Stockholm, 8 September 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

MATIUS DHARMINTA HANYA SEBARKAN BERITA HASIL SENSOR LETKOL CAJ ASEP SAPARI DI ACHEH
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

KERJA WARTAWAN JAWA POS MATIUS DHARMINTA HANYA MENYEBARKAN BERITA HASIL SENSOR DANSATGASPEN KOOPSLIHKAM LETKOL CAJ ASEP SAPARI DI ACHEH

"TNI lumpuhkan "Panglima Sagoe" GSA. 13 anggota GSA menyerahkan diri di NAD" (Matius Dharminta, mr_dharminta@yahoo.com , Mon, 6 Sep 2004 21:49:37 -0700 (PDT))

Baiklah saudara wartawan Jawa Pos Matius Dharminta di Surabaya, Indonesia.

Tugas kerja wartawan Jawa Pos Matius Dharminta hanya sekedar mengkopi dan mengedit sedikit dari berita yang telah disensor ketat oleh Dansatgaspen Koppslihkam, Letkol CAJ Asep Sapari, atau dari Dansub Satgas Penerangan B Koopslihkam Media Center Kapten Inf Candra Purnama.

Itu berita yang disebar luaskan oleh Letkol CAJ Asep Sapari dan Kapten Inf Candra Purnama sudah diolah sedemikian rupa untuk dijadikan barang konsumsi bagi pembaca baik media cetak ataupun media elektronik agar supaya mendapat gambaran bahwa perjuangan rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara Pancasila telah mengalami kemunduran dengan adanya penyerahan diri.

Memang berita-berita hasil sensor ketat dengan pakai saringan dasar hukum Keppres No.43 tahun 2003 diharapkan menjadi alat untuk mengarahkan opini dalam negeri ke arah pihak penjajah RI. Dengan harapan bahwa rakyat dan Negeri Acheh tetap berada dalam kurungan RI.

Tetapi tentu saja, yang dilupakan oleh pihak Pemerintah RI dan TNI adalah realitanya konflik Acheh ini memang tidak bisa diselesaikan. Dan sangat tidak mungkin bisa diselesaikan dalam jangka waktu yang selalu digembar-gemborkan oleh pihak Penguasa Darurat Sipil Daerah Acheh dan Penguasa Darurat Sipil Pusat yang ditunjang oleh TNI/POLRI.

Buktinya masih kuat rakyat Acheh dan terus menghadapi tindakan agresi pendudukan dan penjajahan yang dilakukan dan dilancarkan pihak RI bersama TNI/POLRI-nya di Negeri Acheh. Dan terbukti mana mampu itu Megawati Cs bersama Endriartono Sutarto dan Ryamyzard Ryacudu menyelesaikan konflik Acheh dengan baik, aman, damai dan jujur.

Apalagi kalau nanti Susilo Bambang Yudhoyono terpilih jadi Presiden RI ke-6, maka jelas itu konflik Acheh sangat sulit untuk bisa diselesaikan secara aman, damai, dan jujur. Karena kalau melihat dan mempelajari visi dan misi Susilo Bambang Yudhoyono tentang Acheh hanya meneruskan kebijaksanaan politik secara militer yang telah digariskan oleh Megawati Cs bersama TNI/POLRI dengan disetujui oleh DPR saja. Tidak ada ide dan konsepsi baru yang bisa diharapkan untuk penyelesaian konflik Acheh yang baik, aman, damai dan jujur.

Pihak TNI/POLRI, Penguasa Darurat Sipil Daerah Acheh dan Penguasa Darurat Sipil Pusat dibawah Megawati mengetahui dengan pasti bahwa itu sebagian besar rakyat Acheh adalah sangat menentang kepada kebijaksanaan politik pendudukan dan penjajahan di Negeri Acheh.

