Stockholm, 7 Januari 2005

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

HEDIYANTO ITU TSUNAMI MENGHANTAM RODA PEMBANGUNAN RI BUKAN HANYA ACHEH
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

JELAS ITU KELIHATAN YANG DILUMPUHKAN TSUNAMI ADALAH RODA PEMBANGUNAN PENJAJAH RI BUKAN HANYA ACHEH YANG DIJAJAH SAJA

"RI dengan SBY dan Pancasila-nya dan negara - negara dengan isme lainnya yang berhukum thogut dan mengabaikan Al-quran adalah tidak hanya kafir, tetapi juga Musyrik - Jahiliyah, itu finnal (5/50, 5/67) termasuk juga NAD yang dibuat oleh RI. Memperjuangkan Sistim Islam sekalipun jika tanpa dasar Tauhid adalah sama saja seperti membuat Firqoh dalam Islam (30/31-32, 23/53-54), pasti akan hancur kalo tidak mau tunduk dengan Sistim Islam yang Tauhid / Kaffah, dan memaknai Tauhid itu dari maknanya dan bukan alirannya (saud / salafiah), dan saya tidak mengenal aliran tsb. karena saya tidak setuju dengan aliran/ firqoh." (Bambang Hediyanto, heda1912@yahoo.com , 7 januari 2005 04:44:41)

Baiklah saudara Bambang Hediyanto atau Hedaya di Jakarta, Indonesia.

Membaca apa yang dikemukakan oleh saudara Bambang Hediyanto diatas menggambarkan bahwa kalau melihat RI dibawah Susilo Bambang Yudhoyono dengan dasar pancasila dan UUD 1945-nya dari sudut dasar dan sumber hukum Islam dan pelaksanaannya (QS Al Maa'idah, 5: 50, 67), jelas itu RI dengan Susilo Bambang Yudhoyono-nya dimasukkan kedalam golongan kafir, Musyrik, Jahiliya.

Memang sudah jelas bagi siapapun yang mengutamakan dan memilih sistem peradilan hukum thaghut dari pada sistem peradilan hukum Islam, itu sudah masuk kedalam kelompok kafir yang bodoh.

Kemudian kalau saudara Hediyanto menyatakan: "Memperjuangkan Sistim Islam sekalipun jika tanpa dasar Tauhid adalah sama saja seperti membuat Firqoh dalam Islam (QS, Ar Ruum, 30: 31-32, QS, Al Mu'minuun, 23: 53-54), pasti akan hancur kalo tidak mau tunduk dengan Sistim Islam yang Tauhid / Kaffah, dan memaknai Tauhid itu dari maknanya dan bukan alirannya (saud / salafiah)"

Memang benar bahwa tauhid adalah dasar atau fondasi yang utama dalam sistem kehidupan umat manusia yang meyakini dan mempercayai Ke-Esa-an Allah SWT. Tidak ada tuhan selain Allah SWT. Dan dalam usaha untuk memudahkan memahami ma'na tauhid untuk sampai kepada pemahaman aqidah ini para ulama secara metodologis telah membagi tauhid ini kedalam beberapa bagian, diataranya Tauhid Uluhiyah (pengakuan dan keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Dzat yang berhak disembah), Tauhid Rububiyah (Keyakinan hamba bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang menciptakan seluruh ciptaan ini dengan sendiri, dan pengakuan bahwa Allah lah satu-satunya Dzat yang mengatur semua ciptaan ini, Yang memiliki alam semesta, Yang menghidupkan seluruh kehidupan dan Yang mematikan seluruh kematian) dan Tauhid Asma' Sifat (kepercayaan bahwa Allah mempunyai nama dan sifat yang sempurna). Bahkan ada ulama lainnya yang membagi tauhid menjadi Tauhid fil Thalab wal Qasd (Tauhid Pengharapan dan Penghambaan) dan Tauhid al-Itsbat wal Ma'rifah (Tauhid Keyakinan dan Pengertian)

Nah, kalau melihat dan menyorot ma'na tauhid ini, jelas setiap umat Islam telah mengetahui dan telah mempercayai tauhid ini yang telah menjadi aqidahnya.

