Stockholm, 16 Februari 2005

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

ARDIANSYAH DIBELAKANG EKOR YUDHOYONO MENDEKLARKAN PERMUSUHAN KEPADA RAKYAT ACHEH, ASNLF & TNA
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

MAKIN JELAS ITU ARDIANSYAH DIBELAKANG EKOR YUDHOYONO MENDEKLARKAN PERMUSUHAN KEPADA RAKYAT ACHEH YANG TELAH SADAR UNTUK MENENTUKAN NASIB SENDIRI, ASNLF & TNA

"Anda adalah orang yang frustasi. Dalam mimbar bebas anda sering memvonis sesuatu yang belum anda pahami kebenarannya. Bukti: anda setuju dengan kata-kata penjajahan yang dilakukan oleh NKRI, padahal Arti penjajahan sendiri anda tidak mengerti dan anda terjebak sendiri dengan kata - kata tersebut. Anda pun terpukul saat saya tampilkan bukti dan kenyataan yang ada dilapangan saat ini, kalau GAM memang tidak lagi mendapat tempat dihati rakyat Aceh, saya dan bangsa ini mempunyai bukti hidup yaitu mantan-anggota GAM yang rata-rata merasa tertipu dan tergiur dengan gaji 1 juta rupiah sebagai Prajurit TNA, padahal hal itu tidak pernah atau jarang anda bayarkan. Saya mendapat informasi tsb dari mantan anggota TNA sendiri. Apa pernah Ayahanda Hasan Tiro tampil seperti Ir Soekarno & Xanana dalam perjuangannya, yang ada ASNLF selalu berkoar dari seberang lautan dan memnyelundupkan senjata serta menipu rakyat Acheh untuk menjadi TNA. Anda ternyata tidak memiliki kekuatan yang berarti, terbukti ketika masa krisis th 1998, banyak anak muda dari Acheh yang ingin bergabung dengan anda tapi ternyata dari pihak GAM sendiri belum siap dan tidak menerima dengan alasan belum ada program" (Muhammad Ardiansyah, Muhammad.Ardiansyah@hm.com ,Wed, 16 februari 2005 03:50:37)

Baiklah Ardiansyah di Jakarta, Indonesia.

Nah sekarang sudah jelas terbuka, Ardiansyah telah melambungkan saltonya dan telah berada secara terang-terangan dibelakang Susilo Bambang Yudhoyono untuk menghancurkan perjuangan rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila.

Ahmad Sudirman tidak frustasi. Kalau memang Ahmad Sudirman frustasi, maka tidak akan tampil dan siap terus menghadapi Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati dan sekarang Susilo Bambang Yudhoyono.

Jelas, itu soal Negeri Acheh ditelan, dicaplok, diduduki dan dijajah Soekarno melalui RIS-nya. Kemudian sekarang Ardiansyah, itu Acheh dianggap sebagai milik RI dan mbahnya Soekarno dengan memakai taktik sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Snouck Horgronye dulu, yaitu dengan cara merangkul rakyat Acheh, memberikan pendidikan, kesejahteraan dan ekonomi, agar supaya itu rakyat Acheh jangan menentang kepada pihak Soekarno cs dan para penerusnya termasuk Susilo Bambang Yudhoyono yang didukung Ardiansyah. Kemudian kalau ada rakyat Acheh yang menentang RI dalam bentuk pembebasan Negeri Acheh dan penentuan nasib sendiri, maka diperlukana penumpasan dengan kekerasan dan kekuatan senjata. Lalu pihak RI menekankan bahwa Islam itu tidak perlu dimasukkan kedalam pemerintahan dan negara. Islam harus dipisahkan dari segi kehidupan politik dalam masyarakat, pemerintahan dan negara.

Jadi, ketika Ahmad Sudirman menyatakan bahwa itu Acheh dijajah RI, itu didasarkan kepada adanya tindakan Soekarno yang menelan Acheh dengan RIS-nya dalam usaha untuk menguasai dan memerintah atas Negeri Acheh dengan menerapkan kebijaksanaan politik, keamanan, pertahanan yang salah satunya kebijaksanaan politik sebagaimana yang telah dikembangkan oleh Snouck Horgronye, yang aplikasinya dalam bentuk perangkulan pada rakyat Acheh, memberikan pendidikan, kesejahteraan dan ekonomi, agar supaya rakyat Acheh jangan menentang kepada pihak Soekarno cs dan para penerusnya termasuk Susilo Bambang Yudhoyono. Kemudian kalau ada rakyat Acheh yang menentang dan ingin membebaskan Negeri Acheh dan melakukan penentuan nasib sendiri, maka harus ditumpas dengan kekerasan dan kekuatan senjata.

Nah, itulah model dan cara kebijaksanaan politik, keamanan, pertahanan yang diterapkan dalam rangka aplikasi penjajahan yang dilakukan oleh RI terhadap rakyat dan Negeri Acheh.

Jadi, dengan ditampilkannya pengertian penjajahan yang diawali dengan penelanan Negeri Acheh oleh Soekarno kemudian diteruskan dengan menerapkan kebijaksanaan politik, keamanan, pertahanan di negeri Acheh yang salah satunya mengikuti cara dan metode yang dikembangkan oleh penasehat Belanda Snouck Horgronye itu. Itu semuanya bukan merupakan akibat Ahmad Sudirman tidak mengerti dan terjebak sendiri dengan arti kata-kata penjajahan tersebut.

Kemudian, Ahmad Sudirman tidak merasa terpukul, ketika kalian Ardiansyah mengatakan: "Anda pun terpukul saat saya tampilkan bukti dan kenyataan yang ada dilapangan saat ini, kalau GAM memang tidak lagi mendapat tempat dihati rakyat Aceh, saya dan bangsa ini mempunyai bukti hidup yaitu mantan-anggota GAM yang rata-rata merasa tertipu dan tergiur dengan gaji 1 juta rupiah sebagai Prajurit TNA, padahal hal itu tidak pernah atau jarang anda bayarkan. Saya mendapat informasi tsb dari mantan anggota TNA sendiri."

Persoalananya adalah kalau ada pihak anggota TNA yang telah berada ditangan Ryamizard Ryacudu dan TNI-nya serta berada dalam dekapan Susilo Bambang Yudhoyono, apakah ia menyerahkan diri atau tertangkap. Itu sudah jelas tidak ada lagi pilihan lain bagi dirinya, selain ia memberikan dan menyampaikan sikap yang menguntungkan pihak RI, apabila ia ditanya oleh phak RI, dan itu memang suatu hal yang wajar.

