Stockholm, 4 Januari 2005

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

SDR SUTAN ITU YUDHOYONO MAU AMAN DAN DAMAI DI ACHEH HANYA DIMULUT SAJA
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO, ENDRIARTONO SUTARTO, RYAMIZARD RYACUDU DAN WIDODO AS HANYA BERTERIAK SELESAIKAN ACHEH DENGAN AMAN DAMAI, TETAPI HANYA SEBATAS DIMULUT SAJA

"Wah, khok jadi ketakutan nich si abang. Bang Ahmad, dengan jarak sama jauhnya antara Sweden-USA dan Sweden-Aceh, mohon petunjuk bagaimana abang bisa langsung tahu bahwa USA itu tulus sementara Indonesia tidak. Hamba tertarik dengan dasar-dasar yang abang bilang sebagai kenyataan itu. Apa saja ya bang? Tolong jawabannya jangan panjang-panjang bang. Dan fakta yang abang pakai yang dekat-dekat saja tahunnya. Misalnya maksimal 2 tahun lalu. Yang abang lihat sendiri di Aceh dan USA. Jangan pakai logika atau dasar yang sudah puluhan tahun. Otak saya tidak sampai jauh. Jangan-jangan kalau fakta terlalu tua, kita semua belum lahir saat itu (saya lahir th. 70an)." (Sutan Latief , sutanlatief@yahoo.com , Sun, 2 Jan 2005 22:39:06 -0800 (PST))

Baiklah saudara Sutan Latief di Jakarta, Indonesia.

Itu ketika Ahmad Sudirman menulis: "Yudhoyono bisa digetok Bush sehingga pintu besi Sabang dan Banda Acheh akhirnya dibuka", bukan karena Ahmad Sudirman takut. Melainkan memang fakta dan bukti yang berbicara. Itu pintu dan jeruji besi Negeri Acheh telah dibuka Susilo Bambang Yudhoyono agar supaya pasukan marinir Amerika dari Lautan Pasifik dengan kapal induk USS Abraham Lincoln yang membawa 11 helikopter Sea Hawk-nya bisa berlabuh di Dermaga Malahayati, Sabang. Dimana selanjutnya mengoperasikan helikopter-helikopter Sea Hawk-nya untuk dipakai memuat dan mendaratkan bahan makanan dan obat-obatan di Meulaboh, Calang, dan tempat-tempat lainnya yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan darat.

Tetapi itu pintu dan jeruji besi Dermaga Malahayati, Sabang dan Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Acheh dibuka langsung hanya untuk pihak pasukan marin Amerika saja. Sedangkan untuk pertolongan asing dari negara lainnya, harus masuk melalui Bandara Polonia, Medan atau Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, yang terlebih dahulu harus ada izin khusus kalau mau terus ke Banda Acheh. Hal ini disebabkan karena Keppres No.43/2003 Tentang Pengaturan kegiatan Warga Negara Asing, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Jurnalis di Acheh masih tetap dipakai sebagai dasar hukum untuk pengaturan kegiatan warga negara asing, jurnalis asing, dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat asing di daerah Acheh. Apalagi dengan masih tetap dipertahankannya Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2004 Tentang Pernyataan Perpanjangan Keadaan Bahaya dengan Tingkatan Keadaan Darurat Sipil di Provinsi Acheh.

Justru dua dasar hukum gombal inilah yang tetap dipertahankan oleh Susilo Bambang Yudhoyono. Dan disinilah Ahmad Sudirman tidak melihat itu Susilo Bambang Yudhoyono melakukan penyelamatan dan pemulihan korban gempa dan gelombang tsunami dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh.

Mengapa itu Susilo Bambang Yudhoyono merasa ketakutan melepaskan dan mencabut kedua dasar hukum gombal Keppres No.43/2003 dan PP No.2/2004 itu, dan mengapa itu Susilo Bambang Yudhoyono lebih mementingkan menjerat negeri Acheh ketimbang membuka lebar-lebar Negeri Acheh bagi siapapun yang ingin membantu penyelamatan dan pemulihan para korban gempa dan gelombang tsunami ini ?