Hanya yang menjadi sebab terpecah belahnya tubuh umat Islam ini adalah bukan karena tidak mau tunduk dengan Sistim Islam yang Tauhid / Kaffah, melainkan karena adanya perbedaan dalam penerapan dari pemahaman tauhid itu sendiri.

Lihat saja contohnya, jangan jauh-jauh, adanya cara penerapan dari pemahaman tauhid yang dilaksanakan oleh kelompok Muhammadiyah dan kelompok Nahdhatul Ulama. Antara penerapan dari pemahaman tauhid yang dipahami oleh Amien Rais dengan Gus Dur. Atau antara penerapan dari pemahaman tauhid yang dipahami oleh Ustaz Abu Bakar Basyir dengan Susilo Bambang Yudhoyono. Antara penerapan dari pemahaman tauhid yang dipahami oleh anggota Partai Kebangkitan Bangsa dengan anggota Partai Amanat Nasional. Begitu juga adanya perbedaan antara penerapan dari pemahaman tauhid yang dipahami oleh anggota salafi atau wahhabi dengan anggota Nahdhatul Ulama. Antara penerapan dari pemahaman tauhid yang dipahami oleh anggota Az Zaytun dengan anggota NII. Padahal mereka semua itu mengaku dari golongan ahlu sunnah wal jamaah.

Jadi saudara Bambang Hediyanto, adanya firkah-firkah dalam Islam bukan hanya adanya perbedaan pemahaman dan pelaksanaan masalah tauhid saja, melainkan dalam memahami apa yang dicontohkan Rasulullah saw. Coba saja, jangan jauh-jauh, perhatikan bahwa diantara kalangan umat Islam yang ada di RI, tidak semua itu umat Islam yang yakin dan percaya bahwa Rasulullah saw membangun Daulah Islamiyah pertama di Yatsrib. Coba tanya itu Amien Rais, Abdurrahman Wahid, Susilo Bambang Yudhoyono, Ustaz Abu Bakar Basyir, apakah mereka itu yakin dan percaya sepenuh hati bahwa Rasulullah saw telah membangun dan mendirikan Daulah Islamiyah pertama di Yatsrib dengan Konstitusi Madinah-nya, atau Undang Undang Madinah-nya pada tahun 1 H / 622 M ?

Kemudian Saudara Hediyanto menyatakan: "Mendefinisikan musuh adalah secara aqidah / ikatan, apakah berikatan dengan Dinnul Tauhid atau Dinnul Thogut, bukan berdasarkan keturunan ataupun ras dan tidak ada dikotomi sejarah, karena siapa yang masuk Islam (beraqidah Islam dan menegakkan Islam) adalah awal ketika dia masuk dan kedepannya, bukan masa lalunya, latar belakang keyakinan apapun tidak jadi masalah."

Itu yang dinamakan musuh yang pernah dicontohkan Rasulullah saw adalah ketika pihak kaum Quraisy dari penguasa Mekkah mendeklarkan perang kepada penguasa Daulah Islamiyah pertama dibawah pimpinan Rasulullah saw, seperti pada perang di Badar, di Uhud, di Khaibar. Atau seperti kaum Quraisy dari penguasa Mekkah mendeklarkan untuk membunuh Rasulullah saw dan para pengikutnya.

Kalau keadaan itu dihubungkan dengan pihak RI yang mendeklarkan perang melawan rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila dengan PP 2/2004, jelas itu pihak RI telah dianggap musuh oleh rakyat Acheh dibawah pimpinan Teungku Hasan Muhammad di Tiro dengan ASNLF-nya.

Jadi, jangan saudara Hediyanto mencampur adukkan dan meruwetkan permasalahan. Kalau saudara Hediyanto menganggap itu Susilo Bambang Yudhoyono sebagai seorang muslim, mengapa ia mendeklarkan perang dengan PP No.2/2004 terhadap rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila ?.

Itu Susilo Bambang Yudhoyono sebagai seorang presiden RI mendeklarkan perang terhadap rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila dengan PP 2/2004.

Jadi, yang dianggap musuh oleh pihak rakyat Acheh adalah itu Bambang Yudhoyono sebagai seorang presiden RI. Oleh karena itu jangan dicampur adukkan dengan memasukkan unsur muslim kedalam tubuh presiden RI. Karena nantinya akan menimbulkan salah kaprah ketika mengambil kesimpulan.

