Stavanger, 27 November 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

PLUS + I MASALAH PENYEMBELIHAN BANGSA ACHEH - PAN DAYAK BORNEO DAN NASIONALISME
Omar Puteh
Stavanger - NORWEGIA.

 

MASIH MENYOROT MASALAH PENYEMBELIHAN BANGSA ACHEH - PAN DAYAK BORNEO DAN NASIONALISME

Saudara Ibrahim Isa Bijlmer, biarlah saya ulangi kembali lagi, sebagai apa yang telah saya katakan kepada saudara Zaidi Ahmad al Bakir: Jika sekiranya mereka yang ada di Tiongkok-China, di Perancis, di Belanda, di Swedia dan dimana saja para kamerat-kamerat Birokratis Senioran Partai Komunis Indonesia Jawa level atas sedang berada, tetapi masih juga tidak mau menggerekkan "bendera" setengah tiang setiap 1 Oktober, disetiap tahunnya, sebagai tanda simpatik dan solidaritas atau sebagai tanda protes tahunan demi para korban peritiwa 1965 dan Pulau Buru: 1.000.000 hingga 3.000.000 jiwa kaum Tani yang miskin dan buruh Fabrik yang tidak cukup makan, yang sama sekali tidak bersalah, tetapi telah disembelih oleh ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Penjajah Indonesia Jawa, si anak Belanda Hitam, maka kalian gerekkanlah sajalah "Alam Acheh", bendera bangsa Acheh, bendera Negara Acheh Sumatra, sebagai simpatik dan solidaritas anda terhadap penyembelihan massal, Killing Field, bangsa Acheh yang juga tidak bersalah, yang juga dilakukan oleh ABRI, TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Penjajah Indonesia Jawa, si anak Belanda Hitam yang kini sudah mencapai lebih 70.000 jiwa, sebagaimana yang disuarakan oleh saudara Aguswandi dari London itu untuk menggambarkan wajah-rupa penderitaan sesungguhnya bangsa Acheh hari ini sama seperti bangsa Palestina.

Mengapakah Saudara Ibrahim Isa Bijlmer Cs tidak mau melakukan kerja yang sedikit itu? Korban 1.000.000 hingga 3.000.000 jiwa ummat Komunis: Buruh Tani miskin dan buruh Fabrik yang tidak cukup makan, yang sama sekali tidak bersalah itu, yang disembelih oleh ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Penjajah Indonesia Jawa, si anak Belanda Hitam itu, adalah sebuah Holocust!

Masih jugakah anda sekalian bisa diam dan terus "memejamkan" mata, dengan maksud dari lambaian kibaran "bendera" setengah tiang itu?

Zaidi Ibrahim al Bakir, telah memberikan sebuah sandi, yang telah ditafsirkan sama seperti sandinya Anwar al Sanusi dulu: Ibu Pertiwi sedang mengandung tua?! Bukankah ini diisyaratkan sebagai "semua anda" bersiap-siap terjun sebagai bidan terbang!?

Jangan lagi asyik dengan sajak-rujak sambal kacang Bogor! Gerekkanlah "bendera" setengah tiang tanda anda diajak senantiasa mengingat, senantiasa solidaritas setiap waktu, setiap saat atas nasib korban holocust itu!

Jangan seperti Sobron Aidit, yang masih asyik terus bercengkerama dengan "penjagal-penjagal" agar bisa dapat pulang kesana, bercengkerama dengan hidangan kepala ikan!

Tetapi hari ini, maunya terus diperjuangkan "nasib" korban holocust 3.000.000 jiwa itu, kemana-mana dan dimana mana ada tertegak tiang-tiang bendera parlemen dunia, sama sebagaimana contoh yang telah diperjuangkan dr Ripka Tjiptaning di Geneva, sama seperti diisyarakat oleh "bendera" setengah tiang Zaidi Ibrahim al Bakir, sama seperti digambarkan sebagai sekarang ini: Kesamaan penderitaan perasaan bangsa Acheh dengan Palestina oleh Aguswandi dari London tampa perlu menoleh pada bacaan "nasionalisme"-mu itu!

Ibrahim Isa Bijjlmer, adakah anda masih berkehendak batas pagar "nasionalisme"-mu itu untuk tidak mau menyampaikan salam solidaritas-salam penderitaan kepada sesiapapun, sebagaimana yang dimaksudkan dari sebuah contoh kecil saudara Aguswandi dari London itu?

