Stockholm, 14 Februari 2005

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

ARDIANSYAH JADIKAN CERITA MULUT ORANG PEMDA ACHEH & HASIL RANDOM SAMPLING UNTUK PUKUL ASNLF
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

KELIHATAN ITU ARDIANSYAH BERUSAHA UNTUK MENJADIKAN CERITA MULUT ORANG PEMDA ACHEH & HASIL RANDOM SAMPLING DIBAWAH PAYUNG HUKUM PP NO.2/2004 DAN KEPPRES NO.43/2003 UNTUK PUKUL ASNLF

"Saya ingin menampilkan fakta yang mungkin baru di mimbar bebas ini Saudara saya ada yang datang dari Acheh, Mereka mengabarkan kalau saat ini GAM sudah tidak populer lagi , dan mereka tidak lagi merasa terjajah oleh NKRI, Puncak ke populeran GAM adalah pada sekitar tahun 1983, kemudian tenggelam, dan kemudian muncul dengan dukungan rakyat hingga ke Aparat pemerintahan pada tahun 1998, saya mengetahui karena saudara saya itu
orang pemerintahan disalah satu daerah di Acheh. Dan kemarin saya mendapat fakta yang mengagetkan kalau selama ini perjuangan TNA, mirip dengan perampok, jadi dengan melihat fakta tersebut seharusnya GAM adalah tinggal sejarah. Dari rekan Mahasiswa yang dahulu tergabung dalam SIRA, saat ini hanyalah tinggal beberapa orang yg tetap meneriakan referendum." (Muhammad Ardiansyah, Muhammad.Ardiansyah@hm.com ,Mon, 14 Feb 2005 15:01:34 +0700)

Baiklah saudara Ardiansyah di Jakarta, Indonesia.

Kalau membaca lebih dalam dan lebih teliti tentang apa yang diungkapkan oleh saudara Ardiansyah yang ibunya berasal dari Padang dan Ayahnya dari Padang Sidempuan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara dan sekarang sedang belajar hukum di Universitas Padjajaran, Bandung, menyangkut masalah fakta dan bukti yang diterima oleh saudaranya yang datang dari Acheh, yang juga status saudaranya Ardiansyah itu adalah orang pemerintahan Daerah Acheh. Ternyata berita mulut yang disampaikan oleh saudaranya Ardiansyah itu telah dianggap sebagai fakta dan bukti oleh saudara Ardiansyah dan akan dipakai sebagai bahan tambahan pembuatan skripsi akhirnya di Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, Bandung.

Memang yang namanya fakta dan bukti salah satunya bisa saja yang berupa cerita dari mulut. Seperti contohnya tentang cerita saudaranya Ardiansyah yang datang dari Acheh. Dimana ia menceritakan: "kalau saat ini GAM sudah tidak populer lagi, dan mereka tidak lagi merasa terjajah oleh NKRI, Puncak ke polpuleran GAM adalah pada sekitar tahun 1983 , kemudian tenggelam, dan kemudian muncul dengan dukungan rakyat hingga ke Aparat pemerintahan pada tahun 1998".

Nah, cerita model demikian, memang cerita yang telah muncul lama yang dilambungkan oleh orang-orang pemerintahan Daerah Acheh, seperti contohnya cerita yang dilambungkan oleh saudaranya Ardiansyah tersebut diatas. Kemudian lagi memang banyak cerita lainnya lagi yang berbau propaganda yang memang sengaja dihembuskan oleh pihak TNI/Polri yang ditempatkan di Acheh seperti "GAM melakukan perampokan, GAM melakukan pembajakan barang bantuan untuk korban tsunami, dan propaganda-propaganda semisal lainnya".

Dan memang benar, bahwa dari pihak orang-orang pemerintahan Daerah Acheh, TNI/Polri terus berusaha untuk mempertahankan kebijaksanaan politik, keamanan dan pendudukannya di Negeri Acheh. Jadi suatu hal yang wajar kalau itu saudaranya Ardiansyah juga ikut-ikutan melambungkan propaganda made in Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu dan Jenderal TNI Endriartono Sutarto guna ikut terus memojokkan perjuangan rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila.

