang telah berjuang dan mengorbankan harta dan tenaga yang tidak sedikit untuk perjuangan GAM . Di Malaysia Teuku Don Zulfahri ini cukup disegani dan merupakan salah satu sumber dana yang besar untuk keperluan GAM. Loh kok tega2nya dibunuh hanya karena berbeda pandangan saja padahal anda mengerti hukumnya seorang moeslim membunuh moeslim lainnya."

Sumitro perlu saudara ketahui bahwa Ahmad Sudirman bukanlah anggota GAM, tetapi Ahmad Sudirman mendukung dan menyokong penuh rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara Pancasila.

Saudara Sumitro secara hukum belum ada bukti sampai detik sekarang ini siapa yang membunuh Teuku Don Zulfahri. Dan menurut informasi yang sampai kepada saya tidak pernah berlangsung penyidikan oleh pihak Kepolisian dan pihak Kejaksaan Kerajaan Malaysia dan menyidangkannya didepan pengadilan di Kerjaan Malaysia dalam masalah terbunuhnya Teuku Don Zulfahri pada hari Kamis, 1 Juni 2000, hanya beberapa jam sebelum pelaksanaan Joint of Understanding (JoU) atau kesepakatan damai antara pihak GAM dengan pemerintah Negara kafir RI, yang berlaku efektif sejak pukul 00:00 WIB Jumat, 2 Juni 2000.

Memang dari fakta dan bukti yang ada pada saya pernah Teuku Don Zulfahri menulis dalam Siaran Pers, tanggal 29 April 2000, satu bulan sebelum terbunuh, menyatakan: "Propaganda Republik Indonesia dan Kelompok Bandit dalam tubuh GAM yang seolah-olah telah terjadi perundingan peringkat tinggi di Jenewa adalah bohong dan tak akan membawa makna apapun kepada masa depan Aceh. Apabila kata-kata "Jenewa" disebutkan seolah olah sesuatu yang hebat sedang terjadi, padahal pertemuan pertemuan tersebut tidak lebih hanya pertemuan antara Penjajah dan Bandit yang mengikat kerjasama untuk kepentingan pribadi masing-masing, jauh sekali dari kepentingan rakyat Aceh."

Nah dari sebagian isi siaran pers yang saya kutip itu sedikit telah memberikan gambaran bahwa Teuku Don Zulfahri menganggap Joint of Understanding (JoU) atau kesepakatan damai antara pihak GAM dengan pemerintah Negara kafir RI sebagai propaganda RI dan Kelompok Bandit dalam tubuh GAM dan perundingan JoU itu merupakan kebohongan.

Dengan Teuku Don Zulfahri menganggap Joint of Understanding (JoU) atau kesepakatan damai antara pihak GAM dengan pemerintah RI sebagai suatu kebohongan dan propaganda dari pihak RI dan GAM yang oleh Teuku Don Zulfahri disebut Kelompok Bandit dalam tubuh GAM, maka Teuku Don Zulfahri telah menciptakan konfrontasi, yakni konfrontasi terhadap pihak RI dan konfrontasi kepada pihak GAM.

Dan sebulan kemudian, 1 Juni 2000 Teuku Don Zulfahri terbunuh. Siapa pelakunya sampai detik ini pihak Kepolisian dan pihak Kejaksaan Kerajaan Malaysia tidak pernah berhasil membongkarnya.

Jelas hukumannya adalah kalau itu terjadi diwilayah kekuasaan hukum Kerajaan Malaysia maka akan dikenakan hukum tindak pidana pembunuhan yang berlaku menurut undang-undang Kerajaan Malaysia.