Atau apakah masalahnya "nasionalisme" nya anda itu? Atau apakah anda dapat menyelami dan menemui perasaan hati, perasaan jiwa "nasionalisme"-mu itu?

Lupakah anda kepada sejarah yang telah disiapkankan oleh Sekretariat Negara NKRI: 30 tahun Indonesia Merdeka itu, bahwa setelah RI-Jawa Yogya diterima masuk RIS, kemudian dengan liciknya Sokarno si Penipu licik itu, meleburkan RIS itu pula, menjadi NKRI. Setelah RIS menjadi NKRI inilah, apa yang dinamakan nasionalisme Indonesia Jawa itu dibina oleh Soekarno si Penipu licik "nasionalisme"-nya Indonesia Jawa, sebagaimana yang telah dibentang dengan panjang-lebar oleh Ustadz Ahmad Sudirman?

"Nasionalisme" Indonesia Jawa dibina setelah NKRI digarap, setelah RIS ditukangi dan dilebur!.

Nasionalisme Acheh dibina sejak putra-putrinya dimasukkan dalam buaian: ...beureudjang rajeuk banta seudang beudoh muprang bila nanggroe!(lekaslah besar anakku sayang bangun berperang bela negara!).

Ibrahim Isa Bijlmer, 20 Mei 1908 itu, telah disifatkan, hanya sebagai kemunculan jentik-jentik kesadaran orang-orang Jawa. Itupun setelah mereka menyaksikan pada tahun 1873 nasionalis-nasionalis Acheh telah berhasil mengusir lintang pukang kuasa penjajah Belanda-Eropah, yang dibantu ribuan tentara upahannya anak-anak Jawa Madura, The Black Dutchmen, si Belanda Hitam! Dan kemudian pula setelah mereka menyaksikan pada 1905 nasionalis-nasionalis Jepang berhasil menghancurkan kuasa Rusia Putih di Vladivostok.

Catatan: Sebagai ingatan kita semua bahwa Raden Ajenng Kartini, putri Katholik ini dihari-hari mejelang kematiannya, masih lagi mengakui dirinya hanya sebagai wanita Jawa!

Setelah jentik-jentik kesadaran kebangsaan ini meninggalkan kepompongnya ditahun 1927, dan masuk kedalam sarung Partai Nasional Indonesia, maka ketika itulah segerombolan anak-anak pemuda komunis, yang kemudian telah menamakan diri mereka sebagai bangsa Indonesia Jawa melalui proklamasi Soempah Pemoedanya di tahun 1928 sambil mengekspressi sikap barunya.

Tetapi Dr Mohammat Hatta, dengan tegas mengatakan bahwa itu adalah sebagai forum organisasi politik orang-orang Jawa untuk kepentingan orang-orang Jawa! Katanya lagi semua forum politik orang-orang Jawa di Jawa adalah untuk kepentingan politik orang-orang Jawa.

Nah, dimanakah atau kapankah sebenarnya nasionalisme Indonesia itu mulai mengakar? Sebagaimana anda, saudara Ibrahim Isa Bijlmer ketahui, bahwa sampai sekarang tidak seorangpun Maha guru/Professor sejarah Indonesia Jawa berani menentukan, kapan sebenarnya wujud Indonesia Jawa itu, secara pasti dalam catatan buku-buku sejarah Indonesia Jawa mereka. Sudah terang, bahwa ini musti terlepas dari sondolan Soling‰n ataupun Bastian!

Jadi bagaimana saudara Ibrahim Isa Bijlmer mau menceritakan masalah "nasionalisme" Indonesia Jawa itu?

Sama seperti boss anda Pramoedya Ananta Toer dengan sentilan keras politiknya mengatakan bahwa Indonesia Jawa itu adalah forum untuk menyembunyikan Jawa Sentris!

Ini sebagaimana kita saksikan kebenaran dari apa yang telah diperkatakan oleh Pramoedya Ananta Toer itu, bahhwa tempat Soekarno si Penipu licik dengan negara RI-Jawa Yogya berlindung diri, di Istana Sultan Hamengkubuwono, masih terus dilestarikan sebagai sebuah tonggak Indonesia Jawanya, sebagai wadah Jawa sentris!