Nah, ternyata saudara Ardiansyah dengan adanya berita dari saudaranya yang datang dari Acheh itu lalu membuat kesimpulan yang sifatnya sementara yang berisikan tesis: "GAM telah bubar di NKRI, yang ada hanyalah sisa - sisa gerombolan pemimpi untuk berpisah dari NKRI."

Dengan adanya tesis sementara untuk diuji kebenarannya itu, lalu saudara Ardiansyah menampilkan cerita tambahan yang diperoleh dari wartawan Australia, tidak disebutkan siapa namanya, dan tidak disebutkan juga apa itu cerita yang ditulis oleh wartawan Australia itu. Tidak sampai disini saja, melainkan Ardiansyah mengumpulkan hasil random sampling dari temannya yang menyebutkan bahwa kalau warga Acheh tidak lagi perduli siapa yang memerintah sekarang ini asal Islam dapat ditegakkan di Bumi serambi mekkah. Dan tambahan bahan lainnya untuk menguji dan membuktikan kebenaran tesis saudara Ardiansyah diatas itu adalah dengan memasukkan kata-kata "pesan alm Daud Beureuh ang terakhir adalah kembalikan Al qur'an kebumi Acheh bukan untuk memisahkan Acheh dari NKRI. NKRI = Acheh, karena orang Acheh suatu saat bisa jadi Pemimpin di Negeri Ini."

Nah kalau dibahas lebih mendalam dari argumentasi-argumentasi yang dikumpulkan oleh Ardiansyah tersebut diatas dalam usahanya untuk menguji kebenaran tesisnya itu, ternyata argumentasi-argumentasinya itu masih lemah. Mengapa ?

Karena, cerita yang datang dari orang pemerintahan Daerah Acheh adalah cerita yang masih perlu dibuktikan secara fakta, bukti, hukum dan sejarah. Apakah memang benar GAM sudah tidak populer lagi, dan rakyat Acheh tidak lagi merasa terjajah oleh NKRI ?.

Soal populer dan tidak populer memang itu didasarkan kepada banyaknya cerita tentang ASNLF yang dimuat di media massa baik di Acheh ataupun di RI. Jelas disini tidak mungkin media massa yang sudah penuh diisi oleh semangat komersialisme akan memuat berita ASNLF dengan perjuangannya kalau memang tidak memberikan uang masuk dan akan merugikan pihak RI.

Kemudian argumentasi yang menyangkut rakyat Acheh tidak lagi merasa terjajah oleh NKRI dihubungkan dengan argumentasi yang didasarkan kepada hasil random sampling yang menyebutkan bahwa kalau warga Acheh tidak lagi perduli siapa yang memerintah sekarang ini, asal Islam dapat ditegakkan di Bumi serambi mekkah.

Nah, dari argumentasi yang berupa hasil random sampling, artinya hasil wawancara dengan orang-orang Acheh yang dipilih begitu saja, tidak memberikan dasar argumentasi yang kuat juga. Mengapa ?

Karena, kalau ingin memperoleh hasil yang cukup kuat dan merupakan hasil pemikiran, sikap dan keinginan rakyat Acheh, maka faktor-faktor yang bisa menghalangi kebebasan untuk mengeluarkan sikap, pendapat, keinginan rakyat Acheh itu terlebih dahulu harus dikikis dan dihilangkan dahulu. Mengapa ?

Karena, sebagaimana yang telah dipahami oleh umum bahwa di Acheh masih berlaku dasar hukum yang tertuang dalam PP No.2/2004 yang merupakan payung hukum berlakunya Darurat Sipil. Dimana Darurat Sipil ini merupakan faktor yang menentukan sekali kepada adanya iklim dan suasana aman dan bebas dalam hal penyampaian sikap, pendapat, keinginan rakyat Acheh di Negeri Acheh.

