Stockholm, 26 Januari 2005
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
ARDIANSYAH ITU YUDHOYONO & KALLA CS DIUJI
KEJUJURAN MEREKA TENTANG ACHEH DALAM PERUNDINGAN HELSINKI
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.
SUSILO BAMBANG YUDHOYONO & JUSUF KALLA DIUJI KEJUJURAN DAN KEADILANNYA UNTUK MENYELESAIKAN ACHEH DALAM PERUNDINGAN HELSINKI DI FINLANDIA
"Menurut saya di Negeri Hindunesia sudah banyak maling-nya dari pada orang yg benar - benar jujur. Jadi Saudara Ahmad Sudirman dkk jangan bermimpi bisa berdamai dengan Hindunesia melalui jalur perundingan ! Seluruh Aspek pemerintahan tidak lebih dari para perampok berdasi ! inilah salah satu contoh beritanya "Data Pengungsi Aceh Di-Mark Up" (Muhammad Ardiansyah , Muhammad.Ardiansyah@hm.com , Wed, 26 Jan 2005 15:39:40 +0700)
"Laporan Insiden Pasca Gempa dan Tsunami di Acheh dari 2 sampai 25 Januari 2005" (Reyza Zain , warzain@yahoo.com ,from info@asnlf.net , Wed, 26 Jan 2005 04:42:14 -0800 (PST))
Terimakasih saudara Reyza Zain di Pennsylvania, USA dan saudara Ardiansyah di Jakarta, Indonesia.
Memang benar itu Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla cs sering mengobral janji gombal ketimbang menunjukkan kejujuran dan keadilannya.
Hanya saja dalam masalah penyelesaian konflik Acheh ini kita perlu juga untuk menguji kesungguhan, kejujuran, ketulusan, dan keadilan mereka dalam hal bagaimana penerapan dan aplikasi mereka mengenai cara penyelesaian Acheh dengan aman dan damai.
Jadi, di Helsinki, Finlandia adalah merupakan tempat untuk mentes dan menguji kesungguhan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla melalui tim juru runding mereka yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Hukum, Politik dan Keamanan Laksamana (Purn) Widodo Adi Sutjipto, Menteri Luar Negeri Noer Hassan Wirajuda dan Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaluddin.
Nah, kita bisa lihat dan buktikan bagaimana itu cara penyelesaian Acheh yang aman dan damai menurut Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla ini, ketika tim juru runding mereka menyodorkan draf perjanjian damai melalui juru penengah mantan Presiden Finlandia Martti Ahtisaari yang telah dikenal sebagai salah seorang juru damai konflik Balkan.
Kalau ternyata dalam draf yang disodorkan oleh tim juru runding Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla masih saja membawa-bawa kartu gombal kerangka NKRI dan UU No.18/2001 dengan amnesti made in Susilo Bambang Yudhoyono, maka itu sudah jelas membuktikan bahwa Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla hanyalah mengulang-ulangan kedegilan mereka dalam perundingan-perundingan sebelum ini, di Geneva dan di Tokyo, Jepang.
Dalam tulisan-tulisan Ahmad Sudirman sebelum ini yang menyangkut perjanjian Helsinki ini telah banyak dikupas, karena itu dalam tulisan ini hanya memperkuat saja, bahwa kalau itu tim juru runding yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Hukum, Politik dan Keamanan Laksamana (Purn) Widodo Adi Sutjipto masih saja membawa pentungan kerangka gombal NKRI dan dasar hukum gombal UU No.18/2001 dan kueh apek amnesti buatan Susilo Bambang Yudhoyono, maka sudah dipastikan itu perundingan mengenai gencatan senjata antara RI dan ASNLF akan gagal. Dan membuktikan bahwa memang benar itu Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla cs adalah orang-orang yang hanya mengobral janji gombal yang berbalut kata-kata "penyelesasian konflik Acheh yang aman dan damai".
Selanjutnya, kalau Ahmad Sudirman membaca fakta dan bukti yang dikirimkan oleh saudara Reyza Zain, pasca gempa dan tsunami dari tanggal 2 sampai 25 Januari 2005 memang menunjukkan bahwa pihak TNI/Polri dibawah komando KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu terus saja melakukan penahanan, penculikan, pemukulan, penyiksaan, terhadap rakyat Acheh.