Karena hukum Islam tidak diakui di Kerajaan Malaysia, maka dasar hukum An-Nisa: 92, 93 tidak bisa dikenakan dan ditegakkan di wilayah hukum Kerajaan Malaysia.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad.swaramuslim.net
ahmad@dataphone.se
----------

From: Sumitro <mitro@kpei.co.id>
To: Ahmad Sudirman <ahmad@dataphone.se>, Serambi Indonesia <serambi_indonesia@yahoo.com>, Aceh Kita <redaksi@acehkita.com>, ahmad jibril <ahmad_jibril1423@yahoo.com>, balipost <balipost@indo.net.id>, waspada <newsletter@waspada.co.id>, PR <redaksi@pikiran-rakyat.com>, Pontianak <editor@pontianak.wasantara.net.id>, Hudoyo <hudoyo@cbn.net.id>, JKT POST <jktpost2@cbn.net.id>, Redaksi Detik <redaksi@detik.com>, Redaksi Kompas <redaksi@kompas.com>, Redaksi Satu Net <redaksi@satunet.com>, Redaksi Waspada <redaksi@waspada.co.id>
Cc: rokh-mawan@plasa.com, rokh_mawan@yahoo.com, ahmad@dataphone.se
Subject: RE: WAHABIYIN ROKHMAWAN & SALAFI-SOLO-WAHABI-SAUDI IKUTAN MEGAWATI JAJAH ACHEH
Date: Tue, 3 Aug 2004 08:31:14 +0700

Aduh udah dari dulu Rokhmawan menulis bahwa beliau tidak mengakui pancasila sebagai dasar Negara Indonesia dan juga tidak setuju dengan perlakuan TNI terhadap Aceh dan mereka punya cara sendiri untuk memperbaiki kekeliruan tersebut diantaranya dengan dakwah tanpa adanya perang fisik..loh kok si Ahmad ini yang katanya bahkan ngaku2 sebagai ustaz enggak ngerti atau memang lugu sekali.

Coba baca tulisan si Ahmad sbb: "Tidak ada dasar argumentasi yang kuat yang bisa dijadikan dasar hukum oleh pihak Wahabiyin Rokhmawan dan Salafi-Solo-Wahabi-Saudi untuk terus dipakai
guna menduduki dan menjajah Negeri Acheh mengikuti pimpinan Negara kafir RI Megawati dari PDI-P sekular. Baik itu fakta, bukti dan sejarah ditinjau dari sudut dasar hukum nasional atau internasional, maupun dilihat dari sudut dasar hukum Islam. Sampai dunia kiamatpun Wahabiyin Rokhmawan dan Salafi-Solo-Wahabi-Saudi tidak akan menemukan hadist-hadist yang dipakai Presiden RIS Soekarno ketika menelan, mencaplok, menduduki, dan menjajah Negeri Acheh pada tanggal 14 Agustus 1950."

Loh yang memperkuat dan mencari hadist untuk memperkuat argumen Soekarno memasukan Aceh kedalam NKRI itu siapa ? wong nyata2 dalam tulisan nya Rokhmawan tidak pernah menyatakan bahwa Rokhmawan setuju terhadap apa yang dilakukan Soekarno.

Saudara Ahmad anda itu berdebat tapi selalu keluar dari masalah dan anda memang pintar mengolah kalimat sehingga orang yang lugu di sini akan salut dengan anda. Tapi kami ? ha ha ha semakin kelihatan lugu dan bodohnya anda dalam menanggapi setiap tulisan disini.

Contoh lain dari awal kami menyatakan bahwa Al Maidah ayat 44, 45, dan 47 yang menetapkan masalah kafir itu sebelum sembarangan menetapkan seseorang (Soekarno, Gus Dur, Megawati, Habibie, Amien Rais, dll seperti yang kalian lakukan) sebagai kafir itu harus diperkuat dengan hadist karena ayat tersebut sampai sekarang masih memiliki arti atau terjemahan atau penafsiran
yang beragam dari para ulama. Eh langsung saja si Ahmad ini menyebarkan fitnah lewat tulisan di sini bahwa kami sama sekali mengingkari ayat 44, 45, dan 47 Al Maidah dan langsung mencap kami sebagai kafir. Itulah bodoh dan lugunya si Ahmad yang mengakui sebagai ustadz.

Sudahlah kang Ahmad mendingan anda beli obat penenang atau konsultasikan diri ke dokter ahli jiwa dan syaraf sehingga anda bisa kembali normal.