Hanya sekarang yang menjadi bukti kuat adalah apakah dengan adanya bukti dilapangan seperti yang dilambungkan Ardiansyah diatas, itu para pejuang Acheh dengan TNA-nya menjadi lemah dan hancur, atau sebaliknya itu pihak pasukan non-organik TNI yang jumlahnya lebih dari 50.000 personil itu tidak berhasil menyapu bersih pasukan pejuang Islam Acheh dan TNA-nya di Negeri Acheh ?.

Yang jelas dan nyata adalah bahwa itu pihak pasukan non-organik TNI yang jumlahnya lebih dari 50.000 personil itu tidak berhasil menyapu bersih pasukan pejuang Islam Acheh dan TNA-nya di Negeri Acheh.

Jadi, apapun propaganda yang dilambungkan oleh pihak Ryamizard Ryacudu dan Endriartono Sutarto tentang pasukan TNA atau mantan pasukan TNA yang menyerah atau yang tertangkap, tetapi fakta dan buktinya yang ada sampai detik ini, itu pasukan muslim Acheh TNA masih tetap wujud dan kuat dalam memperjuangkan penentuan nasib sendiri dan pembebasan Negeri Acheh dari cengkraman RI.

Nah, kalau Ardiansyah menyatakan: "GAM memang tidak lagi mendapat tempat dihati rakyat Aceh". Jelas itu hanya merupakan propaganda pihak Ryamizard Ryacudu dan Endriartono Sutarto saja. Karena fakta dan buktinya, menunjukkan bahwa sampai detik ini itu pasukan TNA masih terus tegar berjuang. Dan mereka pasukan TNA itu adalah rakyat muslim Acheh, bukan rakyat yang datang dari Jawa untuk mencari hidup di Acheh. Selama itu pasukan muslim Acheh TNA wujud dan bergerak, maka selama itu membuktikan ada rakyat Acheh yang mendukung dan tetap setia untuk memperjuangkan pembebasan Negeri Acheh dari tangan penjajah RI.

Kemudian itu soal yang dilambungkan Ardiansyah: "apa pernah Ayahnda Hasan Tiro tampil seperti Ir Soekarno & Xanana dalam perjuangannya, yang ada ASNLF selalu berkoar dari seberang lautan dan memnyelundupkan senjata serte menipu rakyat Acheh untuk menjadi TNA."

Ardiansyah, yang jelas dan pasti, adalah taktik dan strategi yang dijalankan oleh Teungku Hasan Muhammad di Tiro dalam perjuangan untuk penentuan nasib sendiri dan pembebasan Negeri Acheh sampai detik sekarang ini berhasil, baik itu dalam bidang politik, diplomasi atau dalam militer. Buktinya itu pihak Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla ikut dalam jalur dan arus politik dan diplomasi pihak ASNLF ini.

Seterusnya, Teungku Hasan Muhammad di Tiro tidak perlu meniru cara perjuangan Soekarno penipu licik itu atau tokoh pejuang Timor Timur Xanana. Yang jelas fakta dan bukti yang tampak dan bisa dibaca sampai detik sekarang ini adalah Teungku Hasan Muhammad di Tiro dengan taktik dan strategi kebijaksanaan politik, keamanan dan pertahanannya tetap berjalan dengan baik, sehingga itu pihak RI terpaksa harus berjingkrak-jingkrak dalam perundingan untuk mendapatkan dan mencapai perdamaian di Negeri Acheh.

Kemudian lagi itu yang dilambungkan Ardiansyah: "Anda ternyata tidak memiliki kekuatan yang berarti, terbukti ketika masa krisis th 1998, banyak anak muda dari Acheh yang ingin bergabung dengan anda tapi ternyata dari pihak GAM sendiri belum siap dan tidak menerima dengan alasan belum ada program (anda harus mengakui di mimbar bebas ini akan hal itu, karena hal ini di ungkapkan oleh orang pedalaman Aceh sendiri)"

Ketika saat jatuhnya Soeharto tahun 1998 itu memang sebagian besar orang bangkit. Semua yang sebelumnya menentang Soeharto berhamburan keluar dan memperebutkan kedudukan dan kekuasaan. Dan tentu saja bagi pihak ASNLF yang telah begitu lama berada dalam tekanan dan pembunuhan pihak TNI dibawah Soeharto, dan dalam keadaan gerilya itu, ketika menghadapi keadaan pasca Soeharto ini, memang bukan suatu hal mudah. ASNLF dan TNA-nya melakukan konsolidasi kedalam. Dimana setelah Menhankan/Pangab Jenderal TNI Wiranto pada tanggal 7 Agustus 1998 menyatakan segera menarik pasukan non-organik TNI dan mengakhiri operasi militer, serta minta maaf kepada rakyat Acheh atas tindakan ABRI di Acheh. Atau dengan kata lain DOM berakhir di Acheh. Dan pada tanggal 31 Agustus 1998 Seluruh pasukan non-organik TNI yang ada di Acheh ditarik mundur dari Acheh.

Disaat-saat konsolidasi kekuatan kedalam tubuh ASNLF dan TNA pasca habisnya DOM inilah memang tidak mudah untuk mengatur taktik strategi dalam bentuk pembesaran tubuh ASNLF dan keanggotaan TNA. Dan ternyata dari pihak mahasiswa dan pelajar bersama sejumlah 106 organisasi non pemerintah telah membentuk organisasi non pemerintah SIRA (Central Information for Referendum Aceh) pada tanggal 4 Februari 1999 dalam kongresnya yang diselenggarakan oleh KARMA (Koalisi Reformasi Mahasiswa Acheh) dan KMPAN (Komite Mahasiswa dan Pemuda Acheh Nasional) di Banda Acheh. Begitu juga dari pihak para ulama Acheh telah melakukan Musyawarah Ulama Dayah se-Acheh yang diadakan pada tanggal 3-4 Jumadil Akhir 1420 H / 13-14 September 1999 di Banda Aceh.Yang dalam bidang rekomendasi dan pernyataannya, mendesak pemerintah pusat dibawah Abdurrahman Wahid untuk segera melaksanakan Referendum/Jajak Pendapat di bawah pengawasan masyarakat internasional sesuai dengan permintaan mahasiswa/thaliban dan masyarakat Aceh lainnya. Apabila pemerintah pusat tidak menanggapi suara rakyat Aceh dimaksud maka dikhawatirkan akan terjadi gejolak berkelanjutan yang jauh lebih besar dari gejolak yang terjadi saat ini. Menyerukan kepada pihak-pihak yang bertikai agar dapat menciptakan suasana yang kondusif dan menghentikan segala bentuk kekerasan sehingga tercipta perasaan aman di kalangan masyarakat Aceh.

