Stockholm, 13 Oktober 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

WAHABIYIN ROKHMAWAN KAUM WAHABI SAUDI MUNAFIKUN YANG HANYA MENGUMBAR JANJI PALSU
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

WAHABIYIN ROKHMAWAN AKHIRNYA MUNCUL LAGI DASAR MUNAFIKUN KAUM WAHABI SAUDI YANG PANDAI MENGUMBAR JANJI GOMBAL

"Menurut beliau (pak Rokhmawan), kebid 'ahan anda cs termasuk NII, GAM/TNA antara lain angkat senjata melawan pemerintahan (padahal Rosul menyuruh agar tetap sabar), tidak mau mengamalkan sunnah seperti sunnah yang ada pada fisik Rosul (alasan anda sudah terdeteksi bahwasanya anda cs tidak mau menerima sunnah), mendirikan negara Islam melalui atau melangkahi langkah-langkah awal, mengutamakan pendapat sendiri dalam menafsirkan Al-qur 'an dan memvonis orang tanpa adanya ulama panduannya dan masih banyak kebid 'ahan maupun ke ahwaan yang lain sepert i misalnya belajar ilmu hanya dengan membuka-buka buku, tafsir Al-qur 'an, alat media lainnya tanpa adanya tuntunan dari ulama rabbani (secara nyata) atau belajar kepada ulama hanya pada masa lampau." (Hadi , hadifm@cbn.net.id , alias Rokhmawan , rokh_mawan@yahoo.com , Wed, 13 Oct 2004 14:34:05 +0700)

Baiklah Wahabiyin Rokhmawan yang menjelma menjadi Wahabiyin Hadi di Solo dan Jakarta, Indonesia.

Wahabiyin Rokhmawan, kalian memang betul-betul seorang munafikun, mudah mengumbar janji, dan celakanya selalu menipu memakai nama orang lain atau mempergunakan nama orang lain. Lihat itu Joko Riyanto, atau sekarang itu Wahabiyin Hadi arek Jampang dari Betawi.

Kalian Wahabiyin Rokhamawan yang gombal, apakah kalian itu memang orang budek dan buta sehingga tidak bisa melihat itu kerja dari TNI yang telah disumpah oleh atasannya seperti Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu dan Jenderal TNI Endriartono Sutarto untuk taat dan setia pada pancasila dan UUD 1945.

Kalian Wahabiyin Rokhmawan mengapa kalian tetap gombal dan budek, mata hanya dipakai melihat kepada pihak ASNLF atau GAM, sedangkan lupa apa yang telah dilakukan oleh pihak TNI yang diperintahkan oleh Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono untuk membunuh rakyat Acheh dan menjajah Negeri Acheh.

Apakah kalian Wahabiyin munafikun kaum wahabi Saudi yang hanya membiarkan kebid'ahan yang merajalela di sekitar kalian, terutama disekitar keraton Solo didekat tempat kalian tinggal. Mengapa hanya telunjuk ditujukan kepada pihak ASNLF atau GAM saja, padahal kalian buta dan budek tidak bisa melihat dan mendengar khurafat, musyrik, bid'ah yang merajalela didepan mata kalian.

Kalian Wahabiyin Rokhmawan yang budek, dan bodoh, dari kaum wahabi Saudi, memang tidak jera-jera untuk menghantam GAM atau ASNLF. Kalian memang seorang munafikun yang hanya taklid buta kepada pimpinan kaum wahabi Saudi saja.

Katanya kalian punya ulama coba tunjukkan dan sebutkan nama ulama kalian itu yang ada di Bandung atau di Solo. Atau apakah kalian Wahabiyin Rokhmawan yang budek dan buta pernah belajar kepada ulama selain ulama kaum wahabi Saudi. Atau pernahkah kalian Wahabiyin Rokhmawan budek belajar pada ulama kalian di Mekkah atau di Yaman ?.

Kalian Wahabiyin Rokhmawan budek, hanya pandai mengkopi apa yang dibuat oleh kaum wahabi Saudi yang ada di Negara kafir RI dengan majalah salafinya atau wahabinya saja.