Kemudian itu orang Acheh melihat Soekarno dan para penerusnya sampai ke Susilo Bambang Yudhoyono sekarang ini adalah orang-orang dari suku Jawa. Dan jelas ini memberikan corak warna yang jelas bagi rakyat Acheh, tetapi, sebenarnya, yang dijadikan dasar utama mengapa timbul permusuhan antara pihak RI dengan ASNLF adalah karena pihak RI itu menduduki dan menjajah Negeri Acheh.

Jadi, itu soal "keturunan atau ras" bukan suatu dasar timbulnya permusuhan. Dan kalau ada orang yang mendasarkan permusuhan antara RI dengan ASNLF adalah karena masalah Ras atau keturunan, maka orang itu adalah orang budek dan gombal yang tidak mengerti akar utama konflik Acheh.

Seterusnya itu yang dikemukakan oleh saudara Bambang: "Sejarah itu harus dicari kesamaanya bukan perbedaanya untuk memperjuangkan hawa nafsu untuk menguasai atas nama daerah kelahiran dan sejenisnya. Nusantara atau Indonesia Raya yang berdasarkan Sistim Islam itu lebih besar maknanya daripada segelintir wilayah (Aceh) yang diperjuangkan secara sendiri-sendiri (tidak tauhid)"

Itu yang dinamakan sejarah adalah fakta dan bukti yang merupakan hasil celupan perikehidupan umat manusia, baik secara individu maupun kelompok pada masa lalu.

Jadi, kalau ingin mengetahui mengapa timbul konflik Acheh, coba pelajari jalur proses pertumbuhan dan perkembangan Negara RI dihubungkan dengan jalur proses pertumbuhan dan perkembangan Negeri Acheh. Kemudian diambil kesimpulannya.

Bukan dipaksakan dari fakta dan bukti untuk dijadikan sama, agar bisa masuk menjadi satu jalur, sebagaimana yang diinginkan oleh salah satu pihak. Jelas itu cara yang salah. Kalau memang menurut sejarahnya ada suatu perbedaan dan dari perbedaan itu timbul konflik, maka itulah fakta dan bukti sejarah. Jangan kita buang sejarah itu, lalu kita buat jalur baru menurut kehendak kita sendiri supaya sesuai dengan sejarah yang kita kehendaki. Jelas itu salah kaprah dan menyesatkan.

Itu sejarah Kesultanan Acheh dibawah Sultan Johan Syah (601 H / 1205 M) sudah menucul sejak abad 12. Sedangkan yang namanya RI masih berada entah dimana. Juga itu Kerajaan Hindu Majapahit saja baru wujud di akhir abad 12 (1293 - 1525). Begitu juga Kesultanan Demak baru muncul dibawah Raden Patah keturunan Brawijaya Raja dari Kerajaan Hindu Majapahit pada abad 15.

Nah sekarang persoalannya adalah itu Kesultanan Acheh yang telah diduduki oleh Portugis kemudian Belanda dan diteruskan oleh Jepang sampai batas waktu Jepang meninggalkan Acheh karena menyerah tanpa syarat kepada Amerika dan sekutunya pada tanggal 14 Agustus 1945. Dimana pada tanggal itu yang namanya RI belum wujud.

Jadi persoalannya, bukan persoalan "Nusantara atau Indonesia Raya yang berdasarkan Sistim Islam itu lebih besar maknanya daripada segelintir wilayah (Aceh) yang diperjuangkan secara sendiri-sendiri (tidak tauhid)"

Persoalannya adalah karena pihak Soekarno dengan RIS-nya yang mencaplok Negeri Acheh pada tanggal 14 Agustus 1950. Apakah fakta, bukti, dasar hukum dan sejarah ini akan dihapus begitu saja untuk disamakan dengan sejarah gombal Soekarno, hanya karena Soekarno telah berhasil menelan dan mencaplok Negara-Negara dan Daerah-Daerah Negara Bagian RIS, dan itu yang saudara Hediyanto katakan Indonesia Raya atau Nusantara ?.

Saudara Hediyanto, kalian itu jangan mimpi. Dan kalian jangan hanya terpaku dengan apa yang tertuang dalam isi sejarah gombal yang dibuat ole Soekarno dan para penerusnya, kemudian kalian jadikan sebagai alasan untuk memukul perjuangan rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila.