Jadi sebenarnya, pada tahun 1998-1999 itulah saat-saat dimana pihak ASNLF dan TNA sedang melakukan konsolidasi kedalam, dan itu bukan berarti lemah dan tidak siap dengan programnya, sehingga tidak mau pihak lain bergabung kedalamnya. Walaupun pihak para pemuda, mahasiswa dan pelajar Acheh tidak bergabung kedalam ASNLF dan TNA, tetapi mereka telah membentuk SIRA yang didukung oleh para Ulama Dayah se Acheh.

Selanjutnya apa yang dikatakan Ardiansyah: "Anda dan kawan-kawan tidak tahu secara pasti arah perjuangan anda, berita tentang gerakan gerombolan yg anda sewa hanya anda dapatkan dari telepon satelit yang diberitakan kepada anda & kawan-kawan tanpa tahu kebenarannya."

Ardiansyah yang namanya perang gerilya di Acheh ini adalah perang yang dilancarkan oleh rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasibnya sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila. Kalau Panglima TNA dan para petinggi ASNLF tidak mengetahui arah perjuangan pembebasan Negeri Acheh dan penentuan nasib sendiri, maka sudah lama itu yang namanya TNA dan ASNLF lenyap dari muka bumi. Kemudian itu soal komunikasi bisa dilakukan dengan berbagai cara. Yang jelas dan utama adalah perjuangan rakyat Acheh terus berlangsung. Kalian Ardiansyah bisa saja mengikuti itu Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu menyumpah serapah pasukan muslim Acheh TNA dengan sumpah serapah gombal kalian. Tetapi, yang jelas dan pasti, itu pihak pasukan non-organik TNI dibawah Ryacudu tidak mampu menyapu bersih pasukan muslim acheh TNA.

Ardiansyah, kalau kalian mengatakan: "Anda dan kawan-kawan adalah penghianat rakyat Acheh dengan mengganti kewarga negaraan anda tapi anda terus menggalang dana untuk disetorkan ke Acheh dalam rangka meng obok-obok dan menakuti Rakyat Acheh."

Itu menunjukkan bahwa kalian Ardiansyah memang musuh rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila. Itu soal warganegara, contohnya soal warganegara Ahmad Sudirman yang telah dijelaskan dalam tulisan sebelum ini. Kalau itu Soeharto, Ferdy Salim, dan Noer Hassan Wirajuda mencabut kewarganegaraan Indonesia Ahmad Sudirman, itu tandanya pihak RI sudah kebelinger. Seenak udelnya sendiri mencabut kewarganegaraan rakyatnya, hanya karena masalah pancasila dikutak-katik Ahmad Sudirman. Kan gombal itu namanya Soeharto dan kacungnya Noer Hasan Wirajuda yang sekarang menjadi Menteri Luar Negeri dibawah Susilo Bambang Yudhoyono. Jadi kalau Ahmad Sudirman diberi kewarganegaraan oleh Swedia, setelah Jenderal Soeharto yang menyuruk di Cendana mencabut kewarganegaraan Indonesia dari diri Ahmad Sudirman, itu namanya Ahmad Sudirman bukan menghianati rakyat Acheh, Ardiansyah.

Kemudian, kalau itu rakyat Acheh sedang berjuang membebaskan negerinya dari penjajahan RI, namanya bukan diobok-obok, Ardiansyah. Tetapi mereka itu sedang berjuang untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan negara sekuler pancasila yang telah menduduki dan menjajah negeri Acheh lebih dari setengah abad itu. Dan para pejuang yang ada diluar Acheh kalau mereka ikut berjuang dari luar bukan juga ikut mengobok-obok, Ardiansyah budek.

Seterusnya, itu Ardiansyah menyatakan: "jelas anda terkapar saat saya katakan kalau Rasulullah tidak mengajarkan untuk berontak dan mendirikan negara Islam. Karena saudara Tahu kalau Negara Islam yang terbentuk pada zaman Rasulullah bukan karena peperangan."

Ardiansyah, kalau kalian mau bercerita tentang proses awal tegak dan berdirinya Daulah Islamiyah pertama di Yatsrib, kalian harus menggali dahulu itu sejarah Rasulullah saw dari sejak di Mekkah sampai ke Yatsrib. Jangan hanya bercuap seenak udel sendiri.

Memang, ketika berdirinya Daulah Islam pertama di Yatsrib belum ada deklarasi perang dari kaum kafir dan musyrik Mekkah. Tetapi sebelum berdirinya itu Daulah Islamiyah pertama di Yatsrib, Rasulullah saw dan para sahabatnya dan kaum muslimin di Mekkah dikejar-kejar, untuk dibunuh, disiksa dan ditekan oleh kaum penguasa Quraisy Mekkah. Kaum Quraisy Mekkah mendeklarkan permusuhan kepada pihak Rasulullah saw, para sahabat dan kaum muslimin. Karena itu Rasulullah saw berhijrah ke Yatsrib. Dan di Yatsrib inilah Rasulullah saw bersama kaum Muhajirin, kaum Anshar dan kaum Yahudi membangun batu pondasi Daulah Islamiyah pertama yaitu Undang Undang Madinah.

Jadi Ardiansyah, kalau kalian mau belajar sejarah dan contoh Rasulullah saw dalam bernegara, itu setelah berdiri Daulah Islamiyah pertama di Yatsrib terus bergejolak perang, seperti perang Badar, Uhud, Ahzab atau Khandaq. Itu kalau diperhatikan bahwa Rasullah saw dari sejak Daulah Islamiyah pertama dibangun sampai menghadap kembali kehadapan Allah SWT, tidak ada waktu atau masa yang senggang hampir dipenuhi dengan kesiap siagaan menghadapi musuh-musuh Islam. Dimana selama masa 10 tahun telah dilakukan 27 kali Ghazwah perang kecil atau ekspedisi diluar perang besar. Sedangkan kegiatan saryah (pengintaian dengan memata-matai) sebanyak 39 kali (menurut Ibnu Hisyam) atau 47 kali (menurut menurut Ibnu Sa'd).

Memang Rasulullah saw mengajarkan seperti yang Ardiansyah sebutkan: "Rasulullah saw mengajarkan kalau cinta tanah air adalah sebagian dari Iman. Rasulullah saw juga mengajarkan untuk tidak menyerang orang kafir yang mau hidup berdampingan dengan orang muslim."

Hanya, ketika Daulah Islamiyah pertama di Yatsrib diserang kaum musyrik Mekkah di Badr, maka Rasulullah saw tidak tinggal diam, melainkan bangkit angkat senjata melawan dan menghadapi kaum musyrik Mekkah di Badr. Begitu juga di Uhud, dan ketika perang Khandak.