Jelas itu menggambarkan dan membuktikan bagaimana tindakan sadis dan tidak berperikemanusiaan dari pihak penjajah RI yang dilakukan melalui tangan-tangan TNI/Polri atas perintah Susilo Bambang Yudhoyono, Ryamizard Ryacudu dan Da'i Bahtiar beserta para anak buahnya dilapangan di Negeri Acheh.
Jadi, seandainya ditandatangai gencatan senjata, kalau memang dari pihak Ryamizard Ryacudu Cs masih tetap saja keras kepala dan degil, maka sudah dipastikan itu gencatan senjata hanya berlaku diatas kertas yang ditandatangani saja.
Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad
Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*
Wassalam.
Ahmad Sudirman
http://www.dataphone.se/~ahmad
www.ahmad-sudirman.com
ahmad@dataphone.se
----------
Date: Wed, 26 Jan 2005 15:39:40 +0700
From: Muhammad.Ardiansyah@hm.com
To: ahmad@dataphone.se
Subject: Data Pengungsi Aceh Di-Mark Up
Assalamu'alaikum,
Menurut saya di Negeri Hindunesia sudah banyak MALING nya dari pada orang yg benar - benar jujur. Jadi Saudara Ahmad Sudirman dkk jangan bermimpi bisa berdamai dengan Hindunesia melalui jalur perundingan ! Seluruh Aspek pemerintahan tidak lebih dari para perampok berdasi ! inilah dibawah salah satu contoh beritanya.
Wassalam
Ardiansyah
Muhammad.Ardiansyah@hm.com
Jakarta, Indonesia
----------
Data Pengungsi Aceh Di-Mark Up
JAKARTA -- Data mengenai jumlah pengungsi ini sangat penting, karena terkait dengan
penyaluran bantuan dan penyusunan anggaran pemerintah. Banyak cara untuk melakukan
korupsi. Bahkan dalam situasi menyedihkan pun, masih saja ada oknum-oknum yang berusaha
memanfaatkan situasi. Seperti yang diungkapkanm Government Watch (Gowa), dari penelusuran
relawannya di lokasi bencana tsunami Nanggroe Aceh Darussalam (NAD),
ditemukan adanya upaya pelipat-gandaan atau mark up data jumlah pengungsi.
''Kami menemukan adanya kasus mark up data ini di beberapa titik kamp pengungsi. Antara lain di Kantor Bupati Meulaboh dan di SMAN 1 Meulaboh,'' papar Direktur Gowa, Faried Faqih dalam perbincangannya dengan Republika, Selasa (25/1). Menurut Faried, di kamp Kantor Bupati, data yang dibuat oleh Pemda setempat menyebutkan jumlah pengungsi sekityar 18.069 orang. ''Namun setelah kami cek langsung ke lapangan, di kamp pengungsi tersebut ternyata hanya terdapat 967 pengungsi,'' ucap Faried.
Demikian pula dengan kamp pengungsi di SMAN 1 Meulaboh. Data yang ada mencatat 10.500 pengungsi yang ditampung kamp tersebut. Namun setelah dicek langsung, hanya ada 500 pengungsi di tempat itu. ''Ini benar-benar keterlaluan, mark up-nya bahkan mencapai 20 kali lipat,'' ucap Faried. Menurut Faried, setelah menemukan kasus penggelembungan data pengungsi tersebut, pihaknya langsung melapor pada Danrem Meulaboh, Kolonel Inf Gerhan Lantara. ''Pak Gerhan yang mendapat laporan kami langsung marah-marah dan meminta agar data itu untuk dihitung ulang untuk dicek kebenarannya,'' ucap Faried.