Kalian, saudara Hediyanto, kalau mau saja menggali sejarah RI ini sedikit lebih dalam, tidak hanya membaca sekilas, maka kalian akan menemukan bahwa itu para pendiri RI-Soekarno, RIS, NKRI dan RI sekarang, mereka adalah yang tidak ridha untuk berdirinya Negara Islam, yang mereka setujui adalah berdirinya Negara sekuler pancasila alias negara kafir dibawah Soekarno. Lihat dan gali itu apa yang dilakukan Soekarno dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Tentang sejarah Negara Islam Indonesia yang diproklamasikan oleh Imam SM Kartosoewirjo 7 Agustus 1949 itu telah dihancurkan oleh Soekarno dan para penerusnya. Walaupun itu NII secara de-jure masih wujud sampai detik sekarang ini, kendatipun wilayah NII berada dalam pendudukan dan penjajahan pihak RI dibawah Susilo Bambang Yudhoyono. Apakah kalian saudara Hediyanto mau membantah bahwa NII Imam SM Kartosoewirjo masih wujud secara de-jure sampai detik sekarang ini di tanah yang dijajah oleh RI ?

Kemudian saudara Bambang Hediyanto menyatakan: "GAM itu tidak ubahnya seperti gerakan radikal islam lainnya yang gampang sekali dipetakan kekuatannya oleh musuh (RI), apalagi Amerika, kecuali kalo mau jadi anteknya Amerika mungkin akan ada nilai tawar dengan RI. Maaf, saya melihat berbagai sisi kelemahan perjuangan GAM tanpa maksud berpropaganda, karena perjuangannya dengan embel-embel Islam bersifat parsial sekali, sedangkan Islam itu Global / Tauhid / Universal, sehingga perjuangannya kelihatan tanpa RUH. Tak lebih seperti sampan yang diguncang Tsunami."

Dunia internasional sudah mengetahui bahwa ASNLF atau yang kalian namakan GAM itu telah diakui oleh dunia internasional. Dan dunia internasional sudah mengetahui bahwa rakyat Acheh itu muslim. Dunia internasional sudah mengetahui bahwa para petinggi ASNLF adalah orang-orang muslim.

Jadi, mengapa harus disembunyikan identitas. Dan itu kalau kalian katakan sebagai "gerakan radikal islam", memang kurang tepat, yang tepat adalah ASNLF adalah wadah perjuangan pembebasan rakyat Acheh yang muslim dari pendudukan dan penjajahan pihak RI. ASNLF sedang mempertahankan dan memperjuangkan pembebasan negeri Acheh yang sedang dijajah oleh pihak RI baik dengan cara bertahan ataupun dengan cara offensif.

Soal itu ASNLF kerjasama dengan dunia iternasioanl, tidak berarti menjadi anteknya Amerika. Yang sudah jelas menjadi antek Amerika itu adalah Susilo Bambang Yudhoyono dengan RI-nya. Lihat saja, berapa besar utang RI kepada pihak Amerika, Jepang dan Negara-negara anggota Paris Club. Itu kalau bukan antek IMF dari Amerika mana bisa itu RI dapat diberi pinjaman hutang oleh negara-negara anggota Paris Club.

Kemudian, kalau kalian bandingkan antara pihak ASNLF dengan pihak Susilo Bambang Yudhoyono dari RI, jelas, itu berbeda. ASNLF sedang berjuang dengan semangat ruh Islam membela Negeri Acheh yang dijajah RI. Sedangkan pihak RI dengan semangat ruh pancasila terus saja dengan TNI/Polrinya menjajah dan merampok kekayaan Negeri Acheh.

Itu yang menjadi sampan diguncang tsunami adalah sampan TNI/POLRI dan para kacung-kacungnya Susilo Bambang Yudhoyono di Acheh. Mengapa ?