Begitu juga yang dikatakan Ardiansyah: "Rasulullah saw adalah diutus sebagai Rahmatan lil alamin, rahmat bagi alam semesta, bukan hanya rahmat bagi orang muslim. Bukti lain adala Rasulullah saw tidak pernah menyerang negara tetangga untuk menyebarkan Agama Islam, kalau pada saat itu Rasulullah saw mau menghancurkan kerajaan Romawi, mungkin pengaruh Islam di Negara Eropa akan melebihi Pengaruh Nasrani saat ini, tapi rasulullah saw tidak melakukannya."

Memang Rasulullah tidak menyerang negara lain, tetapi kalau itu Negara Islam pertama di Yatsrib diserang oleh penguasa dari Daerah lain seperti Mekkah, maka Rasulullah saw tampil dengan pasukannya untuk menghadapi serangan yang dilancarkan oleh pihak musuh.

Jadi, Ardiansyah, kalau memang kalian mau belajar sejarah sepak terjang Rasululla saw dalam membangun dan menegakkan Daulah Islamiyah pertama di Yatsrib, maka bacalah sejarah Rasulullah saw yang benar, jangan hanya menjiplak dan menyontek cerita-cerita Islam model buatan Snouck Horgronye.

Dan memang, siapa yang melarang umat Islam untuk tidak menggali pengetahuan. Hanya orang-orang bodoh saja, yang melarang umat Islam tidak boleh menggali ilmu pengetahuan umum dan agama.

Seterusnya itu Ardiansyah menyatakan: "Memang ajaran Mpu tantular dalam buku Sutasoma tidak mengajarkan halal-ataupun haram, tetapi disini diajarkan hablum minan nas (hubungan antar sesama manusia) dengan tali buhulnya Bhineka tunggakl ika, jelas kaum muslimin terlena, karena menikmati kedamaian dan keselarasan antara ajaran Mpu tantular dengan ajaran Islam tentang hubungan antara sesama manusia.tidak ada yang salah dan bertentangan dgn ajaran Islam tentang hub antar manusia pada ajaran mpu tantular"

Ahmad Sudirman menyatakan bahwa itu paham yang dikembangkan mpu Tantular dalam bhineka tunggal ikanya telah dijadikan senjata oleh Soekarno untuk mengikat negeri Acheh masuk kedalam RI. Apakah itu yang diajarkan oleh mpu Tantular dengan istilah Ardiansyah yang dinamakan hablum minan nas ?.

Kalau memang kalian Ardiansyah memahami arti dan maksud bhineka tungggal ika, maka kalian akan menghormati satu dengan lainnya tanpa kalian paksakan kelompok atau suku atau bangsa lain agar supaya ikut kedalam kelompok atau suku atau bangsa kalian. Kalau memang kalian tahu dan paham arti hablum minan nas itu.

Dalam pengertian dan pemahaman hablum minan nas itu tidak ada paksaan dan tidak ada penekanan. Misalnya, kalau rakyat Acheh diberikan kebebasan untuk melakukan plebisit guna menetukan nasib mereka sendiri dan masa depan negeri Acheh, mengapa kalian dan Susilo Bambang Yudhoyono halangi dan larang itu rakyat Acheh, kalau memang kalian memegang dan menerapkan paham mpu Tantular dengan bhineka tunggal ikanya ? Atau itu bhineka tunggal ika tidak berlaku kalau mengenai masala negeri.

Jadi Ardiansyah, itu bhineka tunggal ika telah dijadikan alat penjerat oleh Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abduraman Wahid, Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono. Bukan dijadikan simbol hablum minan nas sebagaimana diajarkan dalam Islam. Kalau kalian mau menerapkan itu pemahaman bhineka tunggal ika dalam kehidupan, maka kalau ada satu pihak yang sudah tidak lagi ingin besama dengan kelompok atau bangsa atau negara, maka biarkan mereka menentukan nasib mereka sendiri. Mengapa mereka harus dihalangi dan dilarang. Lihat itu orang Acheh yang telah siap dengan referendumnya. Mengapa mereka dilarang oleh Abdurahman Wahid, Megawati, dan Susilo Bambang Yudhoyono ?

Seterusnya Ardiansyah menulis: "anda serta merta menuduh saya bekedok untuk membuat skripsi dalam memukul ASNLF, padahal saya juga memakai saran anda untuk memakai tulisan anda sebagai referensi, tapi setelah saya telaah lebih lanjut, tulisan itu tidak lebih dari teriakan-teriakan orang frustasi dengan memakai sejarah tanpa melihat hal yang merupakan fakta saat ini tentang aceh."

Ardiansyah, kalau memang kalian menemukan sesuai dalam tulisan Ahmad Sudirman yang kalian anggap "tidak lebih dari teriakan-teriakan orang frustasi" itu bukan alasan untuk kalian langsung melakukan konfrontasi. Apakah kalian Ardiansyah tidak mampu untuk melakukan studi perbandingan. Kalian kumpulkan fakta yang kalian kumpul dari pihak lain, kemudian kalian bandingkan secara berurut dan sistematis. Lalu hasilnya kalian tampilkan dimimbar bebas ini.

Tetapi, ternyata cara kalian Ardiansyah, justru sebaliknya. Kalian baca tulisan Ahmad Sudirman, kemudian karena menemukan sesuatu yang tidak sesuai dengan kalian dan Susilo Bambang Yudhoyono, langsung berjingkrak-jingkrak sambil melambungkan salto permusuhan secara terang-terangan.

Jelas, itu apa yang kalian lambungkan di mimbar bebas ini merupakan deklarasi Ardiansyah yang menyatakan sikap permusuhan dan penentangan terhadap pejuang rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila.

Model-model orang seperti kalian Ardiansyah banyak sebelum kalian muncul di mimbar bebas ini, misalnya itu Rokhmawan orang wahabi dari Solo, Sumitro kacungnya Susilo Bambang Yudhoyono dari Jakarta, Hadi dari Jakarta pengekor Amien Rais, dan almarhum Mazda orang Banda Acheh yang membawa-bawa paham wahabi. Itu mereka semua di mimbar bebas ini menghantam habis-habisan ASNLF dan TNA.

Nah sekarang muncul kalian Ardiansyah yang ngaku ngaku orang Padang dan Padangsidempuan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

Kalau itu pihak ASNLF dan TNA tidak mengetahui fakta yang ada sekarang, maka mereka itu tidak akan terus mampu bertahan dan berjuang dengan tegar menghadapi pihak TNI dibawah perintah Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu dan Susilo Bambang Yudhoyono.