Karena itu Susilo Bambang Yudhoyono kalau mencabut kedua dasar hukum diatas itu, ia akan kehilangan kontrol dan kekuasaannya di Negeri Acheh. Susilo Bambang Yudhoyono tetap terus ketakutan oleh pasukan TNA yang masih kuat yang berada dalam keadaan selamat di hutang yang jauh dari pantai. Apalagi setelah itu ribuan pasukan TNI/Polri yang hanyut ditelan gelombang tsunami.

Nah dengan dasar dan alasan itulah mengapa itu Susilo Bambang Yudhoyono walaupun berteriak-teriak jangan putuskan logistik, kuburkan mayat, beri bantuan obat, dan beri tempat berlindung kepada para korban gempa dan gelombang tsunami yang selamat, tetapi itu hanyalah gaungan Yudhoyono saja. Kenyataan dilapangan berlainan dengan apa yang digaungkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono. Mereka pihak Susilo Bambang Yudhoyono mengetahui bahwa mereka mengalami keterbatasan dalam hal persiapan untuk menanggulangi bencana alam yang hebat ini. Tetapi karena memang Susilo Bambang Yudhoyono keras kepala tidak mau mencabut dua dasar hukum gombal Keppres No.43/2003 dan PP No.2/2004 itu, maka lihatlah fakta dan buktinya, dimana makanan, baju-baju memang setumpuk, tetapi itu barang-barang hanya menumpuk di Jakarta, Medan, atau ditempat lain. Mengapa ? Karena memang tidak ada sarana dan alat transportasi untuk membawa barang-barang itu ke pada rakyat di daerah-daerah yang sampai detik sekarang masih banyak yang masih belum tersentuh oleh tangan-tangan yang mempropagandakan untuk melakukan penyelamatan dan pemulihan korban gempa dan gelombang tsunami, baik yang sudah menjadi mayat, ataupun yang selamat. Disamping tidak mudahnya mendapat izin masuk ke Acheh itu. Apalagi bagi pihak asing.

Bahkan sekarang diributkan jual beli atau bisnis anak-anak acheh yang berusia dibawah 15 tahun yang kehilangan kedua ayah ibunya. Itu hanyalah cerita gombal untuk mengalihkan persoalan lambat dan tidak efektivnya kerja dari pihak penjajah RI ini. Seandainya memang benar ada pihak orang-orang asing yang simpati mau mengadopsi anak-anak Aceh yang kehilangan kedua orang tuanya, mengapa harus dipersulit, justru itu adalah lebih baik membantu kepada anak tersebut untuk bisa sekolah dan memperoleh hidup yang lebih baik bersama keluarga yang mengadopsinya. Ketimbang tinggal bersama Susilo Bambang Yudhoyono yang menjajah Negerinya Negeri Acheh.

Nah disinilah kelihatan bahwa itu Susilo Bambang Yudhoyono memang tidak tulus dan ikhlas dalam membantu korban akibat gempa dan gelombang tsunami di Negeri Acheh ini.

Sedangkan pihak asing, contohnya George W. Bush yang memerintahkan pasukan angkatan perangnya di Lautan Pasifik, karena memang tujuan mereka hanyalah untuk membantu, menyelamatkan, memulihkan para korban yang selamat dengan memberikan makanan, bahan pangan, dan obat-obatan serta perawatan medis, maka mereka lakukan tugas itu sesuai dengan apa yang diperintahkan Bush. Memang pernah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Colin Powell di Markas Besar PBB di New York, pada hari Jumat, 31 Desember 2004 menyatakan bahwa dengan adanya bencana gempa bumi dan gelombang tsunami di Acheh ini dapat membawa perdamaian abadi antara RI dan pihak ASNLF atau GAM.

Memang bagus itu pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Colin Powell itu. Tetapi tentu saja, yang dimaksud dengan perdamaian abadi adalah bukan perdamaian dengan terus menduduki dan menjajah Negeri Acheh, melainkan harus melalui cara yang damai dan adil yaitu melalui plebisit bagi seluruh rakyat yang tercatat dan terdaftar sebagai rakyat penduduk Acheh untuk menyampaikan sikap dan pendapatnya, apakah memang ingin bebas dari pihak penjajah RI, ataukah tetap ingin mengekor kepada buntut Susilo Bambang Yudhoyono dengan RI dan TNI/Polri-nya.