Kerana, lihat dan perhatikan, itu wilayah Banda Acheh, Calang, Meulaboh, Lhokseumawe, Pidie merupakan wilayah kekuasaan yang berada dibawah penjajah RI. Hukum yang berlaku di Acheh adalah UU No.18/2001 yang isinya mencampur adukkan syariat Islam dengan sistem peradilan thaghut pancasila. Semua yang bekerja di Daerah Acheh adalah merupakan para bawahan dan kacung-kacungnya Susilo Bambang Yudhoyono melalui Pemerintah Daerah Acheh dan Departemen dalam Negeri-nya. Puluhan ribu pasukan TNI/Polri yang ditempatkan sebagai pasukan anorganik di Acheh adalah merupakan pasukan pembunuh yang ditugaskan oleh Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto. Adapun pihak pasukan ASNLF atau GAM atau TNA berada sebagian besar dipedalaman, jauh dari pantai.

Nah, ketika terjadi gempa tektonik dan gelombang tsunami, itu yang paling hancur bukan pasukan TNA, melainkan puluhan ribu pasukan TNI/Polri yang ditempatkan di Banda Acheh, Meulaboh dan disekitar pantai.

Jadi yang terapung-apung dihantam tsunami seperti sampai bukan pasukan TNA, melainkan pasukan TNI/Polri. Kalian saudara Hediyanto memang buta, tidak tahu berapa puluh ribu itu pasukan TNI/Polri yang hancur ditelan tsunami. Kalian memang tertipu oleh TNI/Polri dibawah Endriartono Sutarto dan Ryamizard Ryacudu.

Kemudian, itu pihak RI atau pihak pusat, yang menanggung resiko berat dan merupakan mimpi buruk bagi Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla yang telah berjanji sebelum dipilih jadi Presiden dan Wakil Presiden untuk memberikan kehidupan yang layak dan kesejahteraan kepada rayat di RI. Tetapi dengan adanya azab Allah SWT dengan gempa tektonik dan gelombang tsunami ini, maka hancurlah mimpi Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla. Karena mereka perlu dana antara 14-18 triliun rupiah. Darimana dana sebanyak itu akan diperoleh Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla ?. Tentu saja dari cara mengemis kepada dunia internasional agar diberi hibah dan dikasih keringanan utang, terutama kepada IMF, Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, Negara-negara anggota Paris Club, Amerika, Jepang, Kanada, dan Negara-Negara Uni Eropah.

Itulah azab Allah SWT, kalau kalian saudara Hediyanto tidak paham. Kalian hanya melihat korban di Acheh saja, tetapi kalian tidak melihat akibatnya yang menimpa kepada penjajah RI dibawah Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla yang hampir lumpuh roda pembangunannya di negara penjajah RI ini.

Selanjutnya Hediyanto menulis: "Jelas kalo dilihat dengan tartil akan lebih bermanfaat RI sekalipun untuk orang Aceh, sebab GAM identik dengan kekerasan dan tidak membangun infrastruktur apapun, sementara esensi Islam adalah membangun dan mencipta, dari tidak ada menjadi ada. Maka jadikan RI dan Isma lainnya sebagai rival - rival yang harus dikalahkan dengan mencipta dan mencipta. Kejar semua ketertinggalan Islam di segala bidang dari sistim-sistim lainnya, karena Islam itu membuat bukti, bukan propaganda ataupun referendum, maka ada saatnya sistim islam akan dengan suka atau tidak suka mengalahkan sistim-sistim batil yang lainnya dengan misi offensifnya. Musa membuat sistim Tauhid di dalam tubuh Firaun / Mesir, Muhamad membuat Madinnah di koloni arab di bawah Mekah, dan juga nabi dan rosul yang lainnya."

Jelas, itu orang buta yang tidak menemukan pihak RI melakukan kekerasan senjata dan pembunuhan di Acheh.

Coba bandingkan 50.000 pasukan anorganik TNI/Polri yang ada di Acheh yang telah diperintahkan oleh Endriartono Sutarto dan Ryamizard Ryacudu untuk mempertahankan Negeri Acheh dan membunuh rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila.

Karena orang-orang buta seperti saudara Hediyanto yang tidak mengetahui bahwa pihak RI menduduki dan menjajah Negeri Acheh, maka dengan seenak udel sendiri menyatakan bahwa ASNLF "tidak membangun infrastruktur apapun".

Itu, antara ASNLF dan RI masih terus berlangsung perang modern. Mana ada di dunia ini pihak bermusuhan untuk sama-sama membangun infrastruktur di Banda Acheh dan Meulaboh ?. Kalian memang sedang bermimpi. Karena itulah tidak mengerti dan tidak memahami bahwa RI sedang menjajah Acheh.