Wahabiyin Rokhmawan otak udang jangan menukar permasalahan. Permasalahan yang ditampilkan oleh saudara Teguh Harjito adalah merupakan tanggapan terhadap tulisan yang dibuat oleh saudara Abu Hamzah Al Atsari dari Bandung yang berjudul : "Nasehat untuk Salafiyyin", yang kalian kutip sebelum kalian mundur di mimbar bebas ini (Rokhmawan, Mon, 27 Sep 2004 21:52:35 -0700 (PDT)

Jadi jangan kalian belokkan kepada hal yang lain, Wahabiyin Rokhmawan budek, itu saudara Abu Hamzah Al Atsari dari Bandung yang berjudul : "Nasehat untuk Salafiyyin" telah menulis: "Perkara yang tidak diragukan lagi bahwa berjihad dengan hujjah dan burhan dalam berdakwah, mengikhlaskan ibadah hanya untuk Alloh, membantah kesyirikan dan kesesatan dengan segala bentuknya, menghancurkan syubhat-syubhat dan melenyapkan fitnah syahwat, adalah amalan yang paling utama. Menyampaikan sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassallam ke tengah-tengah ummat adalah lebih afdhol dari pada melemparkan panah ke leher-leher musuh, yang demikian itu hal ini dapat dilakukan semua orang, sedang menyampaikan Sunnah tidak ada yang melakukannya kecuali warosatul anbiya." (Abu Hamzah Al Atsary, 18 Februari 2004)

Nah masalah yang dikemukakan oleh saudara Abu Hamzah Al Atsari inilah yang jadi persoalan dan dimasalahkan oleh saudara Teguh Harjito

Kalian karena memang tidak bisa membantah apa yang dikatakan oleh saudara Teguh Harjo, akhirnya kalian belokkan kepada masalah lain, masalah Wahabiyah Tati yang hanya taklid buta saja kerjanya.

Nah sekarang, mampukan kalian Wahabiyin Rokhmawan kaum wahabi Saudi atau saudara Abu Hamzah Al Atsari di Bandung membantah tanggapan saudara Teguh Harjito ?

Ahmad Sudirman dan saudara Teguh Harjito belum menerima jawaban atau sanggahan dari saudara Abu Hamzah Al Atsari di Bandung. Apakah kalian memang tidak mampu menjawab, sehingga mengalihkan kepada persoalan yang lain ? Apakah memang kalian kaum wahabi Saudi tidak mampu mematahkan argumentasi lainnya yang telah mematahkan argumentasi kalian dari paham Wahabi yang dikembangkan oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab dengan paham pemusnahan syirik, bid'ah, khurafatnya.

Kalian memang Wahabiyin Rokhmawan tidak berani untuk membantah kalau memang alasan dan argumentasi naqli dan aqlinya lemah, seperti yang dikemukan oleh saudara Abu Hamzah Al Atsari. Yang hanya menekankan pada "pembantahan atas kesyirikan dan kesesatan, penghancuran syubhat-syubhat, dan pelenyapan fitnah syahwat, adalah merupakan amalan yang paling utama, menurut saudara Abu Hamzah Al Atsari.

Nah itu adalah merupakan paham wahabi alias paham salafi yang dikembangkan oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab yang dianggap paling utama oleh saudara Abu Hamzah Al Atsari dari Bandung

Paham wahabi inilah yang dibantah oleh saudara Teguh Harjito dengan menyinggung bahwa pengamalan paham wahabi alias salafi itu bukan amalan yang paling utama. Melainkan yang paling utama adalah jihad fi sabilillah. Sebagaimana yang di Firmankan Allah SWT: "tidaklah sama antara mu'min yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang2 yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya, Allah melebihkan orang2 yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang2 yang duduk satu derajat. Kepada masing2 mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (syurga) dan Allah melebihkan orang2 yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, yaitu beberapa derajat daripada-Nya serta ampunan dan rahmat. dan adalah Allah maha pengampun lagi maha penyayang." [QS. An-Nisaa':95-96] . "...jika kamu tidak berangkat berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan ditukarnya kamu dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudlaratan kepada-Nya sedikitpun. Allah maha kuasa atas segala sesuatu." [QS. At-Taubah:39] . "...maka berperanglah pada jalan Allah. tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. kobarkanlah semangat para mu'min untuk berperang. muddah-mudahan Allah menolak serangan orang2 kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan-Nya." [QS. An-Nisaa':84] . "Mereka rela berada bersama orang2 yang tidak pergi berperang (wanita, anak2, orang sakit dan prang tua), dan hati mereka telah dikunci mati, maka mereka tidak mengetahui kebahagiaan beriman dan berjihad. tetapi Rasul dan orang2 yang beriman bersama dia, berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang2 yang memperoleh kebaikan, dan mereka itulah orang2 yang beruntung." [QS. At-Taubah:87-88] " (Teguh Harjito, 30 September 2004).