Kemudian itu soal Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan yang diselesaikan didepan Mahkamah Internasional, dimana Majelis Hakim yang diketuai oleh Gilbert Guillaume telah memutuskan bahwa Malaysia adalah pemilik sah Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan atas dasar pertimbangan Effectivites (effective occupation).

Alasannya adalah terbukti bahwa teori Treaty Based Title atau Konvensi 1891 yang diajukan oleh pihak RI dan teori Chain of Title yang diajukan pihak Malaysia kedua-dua teori tersebut sama kuatnya. Karena kedua teori tersebut sama kuatnya, maka keputusan Tim Hakim tidak bisa didasarkan kepada dua teori yang sama kuat itu. Karena itu Majelis Hakim memutuskan perkara Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan berdasarkan kepada daerah tak bertuan atau terra nulius, artinya dengan dijadikannya Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan sebagai pulau yang tidak bertuan atau terra nulius, maka argumen effectivites yang dijadikan dasar keoputusan Majelis Hakim. Artinya, pihak Malaysia telah secara efektif hadir melaksanakan kedaulatannya di Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan jauh sebelum tahun 1969, yaitu sebelum Negara Federasi Malaysia berdiri pihak Inggris telah melakukan tindakan administratif nyata yang berupa penerbitan ordonansi perlindungan satwa burung, pungutan pajak terhadap pengumpul telur penyu sejak tahun 1930, dan pembangunan mercu suar sejak awal tahun 1960.

Nah sekarang, mengenai Negeri Acheh, kalau pihak RI mengajukan teori yang didalamnya berisikan fakta, bukti, sejarah dan dasar hukum mengenai pengakuan Negeri Acheh. Kemudian pihak ASNLF mengajukan teori yang juga didalamnya berisikan fakta, bukti, sejarah dan dasar hukum. Lalu dibawa kedepan Mahkamah Internasional. Dan biarkan Tim Majelis Hakim Mahkamah Internasional yang memutuskan teori mana yang kuat. Apakah teori yang disodorkan RI atau teori yang disodorkan ASNLF yang kuat. Tetapi kalau kedua teori itu sama kuat, maka itu Negeri Acheh dianggap Negeri tidak bertuan atau terra nulius. Kemudian Majelis Hakim akan melihat dan memperhatikan, siapa yang mempunyai kedaulatan di Acheh sebelum RI merdeka 17 Agustus 1945 dan setelah Belanda dipukul habis oleh Jepang pada tahun 1942, dan setelah Jepang menyerah kepada Amerika dan sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, 3 hari sebelum RI diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 ?.

Nah fakta, bukti, sejarah dan dasar hukum itulah yang akan dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak Majelis Hakim, seandainya kedua teori yang diajukan oleh pihak RI dan ASNLF sama kuat.

Jadi itulah Ardiansyah, kalau kalian mau melihat dan mempelajari kasus Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan, mengapa jatuh kedua pulau itu ke tangan Malaysia bukan ketangan RI.

Ardiansyah, itu yang kalian katakan: "Tindakan anda dalam menciptakan konflik jelas merugikan bangsa Acheh. Tanpa sumberdaya Alam pun aceh akan makmur karena letak yang strategis, coba bayangkan apabila Pulau sabang di buka sebagai Bandar dan Pelabuhan Internasional, serta terbuka jalan antara Ujung sumatra dengan jawa ? . Singapura akan ditinggalkan sebagai negara Transit . Coba buka mata saudara akan hal itu."

Siapa yang menciptakan konflik di Acheh pada awalnya? Soekarno atau Teungku Muhammad Daud Beureueh atau Teungku Hasan Muhammad di Tiro ? Siapa yang mula-mula mengklaim dan menelan itu Negeri Acheh masuk kedalam RIS dan masuk kedalam RI dan Sumatera Utara, Soekarno atau Teungku Muhammad Daud Beureueh atau Teungku Hasan Muhammad di Tiro ?

Memang, itu Acheh letaknya strategis, dan karena letak Acheh strategis itulah mengapa itu Kesultanan Islam Acheh berhasil maju dengan pesatnya pada abad ke 16. Jauh sebelum itu yang namanya RI muncul di Nusantara. Jauh sebelum itu yang namanya Singapura muncul kepermukaan. Tetapi, walaupun itu Negeri Acheh letaknya strategis, tetapi kalau itu Negeri Acheh masih tetap berada dalam jajahan RI, maka selama itu Negeri Acheh tetap terkungkung. Sudah lebih dari setengah abad itu Negeri Acheh berada dalam kungkungan dan jajahan RI. Dan rakyat Acheh terus berjuang tidak pantang mundur. Jadi, soal bagaimana itu Negeri Acheh akan dibangun dan dikembangkan itu diserahkan kepada seluruh rakyat Acheh dan pemimpin rakyat Acheh, apabila Acheh telah bebas dari penjajahan RI.

Ardiansyah, itu yang kalian katakan: "Anda lupa, siapa SBY itu, beliau adalah mantan menko Polkam dan Ahli strategi, yang tidak dimiliki oleh ASNLF, dan beliau adalah Presiden Pilihan Rakyat, kalau ditanyakan kepada Rakyat Aceh, tentu banyak yang tidak tahu siapa itu Hasan Tiro atau ASNLF, yang mereka tahu Hannya Babi Hutan berbendera bulan sabit yang mengacau dan menakuti rakyat, tengah malam menggedor rumah penduduk, mengemis makanan dan mengambil ternak, khususnya masyarakat pedalaman aceh . Apakah anda akan mengingkari hal itu ?"

Ardiansyah, memang itu Susilo Bambang Yudhoyono telah memegang beberapa jabatan menteri baik pada masa Abdurrahman Wahid dan Megawati. Tetapi, apakah ia berhasil menyelesaikan konflik Acheh atau tidak ? Dan apakah itu yang memilih Susilo Bambang Yudhoyono mayoritas ?.

Nah kalau melihat dari hasil pemilihan Presiden dan Wakil Presiden ternyata terlihat bahwa itu Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla memperoleh 69.266.350 suara. Sedangkan, Megawati dan Hasyim Muzadi memperoleh 44.990.704 suara.

Jadi, itu sebenarnya Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla tidak dipilih oleh seluruh rakyat di RI.

Kemudian kalau menyinggung tidak banyak yang tahu Teungku Hasan Muhammad di Tiro, jelas karena di Acheh itu daerah yang sudah ditutup oleh jeruji besi berkarat Keppres No.43/2003.