Memang Islam memberikan kebebasan untuk berbuat menurut apa yang diturunkan Allah SWT dan dicontohkan Rasululllah saw. Tetapi yang dilakukan oleh pihak RI, jelas itu menentang dan bertolak belakang dengan apa yang dicontohkan Rasulullah, dan tidak mengiktui apa yang diturunkan Allah SWT.

Kalian pikir bahwa itu Susilo Bambang Yudhoyono akan membiarkan pasukan TNA bebas keluar masuk Banda Acheh ? Sebagaimana pihak Fir'aun membiarkan Nabi Musa as berada di Mesir untuk menantang kesombongan Fir'aun ?. Tetapi setelah Nabi Musa berhasil menunjukkan kebenaran ajaran-nya dan firman-firman Allah serta keunggulan kepandaiannya dibanding dengan apa yang dimiliki oleh Fir'aun dan pengikutnya, maka akhirnya Nabi Musa as dikejar-kejar untuk dibunuhnya sampai keluar dari Mesir. Dan pengikut Nabi Musa as bukan di Mesir mendapat kebebasan, melainkan diluar wilayah kekuasaan Mesir yaitu diwilayah Palestina sekarang.

Begitu juga dengan Rasulullah saw, ketika Rasulullah saw dengan gencarnya menantang pihak Penguasa Quraisy Mekkah untuk kembali kepada tauhid, dan setelah pihak Quraisy mendeklarkan perang kepada pihak Rasulullah saw dan berusaha untuk membunuh Rasulullah saw, akhirnya Rasulullah saw dengan adanya perintah hijrah keluar Mekkah menuju ke Yatsrib yang bebas dari pengaruh kekuasaan penguasa Quarisy Mekkah.

Seterusnya, itu kalau saudara Hediyanto menyatakan: "Bangunlah rumah - rumah ditengah kota (kotanya musuh) - bangun apa saja yang bisa dibangun, berstrategilah (Al-Kahfi), dan jangan pernah meminta tolong kepada orang kafir, sebab mereka tidak akan suka / tulus melainkan akan ikut menghancurkan."

Strategi yang salah kaprah, tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah saw membangun taktik strategi dengan cara membangun infrastruktur di tengah-tengah musuh di kota Mekkah secara terbuka. Itu yang dinamakan strategi Kahfi adalah justru strategi para pemuda yang memperjuangkan firman-firman Allah SWT dihadapan raja Dikyanus (Decius) yang zalim dan menyombongkan diri. Dengan keteguhan hati mereka untuk menantang raja Dikyanus (Decius) (QS, Al Kahfi, 18: 14 ) Walaupun akhirnya mereka dikejar-kejar. Sebagaimana juga dengan Nabi Musa as dikejar-kejar oleh Fir'aun keluar dari Negeri Mesir.

Lalu kalau saudara Hediyanto menpertanyakan: "Penahkah berfikir kenapa harus Aceh yang dilanda tsunami? kalo memang benar di Aceh sedang ditegakan dinnul islam oleh katakanlah GAM, kenapa Allah tidak mengguncang Jawa dimana SBY dan thogutnya berpusat? karena juga kah wilayah 9 yang menjadi dapurnya Madinnah Indonesia ada dj Jakarta?"

Kalian memang terlalu sempit dalam melihat dan menganalisa. Itu yang dilanda bencana gelombang tsunami bukan hanya di Acheh saja, melainkan di wilayah Sri Lanka, Thailand, Somalia, Maladewa, India, Myanmar, Malaysia, dan negara-negara Eropa yang puluhan rakyatnya pada meninggal dan hilang di Thailand, Sri Lanka.
Memang yang paling banyak korban di Acheh yang menurut perhitungan sampai 95.000 jiwa korban meninggal, karena memang sangat dekat ke pusat gempa. Mengapa tidak mengguncang Jawa dan Jakarta tempat dimana Susilo Bambang Yudhoyono berkuasa dan tempat wilayah 9 Madinnah Indonesia (yang dijajah RI) seperti yang saudara Hediyanto katakan ?.