Lihat saja mana itu kelihatan muka-muka rakyat Acheh menunjukkan rasa senang, gembira, suka hati melihat para serdadu TNI/POLRI/RAIDER berkeliaran di Negeri Acheh. Sebaliknya itu rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara Pancasila sudah begitu trauma terhadap TNI/POLRI yang telah diperintahkan oleh Jenderal TNI Endriartono Sutarto dan Jenderal TNI Ryamizard Ruyacudu untuk membunuh rakyat muslim Acheh dan memperkosa wanita-wanita muslimah Acheh atas perintah Penguasa Darurat Sipil Daerah Acheh dan Penguasa Darurat Sipil Pusat dibawah Megawati.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad.swaramuslim.net
ahmad@dataphone.se
----------

Date: Mon, 6 Sep 2004 21:49:37 -0700 (PDT)
From: matius dharminta <mr_dharminta@yahoo.com>
Subject: YANG BENARR PASTI MENANG.
To: ahmad latif <sumatra_merdeka@yahoo.com>
Cc: ahmad@dataphone.se

TNI LUMPUHKAN "PANGLIMA SAGOE" GSA

Banda Aceh, Operasi pemulihan keamanan pasukan TNI di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), melumpuhkan (menewaskan:Red) "panglima sagoe" (pimpinan Gerakan Separatis Aceh: GSA) wilayah Lama Tuha, Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya Pimpinan GSA itu tewas dalam baku tembak dengan pasukan TNI Yonif-713/ST, dan dua pemberontak berhasil melarikan diri. Dalam kontak tembak yang berjalan beberapa menit itu, pasukan TNI juga berhasil menyita barang bukti berupa 42 butir amunisi senjata api AK, satu lembar bendera GSA dan barang kebutuhan hari-hari, hingga kini pasukan TNI terus mengejar sisa-sisa anggota GSA yang masih bersembunyi di kawasan pedalaman Aceh itu.

Sementara dari Kabupaten Pidie, dua anggota GSA, masing Baihaki (22) dam Junaidi (17), menyerahkan diri ke pos polisi di Mapolsek Bandar Dua. Anggota GSA yang menyerahkan diri kepada polisi itu menyerahkan pula sepucuk senjata api jenis AK-46 dan sebanyak 65 butir amunisinya.

13 ANGGOTA GSA MENYERAHKAN DIRI DI NAD

Banda Aceh, Sebanyak 13 anggota Gerakan Separatis Aceh (GSA) menyerahkan diri kepada aparat TNI yang tersebar di empat kabupaten dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Meskipun anggota GSA yang menyerah itu jabatannya sebagai Tentara Nasional Aceh (TNA), namun tidak ada dari mereka yang membawa senjata api.

Anggota GSA yang menyerahkan diri tersebut paling banyak di Kabupaten Aceh Barat, sebanyak enam orang di lokasi yang berbeda. Tiga anggota GSA yang kesemuanya TNA atas nama Salikin (25), M. Yusuf (40), dan Khairul (25), menyerahkan diri ke Pos Yonif 527/BY di Desa Pasi Ara, Kecamatan Woyla Timur.

Masih di kecamatan yang sama, Jaini (25), jabatan TNA, menyerahkan diri ke Pos Koramil Arongan Lambalek, dan Anwar (35), jabatan TNA menyerahkan diri ke Pos Koramil 02, Kecamatan Waylo Induk.

Masih dari Kabupaten Aceh Barat, seorang anggota GSA atas nama Said (21) menyerahkan diri ke Pos Yonif 100/Raider di Desa Nalit Blang Luah, Kecamatan Woyla Barat.

Kemudian di Kabupaten Bireuen terdapat tiga orang anggota GSA yang menyerahkan diri ke Pos Yonif 300/Raider di Desa Lhok Kulam, Kecamatan Jeunib, yakni Muhammad (30), Nurdin (36), dan Anwar Muhammad (45).

Selanjutnya, anggota GSA yang menyerahkan diri terjadi di Kabupaten Nagan Raya, atas nama Nurullah (41). Dia menyerahkan diri ke Koramil 05, Kecamatan Beutong, dan di Kabupaten Aceh Tengah atas nama Maradona (22) menyerahkan diri ke Koramil 01, Kecamatan Bandar.

Semua anggota GSA yang menyerahkan diri tersebut kini dalam proses pemeriksaan. Selain itu, pasukan TNI juga berhasil menangkap tiga anggota GSA di lokasi berbeda, yakni atas nama Mawardi (18) dan Ayub Jalil (21) di desa Blag senang, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen.

Kemudian di Aceh Utara, pasukan TNI juga menangkap seorang anggota GSA atas nama Zakaraia (31), pembuat senjata rakitan di Desa Le Tarie-2 Simpang Keramat, Kecamatan Kuta Makmur.

Matius Dharminta

mr_dharminta@yahoo.com
Surabaya, Indonesia
----------