Jadi, karena memang payung hukum yang dipakai di Negeri Acheh adalah payung hukum yang bisa membatasi kebebasan bersikap, bersuara, berbicara, maka ketika ada sesorang melakukan wawancara yang menyangkut masalah keamanan, politik, perdamaian, TNI, TNA, pemerintah, maka sudah jelas hasilnya akan menunjukkan hasil yang netral. Artinya, tidak memilih kepada RI ataupun kepada ASNLF. Dan memang itu ditunjukkan oleh adanya hasil random kawannya saudara Ardiansyah diatas, yaitu "warga Acheh tidak lagi perduli siapa yang memerintah sekarang ini, asal Islam dapat ditegakkan di Bumi serambi mekkah"

Mengapa itu rakyat Acheh menurut hasil random sampling diatas memilih sikap netral dan memusatkan kepada Islam saja ? Karena memang iklim situasi dan kondisi di Acheh tidak memberikan kebebasan ruang gerak bagi lahirnya kebebasan untuk berbicara, bersikap, bertindak, disebabkan masih dipakainya payung hukum PP No 2/2004 dan Keppres No.43/2003.

Celakanya, itu pihak Susilo Bambang Yudhoyono dengan UU No.18/2001-nya terus menipu dan membohongi seluruh rakyat Acheh. Dimana Ahmad Sudirman telah berpuluh kali membongkar isi UU No.18/2001 terutama yang ada kaitannya dengan syariat Islam, ternyata menurut UU No.18/2001 itu dalam pelaksanaannya di Negeri Acheh telah menyimpang dari apa yang dicontohkan Rasulullah saw, yang disebabkan adanya pencampuradukkan pelaksanaan hukum Islam dengan hukum yang bersumberkan pada sistem thaghut pancasila.

Jadi, kalau rakyat Acheh menyatakan asal Islam dapat ditegakkan di Bumi serambi mekkah, kemudian itu Susilo Bambang Yudhoyono menyodorkan UU No.18/2001, yang diduga oleh rakyat Acheh berisikan penerapan syariat Islam sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw, maka sudah jelas dan dapat dipastikan itu seluruh rakyat Acheh telah dibawa kejalan sesat oleh pihak Susilo Bambang Yudhoyono dan oleh pihak DPR yang membuat dan mensyahkan UU No.18/2001 itu.

Selanjutnya, kalau Ardiansyah melambungkan pesan Teungku Muhammad Daud Beureueh "kembalikan Al qur'an kebumi Acheh". Sebenarnya kalau digali lebih dalam pesan itu adalah menegakkan Islam tanpa dicampuri dengan sistem thaghut pancasila. Sebagaimana yang telah dimaklumatkan oleh Teungku Muhammad Daud Beureueh pada tanggal 20 September 1953 bahwa wilayah Acheh dan rakyat Acheh bebas dari pengaruh kekuasaan Pancasila atau Negara pancasila.

Jadi, kalau Ardiansyah menyatakan "kembalikan Al qur'an kebumi Acheh" bukan untuk memisahkan Acheh dari NKRI. NKRI = Acheh, karena Orang Acheh suatu saat bisa jadi Pemimpin di Negeri Ini." Maka pernyataan saudara Ardiansyah tidak sesuai dengan apa yang telah diperjuangkan dan digariskan oleh Teungku Muhammad Daud Beureueh ketika menegakkan Islam di Acheh melalui pembebasan Acheh dari Negara pancasila dengan memaklumatkan berdirinya Negara Islam Indonesia di wilayah Acheh. Karena itu kalau mau mendalami lebih dalam tentang apa yang diperjuangkan oleh Teungku Muhammad Daud Beureueh, maka akan terbukti bahwa NKRI tidak sama dengan Acheh. Acheh bukan bagian dari NKRI dan bukan merupakan wilayah RI. Kalau itu pada tahun 1962 Teungku Muhammad Daud Beureueh turun gunung dan mengikuti Musyawarah Kerukunan Rakyat Acheh pada bulan Desember 1962, itu merupakan akibat telah tertipunya Teungku Muhammad Daud Beureueh oleh pihak Soekarno cs, melalui kacungnya, Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Kolonel M.Jasin.

Seterusnya, itu soal referendum, SIRA masih terus menyuarakan suara dan sikap politiknya untuk diajukan plebisit bagi seluruh rakyat Acheh untuk memberikan sikap dan suaranya bagi penentuan nasib sendiri dan bagi negeri Acheh dimasa depan. Karena itulah, kalau sebelum dilakukan plebisit ini, bisa saja siapapun mengklaim bahwa rakyat Acheh memihak dan menyukai Susilo Bambang Yudhoyono. Hanya tentu saja kalau hanya sebatas pengklaiman saja, maka itu bukan merupakan fakta, bukti, dan dasar hukum yang kuat untuk dipakai sebagai argumentasi guna mempetahankan Negeri Acheh tetap berada dalam dekapan mbah Susilo Bambang Yudhoyono.