Jelas, saudara Hediyanto, kalian memang buta, itu akibat tsunami memang secara pisik menimpa di Acheh, tetapi secara keseluruhan, justru menimpa kepada lajunya roda pemerintah RI. Lihat dan perhatikan baik-baik. Untuk memulihkan dan merehabilitasi infrastruktur, rumah, sekolah, dan lainnya, itu pihak RI memerlukan dana antara 14-18 trilun rupiah. Inilah dana yang perlu segera dipersiapkan. Darimana dana itu akan diperoleh Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla ?. Jawabannya diatas telah Ahmad Sudirman kemukakan. Dan tentu saja itu Jakarta dihancurkan oleh kemaksiatan dan perilaku yang sesat. Kalian memang tidak menyadarinya. Sedangkan di Banda Acheh saja itu kemaksiatan datang sejalan dengan datangnya para pasukan TNI/Polri dan para pendatang dari Jawa yang berbuat bisnis penuh maksiat di kota Banda Acheh. Tetapi kalian memang buta, tidak mengetahui dan tidak memahami, apa yang telah terjadi akibat penjajahan yang dilakukan oleh pihak RI dengan TNI/polri-nya di Banda Acheh.

Tetapi, yang perlu dicatat disini, adalah dengan adanya azab Allah SWT melalui gempa tektonik dan gelombang tsunami yang secara pisik menimpa Acheh, tetapi secara keseluruhan menimpa roda pembangunan pemerintah RI dibawah Susilo Bambang Yudhoyono.

Kalian saudara Hediyanto memang buta, mana bisa kalian hubungkan antara azab Allah SWT gempa tektonik dan gelombang tsunami dengan kebijaksanaan politik gombal dan menyesatkan pihak RI di Negeri Acheh melalui penerapan dasar hukum gombal UU No.18/2001, Keppres No.43/2003, PP No.2/2004 yang dipakai alat untuk menipu rakyat Acheh melalui syariat Islam yang dicampur aduk dengan sistem peradilan gombal thaghut pancasila, dan dengan peraturan Darurat Sipil, serta pelarangan gombal bagi kebebasan orang-orang asing, jurnalis, dan lembaga non Pemerintah untuk bebas bergerak dan berusaha serta membantu rakyat Acheh.

Kalau kalian hanya melihat korban pisik dan infrastruktur yang terlihat di Banda Acheh, Meulaboh saja, maka kalian akan tersesat dan terus ditipu oleh pihak Penguasa Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla saja.

Terakhir, saudara Hediyanto menyatakan: "Saya belum sempat menyampaikan data2 ditengah kesibukan saya, ada segudang data yang bisa saya ungkap tentang Yang Mulia Daud Baureuh ataupun Yang Mulia Kahar Muzakar, mereka telah berbuat banyak, melepaskan ananiyahnya demi Islam, bukan Aceh, Makasar atau Jawa sekalipun, mereka berpikir yang lebih besar dari pada itu semua."

Jelas, tidak ada gunanya kalian mengungkapkan sejarah perjuangan Teungku Muhammad Daud Beureueh dengan NII-nya, Republik Persatuan Indonesia-nya, dan Republik Islam Acheh-nya. Begitu juga dengan pejuang Islam dari Sulawesi Selatan Imam syahid Kahar Muzakkar. Dimana mereka berdua inilah yang berani melawan dan menentang Soekarno dengan RI-sekulernya. Tetapi oleh kalian justru Soekarno dan para penerusnya masih juga diamini. Bahkan kalian ikut-ikutan Soekarno dan penerusnya menghantam perjuangan ASNLF dan rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
www.ahmad-sudirman.com
ahmad@dataphone.se
----------

From: Bambang Hediyanto heda1912@yahoo.com
Date: 7 januari 2005 04:44:41
To: Ahmad Sudirman ahmad_sudirman@hotmail.com
Subject: Re: SDR HEDAYA TIDAK PERLU IKUTAN YUDHOYONO, KALAU KALIAN MENDUKUNG NII

Saya selalu mencoba berpikir dan merumuskan sesuatu secara efektif dan efisien serta tidak bertele - tele :

Pertama
RI dengan SBY dan Pancasila-nya dan negara - negara dengan isme lainnya yang berhukum thogut dan mengabaikan Al-quran adalah tidak hanya kafir, tetapi juga Musyrik - Jahiliyah, ITU FINNAL (5/50, 5/67) termasuk juga NAD yang dibuat oleh RI.