Kemudian, kalau saudara Sutan Latief menyatakan: "fakta yang abang pakai yang dekat-dekat saja tahunnya. Misalnya maksimal 2 tahun lalu. Yang abang lihat sendiri di Aceh dan USA. Jangan pakai logika atau dasar yang sudah puluhan tahun. Otak saya tidak sampai jauh. Jangan-jangan kalau fakta terlalu tua, kita semua belum lahir saat itu (saya lahir th. 70an)."

Saudara Sutan Latief, walaupun saudara lahir pada tahun 70-an, tetapi itu bukan suatu alasan untuk tidak belajar dan menggali sejarah yang benar mengenai jalur proses pertumbuhan Negara RI dihubungkan dengan Negeri Acheh.

Otak saudara Sutan Latief, kan bukan otak lembu. Jadi, untuk mengetahui sejarah sebenarnya tentang Acheh dan Negara RI ini jangan hanya membaca sejarah gombal made in Soekarno dan para penerusnya saja. Tetapi coba gali dengan dilihat dari sudut yang netral. Artinya, jauhkan dulu pikiran gombal sebelumnya, yang menyatakan bahwa Acheh adalah bagian RI. Tetapi pusatkan dan konsentrasikan penyelidikan sejarah Acheh menurut fakta, bukti, sejarah dan dasar hukum yang jelas, benar dan terperinci. Kalau ada kesulitan atau kebingungan bisa dibicarakan bersama, apakah di mimbar bebas ini atau langsung kepada Ahmad Sudirman.

Karena kalau saudara Sutan hanya bergantung kepada sejarah gombal Soekarno saja, maka akan sulit untuk mencerna dan ikut menyelesaikan konflik Acheh yang sudah memakan waktu lebih dari setengah abad ini.

Akhirnya, saudara Sutan Latief akan terperosok kejurang kebodohan yang telah dipasang oleh para penguasa RI dari mulai Soekarno sampai Susilo Bambang Yudhoyono dengan TNI/Polri-nya.

Selanjutnya, kita melihat kenyataan fakta dan buktinya itu George W. Bush dan juga Colin Powell memang tujuannya di Banda Acheh adalah untuk membentu secara kemanusiaan guna menolong, menyelamatkan dan memulihkan para korban gempa dan gelombang tsunami, dengan harapan agar timbul perdamaian yang abadi di Acheh.

Sedangkan fakta dan bukti yang ditunjukkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono bersama TNI/Polri-nya adalah tetap keras kepala memegang pentungan gombal Keppres No.43/2003 dan PP No.2/2004 guna dipakai terus menjerat Negeri Acheh dan karena adanya ketakutan kehilangan kontrol dan kekuasaan di Negeri Acheh. Disamping itu Susilo Bambang Yudhoyono tetap tidak mau menyelesaikan konflik Acheh secara aman dan damai, melainkan hanya melalui moncong senjata dengan dilandasi dasar hukum gombal PP No.2/2004.

Nah terakhir, saudara Sutan mempertanyakan: "Sweden khan sekuler ya bang, sama dengan Indonesia. Saya muslim, tapi kenapa di Aceh harus bersifat Negara Islam ya bang? dan kenapa sekulerisme di Indonesia abang anggap sangat salah, padahal sama dengan Sweden dan USA?"

Kalau saudara Sutan adalah seorang muslim, mengapa tidak mau mengikuti aturan yang diturunkan Allah SWT dan dicontohkan Rasul-Nya Muhammad saw dengan Negara Islam pertamanya di Yatsrib atau Madinah ?

Itu dasar hukum gombal yang dibuat oleh DPR dan disyahkan oleh Megawati pada tanggal 9 Agustus 2001 yaitu UU No.18 Tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi provinsi daerah istimewa Aceh sebagai provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah isinya menyesatkan, dimana didalamnya mencampur adukkan dasar hukum Islam dengan dasar hukum sistem thaghut pancasila yang menyesatkan.

Kalau memang itu Megawati dan sekarang Susilo Bambang Yudhoyono ingin menerapkan dasar dan sumber hukum Islam dalam Negara RI, maka sudah jelas itu sistem thaghut pancasila harus diganti dengan sistem Islam. Jangan hanya membuat dasar hukum gombal UU No.18/2001 untuk di Acheh saja. Mengapa ?