Mana diperbolehkan dengan bebas itu media massa menceritakan perjuangan ASNLF, TNA dan Teungku Hasan Muhammad di Tiro yang sebenarnya. Segala yang merugikan pihak RI, akan disapu dari media massa di RI, kecuali kalau ada berita yang menguntungkan pihak RI. Kalian Ardiansyah memang buta, itu mana ada berita-berita yang jujur dan seimbang yang dimuat oleh pihak media massa di RI tentang perjuangan ASNLF dan Teungku Hasan Muhammad di Tiro. Itu berita-berita tentang ASNLF, Teungku Hasan Muhammad di Tiro yang dimuat di media massa RI hanyalah berita yang bisa menguntungkan pihak RI saja.

Nah itulah salah satu taktik dan strategi yang dikembangkan oleh Snouck Horgronye yang dijiplak oleh pihak RI untuk mengatasi para pejuang rakyat Acheh agar itu negeri Acheh tetap berada dalam dekapan penjajah RI.

Nah contohnya, soal berita yang bisa menguntungkan pihak RI adalah seperti yang dilambungkan Ardiansyah pengekor Susilo Bambang Yudhoyono:"yang mereka tahu hannya Babi Hutan berbendera bulan sabit yang mengacau dan menakuti rakyat, tengah malam menggedor rumah penduduk, mengemis makanan dan mengambil ternak, khususnya masyarakat pedalaman aceh"

Nah cerita model inilah yang disukai oleh para penerus Snouck Horgronye untuk terus dipakai alat propaganda murahan oleh pihak TNI bersama Ryamizrd Ryacyudu.

Kemudian lagi itu Ardiansyah bercuap: "TNI memiliki sapta marga dan sumpah prajurit, jadi haram bagi anggota TNI melakukan perbuatan tercela seperti merampok dan memperkosa, kalau GAM, komando yang tidak jelas, Gerombolan bersenjatakan senapan tua yang pelurunya kadang tidak meletus, memungkinkan untuk melakukan hal itu."

Nah kelihatan itu Ardiansyah yang sudah begitu percayanya kepada pasukan non-organik TNI dengan Raider made in Ryamizrd Ryacudu ini sehingga tanpa ragu-ragu menyatakan "haram bagi anggota TNI melakukan perbuatan tercela seperti merampok dan memperkosa."

Ardiansyah, itu pasukan TNI adalah memang perampok dan pembunuh di Negeri Acheh. Mereka telah diindroktinasi oleh Ryamizard Ryacudu bahwa di Acheh tugas mereka adalah menghadapi dan melawan ASNLF dan TNA. Tidak ada bagi pihak TNI yang sudah dicekoki dengan sapta marga dan sumpah prajurit istilah halal dan haram. Mana ada itu diajarkan pelajaran Islam dalam dunia TNI. Yang ada adalah taat dan patuh kepada pimpinan, membela UUD 1945 dan pancasila serta membela bhineka tunggal ikanya mpu Tantular dengan burung garuda dan RI yang telah mencaplok Negeri Acheh.

Walaupun itu pasukan muslim TNA dengan senjata tidak sehebat pihak pasukan kaum pancasila TNI, tetapi tetap saja itu pasukan pancasila TNI dibawah Jenderal Ryamizard Ryacudu tidak sanggup menghancurkan pasukan muslim Acheh TNA. Kan gombal itu pasukan non-organik TNI ini.

Seterusnya, itu kalau Ardiansyah kacungnya Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan: "pada saat Revolusi, komando Tentara republik Indonesia amat jelas, tentara pembebasan timor leste juga jelas, tapi GAM apanya yang jelas ? yang jelas hanya tujuan membunuh, merusak sebanyak banyaknya setelah ltu menghilang menjadi Babi ditengah hutan."

Ardiansyah, memang sudah bingung, seperti juga itu Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu dan Jenderal TNI Endriartono Sutarto yang kebingungan bagaimana untuk menghancurkan pasukan muslim Acheh TNA. Karena memang pasukan muslim Acheh TNA itu jelas tujuan dan arah perjuangannya yaitu untuk penentuan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila, maka dengan kekuatan, niat, motivasi dan diiringi dengan mencari keridhaan Allah SWT, maka itu pasukan non-organik TNI yang sudah dijejali dengan sumpah pancasila dan UUD 1945 sekuler, mana sanggup dan berhasil melumpuhkan pasukan muslim Acheh TNA.

Seterusnya lagi yang dicuapkan Ardiansyah: "Anggota TNA yang terlanjur di buru oleh TNI menjadi seolah-olah memang membela ASNLF, tapi setelah tertangkap dengan selamat sekarang malah bersyukur karena tidak ada penjara di NKRI, yang ada adalah Lembaga pemasyarakatan, mantan anggota TN saat ini banyak yang diberi keahlian khusus untuk kembali kemasyarakat. Jadi inipun membuktikan kalau RI bukanlah penjajah."

Ardiansyah, kalian tukar itu nama penjara dengan Lembaga Pemasyaratan. Itu hanya nama saja, tetapi metode dan cara yang dipakai dalam LP itu sama seperti dalam penjara. Memang, kalau ada orang yang dipenjara itu bisa dijejali dengan sampah pancasila, hasil kutak-katik Soekarno, baru dikasih pekerjaan dalam penjara, misalnya membuat sapu lidi, membuat mainan, membuat ember, membuat apa saja yang bisa dijual, duitnya dipakai untuk kebutuhan pengurusan LP. Jadi, mereka dalam penjara itu disamping ditahan dan dikurung jasadnya, juga dicuci otak mereka dengan sampah pancasila, khususnya bagi para tahanan politik ASNLF, TNA.

Selanjutnya masih juga itu Ardiansyah menulis: "Anggota TNA, terus menyebut tentara Jawa pada TNI, padahal yang menggempur dan menhancurkan GAM adalah kebanyakan tentara dari Sumatra dan Acheh yang tahu medan pertempuran dan mudah bersosialisasi dengan penduduk karena tidak terhalang komunikasi dgn masyarakat daerah. Apa anda tahu tentang kebenaran berita kalau RI menurunkan 50 000 pasukannya di Acheh? Pernahkah anda kesana untuk meninjau langsung. hayo ! mungkin letak kampung anda sekarang ini pun anda sudah lupa ?"

Ardiansyah, yang dinamakan pasukan non-organik TNI dan Raider itu adalah bukan orang Acheh, melainkan yang didatangkan dari luar Acheh. Nah kalau ada pihak TNA yang menyatakan pasukan non-organik TNI itu orang Jawa, mengapa kalian begitu geram. Kalian anggap itu Jawa tidak boleh disebut-sebut. Memang itu dalam pasukan non-organik TNI yang dikirimkan ke Acheh yang 50.000 pasukan itu adalah mayoritas orang Jawa. Coba tanya itu kepada Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu dan Jendera TNI Endriartono Sutarto.