Sumitro

mitro@kpei.co.id
Jakarta, Indonesia
----------

From: Sumitro <mitro@kpei.co.id>
To: Sumitro <mitro@kpei.co.id>, 'Ahmad Sudirman' <ahmad@dataphone.se>,
'Serambi Indonesia' <serambi_indonesia@yahoo.com>, 'Aceh Kita' <redaksi@acehkita.com>,
'ahmad jibril ' <ahmad_jibril1423@yahoo.com>, 'balipost' <balipost@indo.net.id>,
'waspada' <newsletter@waspada.co.id>, 'PR' <redaksi@pikiran-rakyat.com>, 'Pontianak' <editor@pontianak.wasantara.net.id>, 'Hudoyo' <hudoyo@cbn.net.id>, 'JKT POST' <jktpost2@cbn.net.id>, 'Redaksi Detik' <redaksi@detik.com>, 'Redaksi Kompas' <redaksi@kompas.com>, 'Redaksi Satu Net' <redaksi@satunet.com>, 'Redaksi Waspada' <redaksi@waspada.co.id> Cc: "'rokh-mawan@plasa.com'" <rokh-mawan@plasa.com>, "'rokh_mawan@yahoo.com'" <rokh_mawan@yahoo.com>, "'ahmad@dataphone.se'" <ahmad@dataphone.se>
Subject: RE: WAHABIYIN ROKHMAWAN & SALAFI-SOLO-WAHABI-SAUDI IKUTAN MEGAWATI JAJAH ACHEH
Date: Tue, 3 Aug 2004 09:22:14 +0700

Oh yach lupa satu lagi dengan cara2 anda seperti ini yang rugi adalah GAM karena orang bukan simpati malah anti jadinya karena komentar-komentar anda.

Sumitro

mitro@kpei.co.id
Jakarta, Indonesia
----------

From: Sumitro <mitro@kpei.co.id>
To: Ahmad Sudirman <ahmad@dataphone.se>, Serambi Indonesia <serambi_indonesia@yahoo.com>, Aceh Kita <redaksi@acehkita.com>,
ahmad jibril <ahmad_jibril1423@yahoo.com>, balipost <balipost@indo.net.id>, waspada <newsletter@waspada.co.id>, PR <redaksi@pikiran-rakyat.com>, Pontianak <editor@pontianak.wasantara.net.id>, Hudoyo <hudoyo@cbn.net.id>, JKT POST <jktpost2@cbn.net.id>, Redaksi Detik <redaksi@detik.com>, Redaksi Kompas <redaksi@kompas.com>, Redaksi Satu Net <redaksi@satunet.com>, Redaksi Waspada <redaksi@waspada.co.id>
Cc: rokh-mawan@plasa.com, rokh_mawan@yahoo.com, ahmad@dataphone.se
Subject: GAM telah pecah....
Date: Tue, 3 Aug 2004 14:50:10 +0700

Hi bang Ahmad bagaimana hukumnya anggota anda (GAM) membunuh saudaranya sendiri seperti Teuku Don Zulfahri yang mendirikan MP GAM (karena ketidak kuasaan Hasan Tiro menjalankan tugasnya), padahal nyata2 Teuku Don Zulfahri tersebut moeslim yang telah berjuang dan mengorbankan harta dan tenaga yang tidak sedikit untuk perjuangan GAM . Di Malaysia Teuku Don Zulfahri ini cukup disegani dan merupakan salah satu sumber dana yang besar untuk keperluan GAM. Loh kok tega2nya dibunuh hanya karena berbeda pandangan saja padahal anda mengerti hukumnya seorang moeslim membunuh moeslim lainnya.

Terjadinya pembunuhan atas Teuku Don Zulfahri oleh GAM sendiri hanya karena mendirikan MP GAM di Malaysia membuktikan bahwa GAM telah pecah dan ini sangat berbahaya bagi GAM sendiri terus apa kira2 komentar anda bang Ahmad ?
Demikian dan terima kasih.

Sumitro

mitro@kpei.co.id
Jakarta, Indonesia
----------