Faried juga mengaku, pihaknya sudah melaporkan masalah itu Menko Kesra Alwi Shihab. ''Saya sudah sering menemui kasus seperti ini. Dulu waktu bencana di Flores tahun 1992, juga terjadi kasus serupa. Juga kasus di Nunukan.'' Menurut Faried, data mengenai jumlah pengungsi ini sangat penting, karena terkait dengan penyaluran bantuan dan penyusunan anggaran pemerintah. Seperti belum lama ini, bantuan berupa 15 ton beras, 1000 dus mie instan dan 1000 dus air mineral, yang disalurkan ke kamp pengungsi di Kantor Bupati Meulaboh, tak jelas lari ke mana. ''Jumlah pengungsinya sedikit sekali, tidak sesuai dengan data yang ada,'' tambah Faried. Untuk itu, mengenai data jumlah pengungsi di Banda Aceh, Faried juga mensinyalir telah terjadi penggelembungan.
Tanggal 15 Januari 2005, data pengungsi di Banda aceh tercatat 360 ribu orang. Kemudian
pada tanggal 22 Januari 2005, berubah menjadi 490 ribu orang. Anehnya, sehari kemudian
data ini menurun drastis menjadi 420 ribu orang. Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, meminta
agar masalah-masalah seperti itu jangan diberitakan terlalu berlebihan. ''Jangan berpikir
ke arah negatif terlebih dulu. Mungkin saja ada duplikasi pendataan. Untuk itu, acuan data
yang kita gunakan dari Bakornas,'' ungkap Sudi di lingkungan Istana Kepresidenan, Jakarta,
kemarin. Berkaitan dengan masalah relokasi pengungsi, pemerintah merencanakan untuk
melakukan pemetaan ulang atas 24 titik relokasi yang ditetapkan sebelumnya. Ini terkait
dengan dugaan Kementerian Lingkungan Hidup bahwa sebanyak 30 persen laha di Aceh, kini
mengandung racun yang berasal dari limbah bangunan maupun limbah organik yang mengandung
bakteri.
Menurut Sekretaris Menko Kesra, Soetedjo Yuwono, tanah yang mengandung racun tak akan
dijadikan lahan relokasi pemukiman baru para pengungsi.''Bila tetap dilakukan, tentu akan
sangat berbahaya bagi kesehatan para pengungsi,'' kata Soetedjo di Jakarta, Selasa (25/1).
Meski demikian, dia masih menunggu laporan dari Kementerian Lingkungan Hidup, karena
hingga ini laporan itu belum disampaikan ke pihaknya. Bila laporan telah masuk, maka
pihaknya akan bisa menentukan titik mana saja yang bisa ditetapkan untuk program relokasi.
Laporan tersebut, nantinya diserahkan pada Bappenas dan Departemen Pekerjaan Umum.
Mengenai kondisi pengungsi, kemarin, dilaporkan bahwa sebagian pengungsi yang ada di
Medan mulai kembali ke kampung halamannya di NAD. Dari 18.357 jumlah pengungsi yang
tercatat di sejumlah tempat penampungan, saat ini tercatat tinggal 17.897 orang.Data yang
ada di Dinas Infokom Pemerintah Kota Medan kemarin mengungkapkan, jumlah pengungsi
terbanyak ditampung di Kecamatan Medan Deli 2.188, Medan Helvetia 2.117, Medan Sunggal
1.667, Medan Petisah 1406, Medan Timur 1.399. Kepulangan sebagian pengungsi itu, menurut
Humas Pemkot Medan, Arlan Nasution, berkaitan dengan membaiknya akses di beberapa daerah
bencana. ''Mereka umumnya ingin melihat kondisi tempat tinggalnya dan hendak menyelamatkan
harta bendanya,'' katan Arlan.
----------
Date: Wed, 26 Jan 2005 04:42:14 -0800 (PST)
From: Reyza Zain warzain@yahoo.com
Subject: urgent: Laporan Insiden Pasca Gempa dan Tsunami di Acheh (26 Januari 2005)
To: ahmad@dataphone.se
Received from info@asnlf.net
PEMERINTAH NEGARA ACHEH TENTARA NEGARA ACHEH (TNA) PUSAT INFORMASI MILITER
Laporan Insiden Pasca Gempa dan Tsunami di Acheh (26 Januari 2005).
Minggu, 02 Januari 2005.
Masyarakat korban tsunami yang turut membawa pulang jenazah keluarganya dari Banda Acheh
ke Meunasah Dayah-Jeunib, Bireun, bagi yang laki-laki diwajibkan melapor ke
pos liar TNI di seberang sungai Kampung Meunasah Tamb-Jeunib, Bireun.