Ardiansyah apa yang kalian katakan: "pendapat bodoh saudara tentang kewarga negaraan, memang apabila orang ASNLF diterima sebagai warga Negara swedia bukan berarti menjadi suku swedia. Anda tahu antara suku dan warga negara itu berbeda. kalau anda telah menjadi warga negara suatu bangsa, maka hak dan kewajiban saudara terhadap negara tersebut, termasuk kewajiban bela Negara.bukan malah mencampuri urusan dalam negeri orang lain !"

Memang, tidak mungkin itu masalah etnis atau suku atau bangsa bisa diasimilasikan begitu rupa dengan suku atau bangsa Swedia. Sebagaimana suku Jawa masuk kedalam lingkungan suku Sunda, atau sebaliknya.

Memang sebagai warga satu negara punya hak dan kewajiban. Tetapi untuk menyokong dan membantu bangsa lain untuk mencapai kemerdekaan itu adalah juga hak Ahmad Sudirman. Pihak Pemerintah Swedia tidak bisa menghalangi. Apalagi itu dalam membela hak-hak manusia dijamin dalam dasar hukum internasional Pernyataan Umum Tentang Hak Hak Asasi Manusia.

Jadi kalau Ahmad Sudirman membela dan menyokong perjuangan rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila, maka hak Ahmad Sudirman untuk menyokong dan membantu rakyat Acheh itu dijamin penuh oleh dasar hukum internasional Pernyataan Umum Tentang Hak Hak Asasi Manusia.

Menyokong dan membantu perjuangan rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila tidak termasuk ikut mencampuri urusan pemerintah RI. Kalau pihak RI menganggap karena Ahmad Sudirman menyokong dan mendukung perjuangan rakyat Acheh dianggap sebagai ikut campur urusan dalam negeri RI. Itu hanya penafsiran dari pihak RI saja, yang tidak mau masalah Acheh diselesaikan secara internasional. Dan menganggap itu konflik Acheh adalah konflik domestik dalam Negara RI Soekarno saja. Nah, disinilah kalian masih picik dan budek Ardiansyah.

Terakhir, kalau kalian Ardiansyah masih juga ngotot dan budek dengan tetap saja mengatakan: "Perlu anda dkk ingat dan masukan kedalam otak anda yg penuh dengan catatan sejarah bahwa "tidak ada penjajahan di Negeri Aceh", yang ada hanyalah pengacau dan penyengsara rakyat Aceh, yaitu kalian "ASNLF"!!"

Nah disinilah kelihatan itu Ardiansyah musuh rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila untuk terus saja membela ekor Susilo Bambang Yudhoyono dalam upaya menduduki dan menjajah Acheh. Sudah jelas itu Negeri Acheh ditelan, diduduki dan dijajah RI, masih saja dianggap sebagai bukan penjajahan. Padahal itu metode penguasaan dan cara memerintah pihak RI di Acheh adalah sama seperti apa yang direkomendasikan oleh Snouck Horgronye. Sebagaiman yang dijelaskan Ahmad Sudirman diatas.

Dan kalian Ardiansyah, tidak lebih baik dari pada para pendukung penjajah RI dengan pasukan non-organik TNI yang mayoritas orang Jawa dan kalian berada dibelakang ekornya Ryamizard Ryacudu dan Susilo Bambang Yudhoyono. Kalian telah mendeklarkan dan melambungkan salto permusuhan terhadap rakyat Acheh, ASNLF dan TNA-nya.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
www.ahmad-sudirman.com
ahmad@dataphone.se
----------

From: Muhammad.Ardiansyah@hm.com
Date: 16 februari 2005 03:50:37
To: <ahmad_sudirman@hotmail.com>, <padhang-mbulan@egroups.com>, <PPDI@yahoogroups.com>, <oposisi-list@yahoogroups.com>, <mimbarbebas@egroups.com>, <politikmahasiswa@yahoogroups.com>, <fundamentalis@eGroups.com>, <Lantak@yahoogroups.com>, <kuasa_rakyatmiskin@yahoogroups.com>, <acehkita@yahoogroups.com>, <achehnews@yahoogroups.com>, <communitygallery@yahoogroups.com>, asnlfnorwegia@yahoo.com
Subject: Beri label gerombolan Babi lapar anda dihutan, jangan kasih makan daun ganja

Assalamu'alaiku wr wbr.

Baik lah saudara Sudirman, saya menyikapi beberapa hal penting pada diri anda

1.Anda adalah orang yang frustasi . dalam mimbar bebas anda sering memvonis sesuatu yang belum anda pahami kebenarannya. Bukti :

- Anda setuju dengan kata - kata penjajahan yang dilakukan oleh NKRI, padahal Arti penjajahan sendiri anda tidak mengerti dan anda terjebak sendiri dengan kata - kata tersebut.

- Anda pun terpukul saat saya tampilkan bukti dan kenyataan yang ada dilapangan saat ini, kalau GAM memang tidak lagi mendapat tempat dihati rakyat Aceh, saya dan bangsa ini mempunyai bukti hidup yaitu mantan-anggota GAM yang rata-rata merasa tertipu dan tergiur dengan gaji 1 juta rupiah sebagai Prajurit TNA, padahal hal itu tidak pernah atau jarang anda bayarkan. Saya mendapat informasi tsb dari mantan anggota TNA sendiri.

- Apa pernah Ayahanda Hasan Tiro tampil seperti Ir Soekarno & Xanana dalam perjuangannya, yang ada ASNLF selalu berkoar dari seberang lautan dan memnyelundupkan senjata serta menipu rakyat Acheh untuk menjadi TNA.

- Anda ternyata tidak memiliki kekuatan yang berarti, terbukti ketika masa krisis th 1998, banyak anak muda dari Acheh yang ingin bergabung dengan anda tapi ternyata dari pihak GAM sendiri belum siap dan tidak menerima dengan alasan belum ada program (anda harus mengakui di mimbar bebas ini akan hal itu, karena hal ini di ungkapkan oleh orang
pedalaman Aceh sendiri)

- Anda dan kawan - kawan tidak tahu secara pasti arah perjuangan anda, berita tentang gerakan gerombolan yg anda sewa hanya anda dapatkan dari telepon satelit yang diberitakan kepada anda & kawan - kawan tanpa tahu kebenarannya.

- Anda dan Kawan-kaan adalah penghianat rakyat Acheh dengan mengganti kewarga negaraan anda tapi anda terus menggalang dana untuk disetorkan ke Acheh dakam rangka meng obok - obok dan menakuti Rakyat Acheh.