Dan terakhir, kalau Ardiansyah menyatakan: "Pulanglah , bangsa Acheh telah merdeka , Anda dan kawan - kawan di luar negeri hanya menceracau yang tidak karuan tentang Kami. Kami sebagai salah satu orang yang memiliki darah Acheh menghimbau ayahanda Hasan Tiro untuk kembali ke Acheh. Ingat pesan Alm Daud Beureuh "Kembalikan Alqur'an ke Acheh".

Memang itu Ardiansyah mempunyai hak untuk berbicara seperti itu di RI, tetapi keputusannya diserahkan kepada seluruh rakyat Acheh melalui plebisit. Bukan hanya keinginan Ardiansyah saja, yang hanya mendasarkan argumentasinya pada cerita-cerita keluaran orang pemerintahan Daerah Acheh dan hasil wawancara random sampling yang dikumpul ketika payung hukum Darurat Sipil masih dipakai oleh Susilo Bambang Yudhoyono di Negeri Acheh.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
www.ahmad-sudirman.com
ahmad@dataphone.se
----------

Date: Mon, 14 Feb 2005 15:01:34 +0700
From: Muhammad.Ardiansyah@hm.com
To: <ahmad@dataphone.se>, <serambi_indonesia@yahoo.com>, <balipost@indo.net.id>, <newsletter@waspada.co.id>, <redaksi@pikiran-rakyat.com>, <editor@pontianak.wasantara.net.id>, <hudoyo@cbn.net.id>, <jktpost2@cbn.net.id>, <redaksi@kompas.com>, <redaksi@satunet.com>, <redaksi@waspada.co.id>, <waspada@waspada.co.id>, <webmaster@detik.com>, <kompas@kompas.com>, <Padmanaba@uboot.com>, <solopos@bumi.net.id>, <sea@swipnet.se>, <siliwangi27@hotmail.com>, <suparmo@tjp.toshiba.co.jp>, editor@jawapos.co.id
Subject: Anggota ASNLF , Pulanglah,..Amnesti bukan sesuatu yang menghinakan ...

Assalamu'alaikum , wr wbr.

Saya ingin menampilkan fakta yang mungkin baru di mimbar bebas ini Saudara saya ada yang datang dari Acheh , Mereka mengabarkan kalau saat ini GAM sudah tidak populer lagi , dan mereka tidak lagi merasa terjajah oleh NKRI , Puncak ke polpuleran GAM adalah pada sekitar tahun 1983 , kemudian tenggelam , dan kemudian muncul dengan dukungan rakyat hingga ke Aparat pemerintahan pada tahun 1998 , saya mengetahui karena saudara saya itu
orang pemerintahan disalah satu daerah di Acheh. & kemarin saya mendapat fakta yg mengagetkan kalau selama ini perjuangan TNA , mirip dengan perampok , jadi dengan melihat fakta tersebut seharusnya GAM adalah tinggal sejarah .

Dari rekan Mahasiswa yang dahulu tergabung dalam SIRA, saat ini hanyalah tinggal beberapa orang yg tetap meneriakan referendum .

"Fakta saat ini , Rakyat Acheh butuh ketentraman dan kepastian hukum , jadi kami sementara menyimpulkan " GAM telah bubar di NKRI ,yang ada hanyalah sisa - sisa gerombolan pemimpi untuk berpisah dari NKRI. dan perlu dicatat , kalau rakyat Acheh saat ini telah bahu membahu untuk menangkap dan menumpas GAM , jadi tolong saudara ahmad Sudirman menampilkan fakta demi untuk kebenaran , karena sampai sat ini tulisan saya masih memuat fakta - fakta kalau Acheh merupakan bagian integral dari NKRI, baik dari secara dejure dan defacto.

- saya juga mendapat informasi dari tulisan wartawan dari Australia beberapa waktu yang lalu , karena untuk pembuatan skripsi saya harus bisa menampilkan banyak fakta .

- fakta yang tidak bisa dipungkiri adalah hasil random sampling dari teman aya yang menyebutkan kalau warga Acheh tidak lagi perduli siapa yang memerintah sekarang ini asal Islam dapat ditegakkan di Bumi serambi mekkah .