Mengapakah Raja-Raja atau Sultan-Sultan dari Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan lain-lain tempat dihapuskan oleh nasionalisme Jawa? Inilah sebagai bukti bahwa yang dikatakan Indonesia itu adalah Jawa!

Hinduism is India, India is Hinduism! Javanism is Indonesia, Indonesia is Javanism!

Lagi-lagi kami tanyakan kepada anda, saudara Ibrahim Isa Bijlmer, bagaimana pula "wajah-rupa" nasionalisme anda itu yang menghalang anda memberi respon terhadap apa yang dikatakan oleh Aguswandi dari London itu mengenai penderitaan bangsa Acheh hari ini yang sedang disembelih oleh ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Penjajah Indonesia Jawa, si Belanda Hitam itu?

Mengambil dari apa yang pernah diexposekan pada tahun 1948 oleh Jenderal Muso, bahwa sebenarnya di Indoneia Jawa itu belum lagi wujud nasionalisme, karena Jenderal Muso semdiri sekembalinya dari Moskow, mau menamakan Indonesia Jawa itu sebagai "konglomerat" nya Soviet Union!

Saya pikirpun Jenderal Ibrahim Isa Bijlmer dari Dewan Jenderal ataupun JJ Kusnipun pernah sama memahami seperti pahaman Jenderal Muso itu, bahwa di Indonesia Jawa itu, sebenarnya nasionalismenya hingga tahun 1948 masih semu dan juga lagi kembali kepada ingatan segar kita pula bahwa di Indonesia Jawa itu hingga tahun 1965 juga masih dengan nasionalisme semu tetapi dengan "konglomerat" nya Tiongkok-China. Atau dengan kata lain di Indonesia itu sebenarnya belum menerima nasionalisme Indonesia Jawa.

Kenyataannya Komunisme itu dimake-up menjadi Nasionalisme setelah menunggangi Pak Marhen (dalam imaginaisasi)! Inggat! Bukan Jenderal Marhen yang baru mendiang itu, walaupun sebenarnya dia juga ditunggangi Soekarno si Penipu licik itu, tetapi marhen, sikuda semberani yang berladamkan terompah kayu!

Atau kalaupun saudara Ibrahim Isa Bijlmer juga mau kepastian bagaimana sebenarnya "nasionalisme" Indonesia Jawa itu, coba tanyakan kepada Sekretaris Negara, Prof Yusri Ihza Mahendra yang sangat anti komunis itu. Prof Yusri Ihza Mahendra ini dari India?

Saudara Ibrahim Isa Bijlmer, dulu ditahun 1998 ketika saya berjumpa pertama sekali dengan saudara Jhon Otto Odowane di Schipool, Amsterdam, lalu saya menyapanya: Anda dari Irian? Spontan dia menuding kearah muka saya sambil mengatakan: Jangan lagi kamu menyebutkan nama itu! Kamu lihat wajah-muka saya, adakah sama dengan wajah muka Jawa? Saya datang dari Papua Barat, itulah negeri saya, sebuah negeri diujung Pasifik. Kamu lihat muka saya sama seperti orang-oreang dikepulauan Pasifik. Saya bukan Indonesia Jawa, tambahnya lagi singkat! Jhon Otto Odowane adalah Nasionalis Papua Barat, nasionalis Papua! Yang dilahirkan dari Nasionalisme Papua! Nasionalisme beliau tidak menghalang bersolidaritas dengan penderitaan bangsa Acheh, dengan bangsa Maluku, dengan bangsa Poso, dengan bangsa Minahasa dan Gorontalo, nasionalisme yang berperasaan humanisme!

Saudara Ibrahim Isa Bijlmer, JJ Kusni dan Sobron Aidit tinggalkanlah nasionalisme anda itu, kalau dia tidak lagi peka dengan kehidupan yang humanistis dan philanthropis!

Nasionalisme Sunda dan Betawi adalah humanistis dan philantropis! Nasionalisme Pan Dayak Borneo adalah humanistis dan philanthropis! Nasionalisme Bangka-Belitung adalah juga humanistis dan philanthropis yang tidak menghalang meyambut semua penderitaan bangsa Acheh, bangsa Poso, bangsa Minahasa dan Gorontalo, bangsa Maluku dan bangsa Papua!

(bersambung ke Plus + II Masalah Penyembelihan Bangsa Acheh-Pan Dayak Borneo Dan Nasionalisme)

Wassalam

Omar Puteh

om_puteh@hotmail.com
Norway
----------