Begitu juga menurut hadits Rasulullah saw: "ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling tinggi derajatnya?" Rasulullah Muhammad saw menjawab, "seorang beriman yang berperang di jalan Allah dengan jiwa dan hartanya." [Shahih Al-Bukhari 4/45] . "berdiri satu jam dalam medan pertempuran di jalan Allah lebih baik daripada berdiri menunaikan shalat selama enam puluh tahun." [Shahih, diriwayatkan oleh Ibnu Adii dan Ibnu Asakir dari Abu Hurairah (4/6165); Shahih Jami' As-Saghir no.4305] . "berjuang di jalan Allah selama pagi atau sore hari lebih baik daripada dunia dan seluruh isinya." [Shahih Al-Bukhari 4/50] . "ada ratusan ketinggian derajat di Syurga yang disediakan Allah kepada mereka yang bertempur di jalan-Nya. jarak antara satu derajat dengan derajat lainnya membentang jauh seperti jarak antara langit dan bumi." [Shahih Al-Bukhari 4/48] . "ibadah yang paling tinggi nilainya dalah jihad." [hadits shahih dari Muadz bin Jabal, Shahih At-Tirmidzi] . "barangsiapa yang tidak berangkat berjihad, atau tidak menolong mempersiapkan perlengkapan bagi para mujahid, atau tidak menyantuni dengan baik keluarga para mujahid ketika mereka tengah berjihad, maka Allah pasti akan menimpakan kepadanya bencana besar pada hari pengadilan kelak." [hadits hasan, hadits marfu' dari Abu Umamah. Abu Daud 3/22; Ibnu Majah 2/923] " (Teguh Harjito, 30 September 2004).

Jadi wahai Wahabiyin Rokhmawan yang budek dan picik, jangan dulu memindahkan persoalan, jawab dulu itu sanggahan dan pendapat dari saudara Teguh Harjito.

Kalau memang kalian kaum wahabi Saudi yang ada di Solo tidak budek, maka akan segera memberikan jawabannya berdasarkan dalil daruri dan nadhari di mimbar bebas ini. Tetapi kalau kalian Wahabiyin Rokhmawan budek, maka kalian tidak akan menjawabnya. Dan memang kalian sering tidak memberikan jawabannya. Sudah berapa kali saudara Teguh Harjito memberikan tanggapan dan mempertanyakan, tetapi oleh kalian Wahabiyin Rokhmawan kaum wahabi Saudi tidak dijawabanya.

Nah sekarang, mumpung kalian Wahabiyin Rokhmawan muncul lagi di mimbar bebas ini, coba jawab dulu itu tanggapan dan sanggahan saudara Teguh Harjito. Kalau kalian budek, coba tembuskan kepada saudara Abu Hamzah Al Atsari, atau persilahkan tampil di mimbar bebas ini. Jangan hanya berani dikandang kaum wahabi saja. Alasan bid'ah, syirik, khurafat.

Atau hanya cukup dijawab oleh sekularis Sumitro yang menulis: "Kalau dilihat dari tulisannya barangkalai hadist yang mendasari tulisan saudara Rokmawan diantarnya adalah : bahwasanya Rosululloh SAW bersabda kurang lebih artinya "Barangsiapa yang menghidup-hidupkan sunnahku di zaman yg fahsya' ini maka pahalanya sama seperti 100 mati syahid" ( buka kitab Riyadlus solihin bab 2atau bab 1)."Dan barangsiapa yg mengamalkan sunnahku berarti dia cinta kepadaku danbarangsiapa cinta kpdku maka dia akan masuk syurga bersamaku (dari kitab Riyadhus Solihn)". (Sumitro, Thu, 30 Sep 2004 14:29:39 +0700)

Kalau hanya kalian menyandarkan jawabannya kepada apa yang ditulis oleh Sumitro, jelas kalian itu memang budek, lemah dalil daruri dan nadharinya dibandingkan dengan dalil daruri dan nadhari yang dikemukakan oleh saudara Teguh Harjito diatas.