"pesan alm Daud Beureuh ang terakhir adalah " kembalikan Alqur'an kebumi Acheh " bukan untuk memisahkan Acheh dari NKRI. NKRI = ACHEH , karena Orang Acheh suatu saat bisa jdi Pemimpin di Negeri Ini.

Jadi Saya pikir , Pemerintah RI dengan kenyataan sekarang ini harus benar benar melindungi rakyat acheh dari sepak terjang gerombolan Hasan Tiro .

Pada awalnya saya memang mendapat data kalau di Acheh itu mayoritas hendak berpisah dari NKRI , tapi data terbaru yang ada saat ini adalah "Rakyat Acheh ingin Damai Dan Tentram !!"

saya Juga mendapat informasi dari Teman saya yang berasal dari Swedia, kalau Hasan Tiro cs itu bukan warga negara penting di Swedia !! suatu fakta yang mengejutkan bukan ?'

Jadi saran saya , Kalian berhenti bermimpi tentang pembebasan Acheh ,karena masyarakat Acheh tidak meraa terjajah, apalagi saudara Hediyanto yang mengigau tentang NII nya ? memang secara sejarah , acheh bukan bagian Integral dari NKRI , melalui proses pencaplokan oleh Mbah soekarno . Tapi melihat kenyataan sekarang adalah hal yang menggelikan kalau GAM masih dikatakan ada di Acheh. Dan keburukannya sekarang , TNI kita suka mengklaim kalau yg melakukan tindak kejahatan diAcheh adalah GAM , padahal itu Cuma segelintir orang. Dan mengenai kontak senjata , itu hanya berasal dari " babi hutan yang membawa bendera bulan sabit merah " ( maaf saya Cuma meminjam istilah saudara saya ). Dan untuk informasi , kalau saudara saya tsb pernah juga dipaksa buat bergabung dengan GAM di tahun 1998 , namun kesatuannya bubar karena tidak mendapat gaji Rp 1 juta rupiah seperti yang dijanjikan .

Sekali lagi , memang benar kalau menurut sejrah bahwa Acheh itu di caplok oleh Mbah Soekarno, tapi yang dicaplok saat ini menikmati dan ikhlas.

Referendum hanya membuat bara api separatisme akan timbul kembali. Logika nya , kalau seluruh daerah diajukan opsi referendum , pastilah Indonesia akan tinggal sejarah, sebuah fakta yang bukan diambil dari pinggiran jalan.

Pulanglah , bangsa Acheh telah merdeka , Anda dan kawan - kawan di luar negeri hanya menceracau yang tidak karuan tentang Kami. Kami sebagai salah satu orang yang memiliki darah Acheh menghimbau ayahanda Hasan Tiro untuk kembali ke Acheh. Ingat pesan Alm Daud Beureuh "Kembalikan Alqur'an ke Acheh".

Untuk info saja , saat ini banyak Tokoh acheh yang datang ke Jakarta, kami bertemu beliau - beliau di masjid Istiqlal pada satu kesempatan. Anda saudara Hasan Tiro hanya bermain dengan sejarah dengan darah Rakyat Acheh demi pembebasan negeri Acheh untuk kepuasan anda dan Nostalgia sejarah kesultanan bangsa Acheh. Berhentilah berulah , sudah saatnya anda wafat dengan tenang dan dikebumikan dibumi serambi Mekkah.

Saran saya buat Pemerintah RI , kumpulkanlah seluruh Ulama dan Ustdaz di Acheh , dan beri beliau tanggungjawab untuk membimbing bangsa Acheh. Kami Rakyat Acheh pada dasarnya lebih tunduk pada Ulama daripada kepada Pemerintahan. JANGAN HIRAUKAN GAM, PEMBERONTAK DAN TERORIS. TERUSLAH BERKONSENTRASI MEMBANGUN KEMBALI NEGERI ACHEH DARI KEHANCURAN. Semoga jalan tsb bisa berhasil mencapai perdamaian di bumi serambi Mekkah yg kita cintai.

"Katakan lah benar walau hal itu pahit buat diucapkan". Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Muhammad Ardiansyah

Muhammad.Ardiansyah@hm.com
Jakarta, Indonesia
----------