Coba saja perhatikan, itu Megawati ketika ke Banda Acheh sibuk ia pakai tudung. Tetapi begitu lepas dari Banda Acheh langsung secepat kilat itu tudungnya dibuka kembali, alasan panas dan tidak cocok bagi ibu Presiden.

Begitu juga itu Istri SusiloBambang Yudhoyono, ketika pergi ke Banda Acheh memakai tudung. Tetapi ketika sudah lolos dari permukaan Banda Acheh langsung secepat kilat dibuka lagi itu tudungnya. Itu kan perbuatan munafik.

Karena itulah kalau mereka anggota DPR dan Presiden hanya membuat dasar hukum gombal UU No.18/2001 tersebut, itu namanya sama saja dengan menipu atau mengibuli rakyat Acheh. Akibatnya rakyat Acheh menerima getah dan akibat dari kelakuan menyesatkan dari para anggota DPR dan Megawati beserta Susilo Bambang Yudhoyono yang tertuang dalam UU No.18/2001 itu.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
www.ahmad-sudirman.com
ahmad@dataphone.se
----------

Date: Sun, 2 Jan 2005 22:23:08 -0800 (PST)
To: PPDI@yahoogroups.com, padhang-mbulan@egroups.com, oposisi-list@yahoogroups.com, mimbarbebas@egroups.com, politikmahasiswa@yahoogroups.com, fundamentalis@eGroups.com, Lantak@yahoogroups.com, kuasa_rakyatmiskin@yahoogroups.com, acehkita@yahoogroups.com, achehnews@yahoogroups.com, communitygallery@yahoogroups.com, asnlfnorwegia@yahoo.com
Cc: sutanlatief@yahoo.com
From: Sutan Latief <sutanlatief@yahoo.com>
Subject: Re: "PPDi" YUDHOYONO BISA DIGETOK BUSH SEHINGGA PINTU BESI SABANG DAN BANDA ACHEH AKHIRNYA

Wah, khok jadi ketakutan nich si abang.

Sutan Latief

sutanlatief@yahoo.com
Jakarta, Indonesia
----------

Date: Sun, 2 Jan 2005 22:39:06 -0800 (PST)
To: Lantak@yahoogroups.com, padhang-mbulan@egroups.com, PPDI@yahoogroups.com, oposisi-list@yahoogroups.com, mimbarbebas@egroups.com, politikmahasiswa@yahoogroups.com, fundamentalis@eGroups.com, kuasa_rakyatmiskin@yahoogroups.com, acehkita@yahoogroups.com, achehnews@yahoogroups.com, communitygallery@yahoogroups.com,
asnlfnorwegia@yahoo.com
Cc: sutanlatief@yaho.com
From: Sutan Latief <sutanlatief@yahoo.com>
Subject: Re: [Lantak] YUDHOYONO BISA DIGETOK BUSH SEHINGGA PINTU BESI SABANG DAN BANDA ACHEH AKHIRNYA

Bang Ahmad, dengan jarak sama jauhnya antara Sweden-USA dan Sweden-Aceh, mohon petunjuk bagaimana abang bisa langsung tahu bahwa USA itu tulus sementara Indonesia tidak. Hamba tertarik dengan dasar-dasar yang abang bilang sebagai kenyataan itu. Apa saja ya bang?

Tolong jawabannya jangan panjang-panjang bang. Dan fakta yang abang pakai yang dekat-dekat saja tahunnya. Misalnya maksimal 2 tahun lalu. Yang abang lihat sendiri di Aceh dan USA. Jangan pakai logika atau dasar yang sudah puluhan tahun. Otak saya tidak sampai jauh. Jangan-jangan kalau fakta terlalu tua, kita semua belum lahir saat itu (saya lahir th. 70an).

Sweden khan sekuler ya bang, sama dengan Indonesia. Saya muslim, tapi kenapa di Aceh harus bersifat Negara Islam ya bang? dan kenapa sekulerisme di Indonesia abang anggap sangat salah, padahal sama dengan Sweden dan USA?

Sutan Latief

sutanlatief@yahoo.com
Jakarta, Indonesia
----------