Dalam kesempatan itu pihak TNI juga meminta mereka jika ingin kembali ke Banda Acheh juga
harus melaporkan diri ke pihak TNI di sana.
Rabu, 19 Januari 2005.
Pasukan Brimob pos liar Kampung Ladang Tuha Terbangan-Pasi Raja, Acheh Selatan, menculik
seorang warga sipil, Mansur, 32 th, warga Kampung Ladang Tuha Terbangan-Pasi Raja, Acheh
Selatan, pekerjaan: Buruh, diculik di keude Padang-Klut Utara, Acheh Selatan.
Menurut infornasi bahwa sekarang korban ditahan di Mapolres Acheh Selatan. Pasukan TNI
juga masih melakukan operasi militer untuk mencari TNA/GAM di kampung-kampung di Kecamatan
Pasi Raja, Acheh Selatan.
Sabtu, 22 Januari 2005 pukul 04:00.
Seorang warga sipil, Hamdani bin Tgk. Banta Leman, 38 th, warga Kampung Paya Bili-Meurah
Mulia, Acheh Utara, diculik di rumahnya oleh 5 aparat RI yang menggunakan mobil Sedan,
sebagian aparat berpakaian loreng dan memakai sebo (penutup wajah), ada juga aparat yang
berpakaian preman, aparat masuk secara paksa ke rumah korban, lalu korban dipukul, dibawa
keluar rumah dan dinaikkan ke dalam mobil sedan aparat RI tersebut. Hanya 15 meter
jaraknya rumah korban dengan pos jaga malam yang terletak persis di depan rumah korban.
Warga yang sedang malakukan jaga malam tidak bisa berbuat apa-apa, karena diancam oleh
aparat supaya semuanya diam di tempat. Kemudian mobil aparat pergi lewat depan Mapolsek
Meurah Mulia ke arah Kota Geudng-Samudra, Acheh Utara. Aparat RI tersebut mengancam
istri korban agar tidak melaporkan kejadian ini kepada siapapun. Jika melapor, maka korban
tidak akan kembali lagi, ancam aparat RI tersebut.
Minggu, 23 Januari 2005 pukul 00:00.
Pasukan TNI pos liar di Kampung Bung Simek-Kuta Cot Glie, Acheh Besar, melakukan operasi
militer ke Kampung Keuruweung Krung, Kampung Keuruweung Blang dan
Kampung Siron Kecamatan Kuta Cot Glie, Acheh Besar. Eksesnya:
Mereka memukul sejumlah warga sipil hingga cidera ringan, masing-masing:
1. Manzani bin Rahman, 46 th,
2. M. Suid bin Wahab, 55 th,
3. Yahya bin Ahmad, 60 th,
4. Mustafa bin Ibrahim 25 th,
5. M. Nasir bin Sufi, 18 th,
6. Baihaki bin Ibrahim, 30 th,
7. Razali bin Abdullah, 40 th,
8. Lahmuddin bin Syam, 38 th,
9. Hanafi bin Zakaria, 30 th,
Semua korban adalah warga kampung tersebut di atas.
Minggu, 23 Januari 2005.
Pasukan TNI Raider pos liar di rumah sakit di Kampung Matang Pudng-Pant
Bidari, Acheh Timur, melakukan operasi militer mencari anggota TNA/GAM ke Kampung
Tanjng Ara-Madat, Acheh Timur. Mereka tidak menemukan anggota TNA/GAM.
Eksesnya:
Seorang warga sipil kampung setempat, Muhammad bin Karani, 30 th, pekerjaan: Petani,
dipukul hingga babak belur.
Selasa, 25 Januari 2005.
Sampai hari ini, pasukan TNI pos liar di Meunasah Beutng, Lam lhom-Lhknga,
Acheh Besar, masih melarang warga Kampung Lam Girek-Lhknga, Acheh Besar, yang
mengungsi ke tempat pengungsian di kemukiman Lam Lhom, supaya tidak pulang ke kampung
mereka. Padahal warga ingin melihat rumahnya, sebagian besar rumah warga di kampung
tersebut masih utuh, karena gelombang tsunami yang menghantam kampung tersebut tidak
begitu parah. Umumnya warga juga masih memiliki binatang ternak peliharaan dan kebunnya.