Berpikirlah jangan budek, wahai Wahabiyin Rokhmawan kaum wahabi Saudi di Solo.

Kemudian itu soal Teungku Ishak Daud yang syahid. Jelas beliau adalah pejuang Acheh yang mempertahankan Islam, Negeri, dan harta yang telah dijajah, dirampas oleh kaum penjajah TNI yang telah disumpah untut taat dan setiap pada pancasila dan UUD 1945 sehingga menjadi musyrik, bid'ah, dan penuh khurafat. Itulah yang dilawan oleh Teungku Ishak Daud. Teungku Ishak Daud syahid membela Islam, Negeri Acheh, dan harta. Bukan seperti TNI yang membela pancasila, UUD 1945, dan membeo kepada Megawati, Endriartono Sutarto dan Ryamizard Ryacudu.

Semoga amal ibadah dan perjuangan Teungku Ishak Daud dalam membela Islam, Negeri Acheh, harta diterima Allah SWT, amin. Semoga Allah SWT menolong rakyat Aceh untuk menghancurkan kaum penjajah RI dengan TNI/POLRI-nya yang penuh khurafat, bid'ah dan syirik dengan pancasila dan UUD 1945 sekulernya dari muka bumi ini.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
www.ahmad-sudirman.com
ahmad@dataphone.se
----------

From: "H4D!" <hadifm@cbn.net.id>
To: "Ahmad Sudirman" <ahmad_sudirman@hotmail.com>, "Ahmad Sudirman" <ahmad@dataphone.se>, "gatra" <gatra@gatra.com>, <JKamrasyid@aol.com>, "KOMPAS" <kompas@kompas.com>, <koran@tempo.co.id>, <koransp@suarapembaruan.com>, <maop_004@yahoo.com.au>, "Matius Dharminta" <mr_dharminta@yahoo.com>, <mazda_ok@yahoo.com>, <mediacenter@sby-oke.com>, <mimbarbebas@egroups.com>, <mitro@kpei.co.id>,
Subject: JELAS KELIHATAN ITU AHLUL BID'AH AHMAD SUDIRMAN TAKLID BUTA KEPADA ALHABLA HASAN TIRO
Date: Wed, 13 Oct 2004 14:34:05 +0700

Wahai Ahlul Bid 'ah Ahmad Sudirman saya akan menanggapi komentar yg anda tujukan kpd sdri tati

Wahai Ahlul Bid 'ah Ahmad Sudirman, anda itu bagaimana ? Jelas sekali bagaimana pak Rokhmawan telah memaparkan kebid 'ahan dan ke ahwaan anda cs termasuk alhabla Hasan Tiro si pelarian pengecut itu sehingga anda cs digelari sebagai Ahlul Ahwa dan Ahlul Bid 'ah ataupun Bahlul.

Menurut beliau (pak Rokhmawan), kebid 'ahan anda cs termasuk NII, GAM/TNA antara lain angkat senjata melawan pemerintahan (padahal Rosul menyuruh agar tetap sabar), tidak mau mengamalkan sunnah seperti sunnah yang ada pada fisik Rosul (alasan anda sudah terdeteksi bahwasanya anda cs tidak mau menerima sunnah), mendirikan negara Islam melalui atau melangkahi langkah-langkah awal, mengutamakan pendapat sendiri dalam menafsirkan Al-qur 'an dan memvonis orang tanpa adanya ulama panduannya dan masih banyak kebid 'ahan maupun ke ahwaan yang lain sepert i misalnya belajar ilmu hanya dengan membuka-buka buku, tafsir Al-qur 'an, alat media lainnya tanpa adanya tuntunan dari ulama rabbani (secara nyata) atau belajar kepada ulama hanya pada masa lampau.

Ha ha ha ha mana ada maling atau pencuri langsung mengaku kalau dirinya telah mencuri kecuali kalau sudah terpaksa. Nah sedangkan Si Ahlul Bid 'ah Ahmad Sudirman cs ini lebih parah dari pada seorang maling (pencuri). Sudah ketauhan dan terpojok masih mengelak lagi. Kemudian dari uraian pak Rokhmawan saya bisa menilai yang dinamakan ulama rabbani yaitu ulama yang benar-benar berpegang dengan Al-qur 'an dan Al-hadist (mengutamakan sunnah).