Kedua
Memperjuangkan Sistim Islam sekalipun jika tanpa dasar Tauhid adalah sama saja seperti membuat Firqoh dalam Islam (30/31-32, 23/53-54), pasti akan hancur kalo tidak mau tunduk dengan Sistim Islam yang Tauhid / Kaffah, dan memaknai Tauhid itu dari maknanya dan bukan alirannya (saud / salafiah), dan saya tidak mengenal aliran tsb. karena saya tidak setuju dengan aliran/ firqoh.

Ketiga
Mendefinisikan musuh adalah secara aqidah / ikatan, apakah berikatan dengan Dinnul Tauhid atau Dinnul Thogut, bukan berdasarkan KETURUNAN ataupun RAS dan tidak ada dikotomi sejarah, karena siapa yang masuk Islam (beraqidah Islam dan menegakkan Islam) adalah awal ketika dia masuk dan kedepannya, bukan masa lalunya, latar belakang keyakinan apapun tidak jadi masalah.

Keempat
Sejarah itu harus dicari kesamaanya bukan perbedaanya untuk memperjuangkan hawa nafsu untuk menguasai atas nama daerah kelahiran dan sejenisnya. Nusantara atau Indonesia Raya yang berdasarkan Sistim Islam itu lebih besar maknanya daripada segelintir wilayah (Aceh) yang diperjuangkan secara sendiri-sendiri ( TIDAK TAUHID ).

Kelima
GAM itu tidak ubahnya seperti gerakan radikal islam lainnya yang gampang sekali dipetakan kekuatannya oleh musuh (RI), apalagi Amerika, kecuali kalo mau jadi anteknya Amerika mungkin akan ada nilai tawar dengan RI. Maaf, saya melihat berbagai sisi kelemahan perjuangan GAM tanpa maksud berpropaganda, karena perjuangannya dengan embel-embel Islam bersifat parsial sekali, sedangkan Islam itu Global / Tauhid / Universal, sehingga perjuangannya kelihatan tanpa RUH. Tak lebih seperti sampan yang diguncang Tsunami.

Keenam
Jelas kalo dilihat dengan tartil akan lebih bermanfaat RI sekalipun untuk orang Aceh, sebab GAM identik dengan kekerasan dan tidak membangun infrastruktur apapun, sementara esensi Islam adalah membangun dan mencipta, dari tidak ada menjadi ada. Maka jadikan RI dan Isma lainnya sebagai rival - rival yang harus dikalahkan dengan mencipta dan mencipta. Kejar semua ketertinggalan Islam di segala bidang dari sistim-sistim lainnya, karena Islam itu membuat bukti, bukan propaganda ataupun referendum, maka ada saatnya sistim islam akan dengan suka atau tidak suka mengalahkan sistim-sistim batil yang lainnya dengan misi offensifnya. Musa membuat sistim Tauhid di dalam tubuh Firaun / Mesir, Muhamad membuat Madinnah di koloni arab di bawah Mekah, dan juga nabi dan rosul yang lainnya.

Ketujuh
Bangunlah rumah - rumah ditengah kota (kotanya musuh) - bangun apa saja yang bisa dibangun, berstrategilah (Al-Kahfi), dan jangan pernah meminta tolong kepada orang kafir, sebab mereka tidak akan suka / tulus melainkan akan ikut menghancurkan.

Delapan
Penahkah berfikir kenapa harus Aceh yang dilanda tsunami? kalo memang benar di Aceh sedang ditegakan dinnul islam oleh katakanlah GAM, kenapa Allah tidak mengguncang Jawa dimana SBY dan thogutnya berpusat? karena juga kah wilayah 9 yang menjadi dapurnya Madinnah Indonesia ada dj Jakarta?

Sembilan
Saya belum sempat menyampaikan data2 ditengah kesibukan saya, ada segudang data yang bisa saya ungkap tentang Yang Mulia Daud Baureuh ataupun Yang Mulia Kahar Muzakar, mereka telah berbuat banyak, melepaskan ananiyahnya demi Islam, bukan Aceh, Makasar atau Jawa sekalipun, mereka berpikir yang lebih besar dari pada itu semua.

Demikian
Terima kasih.

Bambang Hediyanto

heda1912@yahoo.com
Jakarta, Indonesia
----------