Selasa, 25 Januari 2005.
Ratusan personil TNI masih melakukan operasi militer secara besar-besaran untuk mencari
TNA/GAM, diantaranya: di Kampung Kila, Kampung Kandeh, Kampung Blang Tengku dan sekitarnya
di Kecamatan Seunagan Timur, Nagan Raya. Kemudian mereka juga melakukan operasi militer ke
kampung-kampung lainnya, seperti: Blang Baroe, Blang Krung Cut, Panten Bayam, Blang
Neang, Blang Sapeng, Tuwi Bunta, Krung Isep dan sekitarnya di Kecamatan
Beutng, Acheh Barat. Suasana di kawasan itu sangat mencekam, warga tidak berani
melakukan aktivitas sehari-harinya.
Selasa, 25 Januari 2005 pukul 06:00.
Pasukan TNI menyerang pasukan TNA di Kampung Paya Bleu, Leubu-Gandapura,
Bireun. Akibatnya Saiful Bahri, 36 th, personil TNA, terluka ringan dan 1 HP
miliknya dirampas TNI.
Selasa, 25 Januari 2005 pukul 07:30.
Pasukan TNI menyerang pasukan TNA di Kampung Meureubo-Makmur, Bireun. Pasukan TNI
melepaskan tembakan sporadis ke arah pasukan TNA, namun pasukan TNA tidak membalas dan
menghindari agar tidak terjadinya pertempuran. Tidak ada korban.
Selasa, 25 Januari 2005 pukul 09:05.
Pasukan SGI dan TNI Yonif 133 Yudha Sakti pos liar Kampung Leubu gabungan TNI pos liar Cot
Krut-Gandapura, Bireun, melakukan operasi militer ke Teupin Kiro Kampung
Cot Rusp-Peusangan, Bireun.
Eksesnya:
Mereka menculik 4 warga sipil kampung setempat, masing-masing:
1. Ibrahim bin Hajad, 45 th, pekerjaan: Petani.
2. Maryati binti Ibrahim, 21 th,
3. Saifannur bin Sofyan, 4 th (anak Maryati binti Ibrahim).
4. Saiful, 2 th (anak Maryati binti Ibrahim)
Keempat korban adalah warga yang sangat miskin di kampung tersebut, SGI menuduh bahwa keempat korban sebagai mata-mata TNA/GAM. Keempat korban dibawa bersama pasukan TNI tersebut, sampai sekarang tidak diketahui nasib dan keberadaannya.
Selasa, 25 Januari 2005 pukul 14:00.
Pasukan TNI melakukan operasi militer ke Kampung Atoung-Montasik, Acheh Besar.
Eksesnya:
Mereka merusak 2 unit rumah keluarga TNA, masing-masing milik:
1. Cut Aja, 42 th, (mertua daripada Muklis, 28 th, personil TNA Wilayah Acheh Rayek),
sebelumnya Senin, 27 Desember 2004, pasukan TNI menangkap Wanti binti Burhan, 20 th (istri
Muklis), korban ditahan, dipukul dan diinterogasi di pos TNI untuk menekan agar suaminya
mau menyerahkan diri, namun suaminya tetap tidak menyerahkan diri, kemudian Sabtu, 22
Januari 2005, korban baru dibebaskan
2. M. Daod, 60 th, (mertua daripada M. Yacob, 35 th, personil TNA Wilayah Acheh Rayek)
Selasa, 25 Januari 2005 pukul 18:10.
Pasukan TNI Marinir dan Brimob pos liar di Alu Ceuko Kampung Seuneubk
Rawang-Peureulak Timur, Acheh Timur, menangkap seorang pelajar SMA, Tarmizi bin Ilyas, 17
th, warga Kampung Seuneubk Rawang-Peureulak Timur, Acheh Timur. Korban dituduh
sebagai penyedia logistik untuk GAM. Sampai sekarang tidak diketahui nasibnya.
End of report.
----------