Sedangkan ciri-cirinya selain mengutamakan sunnah, yang terpenting adalah menguasai berbagai (semua) cabang ilmu agama Islam secara baik dan benar dan menghayatinya serta mengamalkannya, tidak pernah melakukan bid 'ah, khurofat dan syirik, mampu menyusun buku-buku agama Islam seperti tentang aqidah, tauhid dll dan juga sering mengadakan dialog agama antar ulama yg lainnya maupun masyarakat awan dsb.

Kemudian mengenai perkataan syahid jelas disini tidak boleh ditujukan kepada seseorang yang bukan haknya kecuali ada persetujuan dari ulama, misal saja anda cs termasuk Warwick tukang jual barang rongsokan yg mengatakan Iskak Daud syahid atau orang Aceh yang ingin menentukan nasibnya sendiri dan mati ketika bertempur melawan TNI matinya mati syahid. Menurut pak Rokhmawan cs jelas ini kebid 'ahan. Dan memang lucu sekali kalau GAM/TNA yang mati terbunuh TNI matinya adalah mati syahid padahal kata pak Rokhmawan cs, Ishak cs matinya mati jahiliyah, lhaa wong mereka (GAM dan TNA) saja adalah pemberontak yang berdarah dingin dan punya dendam kesumat.

Kalau hanya asal ngomong tanpa dipikir panjang sesuai dengan kaidah ilmu sech gampang untuk mengatakan si anu, si itu, si ini mati syahid ( anak SD pun bisa juga ). Wahai Ahlul Bid 'ah Ahmad Sudirman mengapa anda cs mudah sekali mengatakan yang demikian, coba terangkan alasan anda mengatakan syahid kepada ishak bandit kurang ajar itu dan apakah anda seorang ulama atau ustadz? .

Wahai Si Ahlul Bid 'ah Ahmad Sudirman mengapa anda tidak membahas semua komentar sdri tati terutama mengenai pahala yang melebihi jihad (perang) serta yang menjadikan argumen sdri tati ? ayo ungkapkan argumen anda untuk membantah argumen sdri tati kemaren lusa. Di mana Sdri tati menuliskan, "Begini ya Si Ahlul Ahwa dan Ahlul Bid 'ah Ahmad Sudirman di mana anda telah menampilkan komentar dari sdr Teguh Harjito tentang kerancuan. Dimana sebenarnya kerancuan anda telah dijawab oleh pak Mitro dengan hadist yg terdapat di buku riyadlus solihin tersebut, namun perlu saya perkuat dengan hadist Rosululloh yg artinya, " Tidak dibenarkan kamu (para sahabat) pergi ke medan perang semuanya, harus ada sebagian yang menuntut ilmu agama (majlis ilmu) dan ber dakwah" (mutafakun 'alaih).

Wahai Si Ahlul Ahwa dan Ahlul Bid 'ah Ahmad Sudirman cs dan Teguh Harjito untuk memudahkan anda semua berfikir marilah saya bantu penjelasan dari hadist tersebut. Di dunia hanya ada dua situasi yaitu situasi aman ( antara muslim dan non-muslim ada dan terikat perjanjian damai ) dan situasi perang ( muslimin berperang melawan kafir harby benar-benar karena agama ). Nah anggap saja di Indonesia ini sedang terjadi peperangan agama antara islam dan non-islam, menurut hadist hasan di atas jelas sekali kita tidak diperbolehkan pergi ke medan perang semuanya ( semua kaum laki-laki yg sudah baligh dan kuat tanpa udzur berbondong-bondong pergi ke medan perang ) akan tetapi di antara kita harus ada sebagia yang tinggal di rumah untuk menuntut ilmu agama, berdakwah dan ber amar ma' ruf nahi munkar. Coba seandainya semua laki-laki tersebut pergi ke medan perang, bagaimana aktifitas dakwah, amar ma' ruf nahi munkar termasuk menghidupkan sunnah rosululloh. Belum lagi kalau ternyata banyak diantaranya yg mati syahid atau mengalami kekalahan ( Anggap saja seperti GAM/TNA yg kalah melawan TNI ) maka dengan kekalahan tersebut mengakibatka para alim ulama, hafidz qur 'an, ahli tafsir dll banyak yg berguguran dan berakibat tidak ada generasi penerusnya. Bahkan islam bisa tidak akan berkembang seandainya benar-benar ilmuwan agama dll bayak yg syahid. Dan yang jelas itu situasi perang tidak selamanya berlangsung pasti ada masa-masa damai. Nah untuk masa damai ( seperti di indonesia ) jelas tidak diperbolehkan untuk mengadakan perang (jihad) melainkan semuanya harus menuntut ilmu agama dan berdakwah termasuk menyampaikan sunnah Roslulloh. Dengan uraian di atas maka dapat disimpulkan jihad dalam arti perang terhadap kafir harby jelas dilakukan pada saat-saat tertentu saja kendati demikian tidak boleh semuanya pergi ke medan perang, harus ada sebagian yg menuntut ilmu agama, dakwah dan amar ma' ruf nahi munkar termasuk menyampaikan sunnah Rosul. Sedangkan menuntut ilmu agama, dakwah dll termasuk menyampaikan sunah harus dilakukan setiap keadaan baik dalam kodisi perang lebih-lebih dalam kondisi damai".

Coba anda Si Ahlul Bid 'ah Ahmad Sudirman tanggapi argumennya sdri tati jangan hanya kabur atau lari dari pokok permasalahan kemaren. Memang inilah ciri-ciri watak Si Ahlul Bid 'ah Ahmad Sudirman yang kata si Ham am, Muhammad al-kubro dll sebagai ahlil mimbar.

Sebenarnya masih banyak lagi pahala yang melebihi amalan jihad (perang), seperti pahala orang-orang yg sabar dimana pahalanya juga 100 mati syahid. Sebagaimana sabda Rosululloh SAW yang artinya kurang lebih "jika kamu bersabar maka pahalanya 100 syuhada' ". Dan menurut hadist yang lainnya mengatakan bahwasanya mati syahid disini adalah mati syahidnya dikalangan sahabat Rosululloh bukan syahidnya dikalangan generasi berikutnya.

Wahai Si Ahlul Ahwa dan Ahlul Bid 'ah Ahmad Sudirman cs, anda semua ternyata tidak bisa memahami sabda rosululloh terutama mengenai amalan-amalan yang utama. Hayooo jangan bohong pasti anda sendiri menyadari banyak hadist yang menyatakan amalan lainnya selain perang terhadap kafir juga termasuk amalan yg lebih utama. Dan kesemua hadist tersebut shahih. Misal suatu hari datang sahabat yg bertanya kepada Rosul, yaa Rosululloh beritahukan kepada kami amalan apa yang palin dicintai Alloh ?. Rosululloh menjawab, "amalan yang paling dicintai Alloh yaitu amalan yg sedikit tetapi istiqomah ( continue )". Coba silakan jawab mengapa Rosul tidak menyebutkan amalan yg banyak dan istiqomah ?. Hanyalah orang yang jahil dan bodohlah yang tidak bisa menjawabnya.

Rosululloh juga bersabda mengenai amalan yg utama adalah mendamaikan orang islam yang sedang bersengketa karena perkelahian bisa merusakkan semua amal sebagaimana pisau mencukur rambut.

Wahai Si Ahlul Bid 'ah Ahmad Sudirman masih banyak lagi amalan yg lebih utama disamping atau selain jihad ( perang thd kafir ). Nah dengan ilmu yg ada pada anda, saya tantang anda mengapa bisa terjadi demikian ( banyak amalan yg lebih utama atau mulia maupun dicintai Alloh ) ? terangkan sebabnya...OK ! ( kalau anda tidak mau menjawab dengan tegas berarti anda seorang yang kalah dalam berdebat atau berdiskusi melawan orang indonesia he.he..he..).

Kemudian mengapa itu Warwick tukang jual barang rongsokan berani bersumpah demi selain Alloh dengan ungkapannya Demi Alloh dan Rosul-Nya kita tumpas kafir jawa....bukankah berarti dengan demikian itu Si Warwick tukang jualan barang rongsokan sudah mengatakan perkataan yg haram dan bernuansa syirik bahkan bisa dikatakan syirik ( baca uraian di bawah setelah yg satu ini ini ).

Wassalaam

hadi
hadifm@cbn.net.id

Rokhmawan

rokh_mawan@yahoo.com
rokh-mawan@plasa.com
solo, jateng, Indonesia
----------

HUKUM PERKATAAN FULAN SYAHID
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan :
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : "Apa hukum perkataan, 'fulan Syahid ?'.
Jawaban :
Jawaban atas hal itu adalah bahwa seseorang dikatakan syahid itu dengan dua sisi yaitu :
Pertama.
Hendaknya terikat dengan suatu sifat, seperti : Dikatakan bahwa setiap orang yang dibunuh fisabillah adalah syahid, orang yang dibunuh karena membela hartanya adalah syahid, orang yang mati karena penyakit thaun adalah syahid dan yang semacamnya. Ini adalah boleh sebagai mana yang terdapat dalam nash, dan karena kamu menyaksikan dengan apa yang dikhabarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Yang kami maksud boleh adalah tidak dilarang. Jika menyaksikan hal itu, maka wajiblah membenarkan khabar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Kedua
Menentukan syahid bagi seseorang, seperti kamu mengatakan kepada seseorang, dengan menta'yin bahwa dia syahid. Ini tidak boleh kecuali yang disaksikan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam atau umat sepakat atas kesyahidannya. Al-Bukhari dalam menerangkan hal ini ia berkata : Bab. Tidak Boleh Mengatakan Si Fulan Syahid. Ia berkata dalam Al-Fath Juz 6 halaman. 90, yaitu tidak memvonis syahid kecuali ada wahyu. Seakan dia mengisyaratkan hadits Umar, bahwa beliau berkhutbah. "Dalam peperangan, kalian mengatakan bahwa si fulan syahid, dan si fulan telah mati syahid. Mudah-mudahan perjalanannya tenang. Ketahuilah, janganlah kalian berkata demikian, akan tetapi katakanlah sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Barangsiapa mati di jalan Allah atau terbunuh maka ia syahid". Ini adalah hadits hasan yang diriway atkan oleh Ahmad dan Sa'id bin Manshur dan lainnya dari jalur Muhammad bin Sirrin dan Abi Al-A'jafa' dari Umar.

Karena persaksian terhadap suatu hal yang tidak bisa kecuali dengan ilmu, sedang syarat orang menjadi mati syahid adalah karena ia berperang untuk meninggikan kalimat Allah yang tinggi. Ini adalah niat batin yang tidak ada jalan untuk mengetahuinya. Oleh karena itu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda sebagai isyarat akan hal itu. Artinya : "Perumpamaan seorang mujahid di jalan Allah, dan Allah lebih tahu siapa yang berjihad di jalan-Nya...." [Bukhari : 2787]
Dan sabda beliau. Artinya : "Demi Dzat diriku berada ditangan-Nya tidaklah seseorang terluka di jalan Allah kecuali datang dihari kiamat sedang lukanya mengalir darah, warnanya warna darah dan baunya bau Misk" [Hadits Riwayat Bukhari : 2803]

Akan tetapi orang yang secara dhahirnya baik, maka kami berharap dia syahid. Kami tidak bersaksi atas syahidnya dia dan juga tidak berburuk sangka kepadanya. Raja' (berharap) itu satu posisi di antara dua posisi (bersaksi dan buruk sangka), akan tetapi kita memperlakukannya di dunia dengan hukum-hukum syahid, jika ia terbunuh dalam jihad fi sabilillah. Ia dikubur dengan darah di bajunya tanpa menshalatinya. Dan untuk syuhada' yang lain, dimandikan, dikafani dan dishalati.

Karena, kalau kita bersaksi atas orang tertentu bahwa ia mati syahid konsekwensinya adalah kita bersaksi bahwa ia masuk surga. Mereka tidak bersaksi atas seseorang dengan surga kecuali dengan sifat atau seseorang yang disaksikan oleh Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan sebagian yang lain berpendapat bahwa boleh kita bersaksi atas syahidnya seseorang yang umat sepakat emujinya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah termasuk yang berpendapat seperti ini.

Dengan ini, maka menjadi jelas bahwa kita tidak boleh bersaksi atas orang tertentu bahwa ia mati syahid kecuali dengan nash atau kesepakatan. Akan tetapi bila dhahirnya baik maka kita berharap demikian sebagaimana keterangan diatas, dan cukuplah nasihat tentang ini, sedangkan ilmunya ada di sisi Sang Pencipta.

[Disalin dari buku Majmu' Arkanil Islam, edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Akidah dan Ibadah, Bab Aqidah, hal. 208-210 Pustaka Arafah]
BERSUMPAH ATAS NAMA NABI SHALLALLAHU'ALAIHI WA SALLAM
Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Baz

Pertanyaan :
Syaikh Abdul Aziz bin Baz ditanya : Sebagian orang sudah terbiasa bersumpah atas nama Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan seakan sudah menjadi kebiasaan bagi mereka namun mereka sama sekali tidak menjadikannya sebagai suatu keyakinan. Apa hukumnya ?

Jawaban :
Bersumpah atas nama Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam atau nama makhluk selain beliau merupakan suatu kemungkaran besar dan termasuk hal yang diharamkan dan bernuansa syirik, sehingga tidak boleh bagi seorangpun bersumpah kecuali atas nama Allah semata.

Al-Imam Ibnu Abdil Barr Rahimahullah meriwayatkan adanya ijma' (konsensus) tentang tidak bolehnya bersumpah atas nama selain Allah. Demikian pula, telah terdapat hadits-hadits yang shahih berasal dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang melarang hal itu dan mengkatagorikannya sebagai kesyirikan sebagaimana terdapat dalam kitab Ash-Shahihain dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda. Artinya : "Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla melarang kalian bersumpah atas nama nenek moyang kalian ; barangsiapa ingin bersumpah, maka hendaknya bersumpahlah atas nama Allah atau lebih baik diam" [Al-Bukhari dalam kitab Manaqib 3836. Muslim dalam kitab Al-Iman 1746]

Di dalam lafazh lain disebutkan, "Maka janganlag dia bersumpah kecuali atas nama Allah" [Al-Bukhari dalam kitab Manaqib 3836. Muslim dalam kitab Al-Iman 1746]

Abu Daud dan At-Tirmidzi telah mengeluarkan dengan sanad shahih dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa sanya beliau bersabda. Artinya : "Barangsiapa yang bersumpah atas nama selain Allah, maka dia telah berbuat kekufuran atau kesyirikan". [At-Tirmidzi dalam kitan An-Nudzur wa Al-Ayman 1535]

Demikian pula telah terdapat hadits yang shahih bahwasanya beliau bersabda. Artinya : "Barangsiapa bersumpah atas nama amanat (karena mensejajarkannya dengan Asma Allah dan Siftanya, -pent), maka dia bukan termasuk golongan kami" [Abu Daud dalam kitab Al-Ayman wa An-Nudzur 3253]

Dan hadits-hadits tentang hal tersebut banyak sekali dan sudah pula diketahui. Oleh karena itu, adalah kewajiban bagi seluruh kaum muslimin untuk tidak bersumpah selain atas nama Allah semata dan tidak boleh bagi siapapun untuk bersumpah atas nama selain Allah, siapapun dia berdasarkan hadits-hadits yang telah disinggung tersebut dan hadits-hadits selain itu. Demikian pula, wajib bagi siapa saja yang sudah terbiasa dengan hal itu untuk berhati-hati terhadapnya dan melarang keluarganya, teman-teman duduk serta orang-orang selain mereka dari melakukan hal itu dalam rangka melaksanakan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Artinya : "Barangsiapa melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah dia merubahnya dengan tangannya (wewenang yang dimikinya) ; jika dia tidak mampu melakukannya, maka melalui lisannya dan jika dia juga tidak mampu melakukannya, maka melalui hatinya. Dan inilah selemah-lemah iman". [Muslim dalam kitab Al-Iman 49]

Dan bersumpah atas nama selain Allah termasuk perbuatan syirik kecil berdasarkan hadits terdahulu dan dapat pula menjadi syirik besar bila di dalam hati orang yang bersumpah ini tertanam bahwa Sesuatu yang dijadikannya sebagai sumpah tersebut berhak untuk diagungkan sebagaimana haq Allah atas hal itu atau boleh disembah serta niat-niat kekufuran lainnya semisal itu. Kita bermohon kepada Allah agar menganugrahkan kepada kaum muslimin semuanya keselamatan dari hal itu dan mengaruniakan mereka pemahaman terhadap diennya serta terbebas dari faktor-faktor yang dapat menyebabkan kemurkaan Allah, sesungguhnya Dia Maha Mendengar Lagi Mahadekat.
[Kitab Ad-Da'wah, Juz II, hal. 28-29 Dari Fatwa Syaikh Bin Baz]

[Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syar'iyyah Fi Al-Masa'il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, hal 107-108 Darul Haq]
----------