2. Jelas anda terkapar saat saya katakan kalau Rasulullah tidak mengajarkan untuk berontak dan mendirikan negara Islam. Karena saudara Tahu kalau Negara Islam yang terbentuk pada zaman Rasulullah bukan karena peperangan,

- Rasulullah saw juga mengajarkan kalau cinta tanah air adalah sebagian dari Iman .
- Rasulullah saw juga mengajarkan untuk tidak menyerang orang kafir yang mau hidup berdampingan dengan orang muslim.
- Rasulullah saw adalah diutus sebagai Rahmatan lil alamin , rahmat bagi alam semesta ,bukan hanya rahmat bagi orang muslim. Bukti lain adala Rasulullah saw tidak pernah menyerang negara tetangga untuk menyebarkan Agama Islam, kalau pada saat itu Rasulullah saw mau
menghancurkan kerajaan Romawi, mungkin pengaruh Islam di Negara Eropa akan melebihi Pengaruh Nasrani saat ini, tapi rasulullah saw tidak melakukannya.

- Rasulullah saw tidak membenci ilmu pengetahuan yg dimiliki orang kafir yang dalam hadistnya menganjurkan untuk menuntut Ilmu walau sampai kenegri China , walaupun Alqur'an adalah sumber dari segala sumber ilmu , tetapi Rasulullah saw tetap menganjurkan Ummat nya untuk menuntut Ilmu sampai sejauh itu.

3. Memang ajaran Mpu tantular dalam buku Sutasoma tidak mengajarkan halal-ataupun haram , tetapi disini diajarkan hablum minan nas (hubungan antar sesama manusia) dengan tali buhulnya Bhineka tunggakl ika, jelas kaum muslimin terlena , karena menikmati kedamaian dan keselarasan antara ajaran Mpu tantular dengan ajaran Islam tentang hubungan antara sesama manusia.tidak ada yang salah dan bertentangan dgn ajaran Islam tentang hub antar manusia pada ajaran mpu tantular

4. Anda serta merta menuduh saya bekedok untuk membuat skripsi dalam memukul ASNLF, padahal saya juga memakai saran anda untuk memakai tulisan anda sebagai referensi, tapi setelah saya telaah lebih lanjut, tulisan itu tidak lebih dari teriakan-teriakan orang frustasi dengan memakai sejarah tanpa melihat hal yang merupakan fakta saat ini tentang aceh.

5 Anda pernah mengatakan bisa saja anda membawa masalah ini ke mahmakah internasional , tapi jelas anda tahu kalau saat ini mahkamah Internasional telah memiliki Yusrisprudensi , tentang masalah pulau sipadan dan ligitan , walaupun secara historis dan secara dejure, kedua
pulau itu adala nota bene milik RI , namun secara defacto kedua pulau itu dirawat dan dikelola oleh Malaysia, oleh karena itu putusan mahkamah Internasional menyatakan kalau kedua pulau itu milik Malaysia. Hubungannya dengan Acheh adalah , secara defacto , Aceh adalah bagian Integral dari wilayah RI. Kalau anda tidak percaya, anda dkk datang dan buktikan sendiri ke Aceh.

6. Tindakan anda dalam menciptakan konflik jelas merugikan bangsa Acheh. Tanpa sumberdaya Alam pun aceh akan makmur karena letak yang strategis, coba bayangkan apabila Pulau sabang di buka sebagai Bandar dan Pelabuhan Internasional , serta terbuka jalan antara Ujung sumatra dengan jawa ? . Singapura akan ditinggalkan sebagai negara Transit .
Coba buka mata saudara akan hal itu.

7. Anda lupa , siapa SBY itu , beliau adalah mantan menko Polkam dan Ahli strategi , yang tidak dimiliki oleh ASNLF, dan beliau adalah Presiden Pilihan Rakyat, kalau ditanyakan kepada Rakyat Aceh , tentu banyak yang tidak tahu siapa itu Hasan Tiro atau ASNLF , yang mereka tahu Hannya Babi Hutan berbendera bulan sabit yang mengacau dan menakuti
rakyat, tengah malam menggedor rumah penduduk , mengemis makanan dan mengambil ternak, khususnya masyarakat pedalaman aceh . apakah anda akan mengingkari hal itu ?

8. TNI memiliki sapta marga dan sumpah prajurit , jadi haram bagi anggota TNI melakukan perbuatan tercela seperti merampok dan memperkosa, kalau GAM , komando yang tidak jelas, Gerombolan bersenjatakan senapan tua yang pelurunya kadang tidak meletus , memungkinkan untuk melakukan hal itu .

8. pada saat Revolusi , komando Tentara republik Indonesia amat jelas, tentara pembebasan timor leste juga jelas,tapi GAM apanya yang jelas ? yang jelas hanya tujuan membunuh , merusak sebanyak banyaknya setelah ltu menghilang menjadi Babi ditengah hutan.

9. Anggota TNA yang terlanjur di buru oleh TNI menjadi seolah-olah memang membela ASNLF, tapi setelah tertangakap dengan selamat sekarang malah bersyukur karena tidak ada penjara di NKRI, yang ada adalah Lembaga pemasyarakatan, mantan anggota TN saat ini banyak yang diberi keahlian khusus untuk kembali kemasyarakat. Jadi inipun membuktikan
kalau RI bukanlah penjajah.

10. Anggota TNA, terus menyebut tentara JAWA pada TNI , padahal yang menggempur dan menhancurkan GAM adalah kebanyakan tentara dari Sumatra dan Acheh yang tahu medan pertempuran dan mudah bersosialisasi dengan penduduk karena tidak terhalang komunikasi dgn mayarakat daerah. Apa anda tahu tentang kebenaran berita kalau RI menurunkan 50 000 pasukannya di Acheh? Pernahkah anda kesana untuk meninjau langsung. hayo !! mungkin letak kampung anda sekarang ini pun anda sudah lupa ?

11. pendapat bodoh saudara tentang kewarga negaraan , memang apabila orang ASNLF diterima sebagai warga Negara swedia bukan berarti menjadi suku swedia. Anda tahu antara suku dan warga negara itu berbeda. kalau anda telah menjadi warga negara suatu bangsa , maka hak dan kewajiban saudara terhadap negara tersebut , termasuk kewajiban bela Negara.bukan malah mencampuri urusan dalam negeri orang lain !

Perlu anda dkk ingat dan masukan kedalam otak anda yg penuh dengan catatan sejarah bahwa "TIDAK ADA PENJAJAHAN DI NEGERI ACEH ", yang ada hanyalah PENGACAU DAN PENYENGSARA RAKYAT ACEH , YAITU KALIAN " ASNLF"!!

Saran saya, giatlah anda bekerja di swedia supaya dapat mengirimkan uang lebih banyak kepada gerombolan babi hutan anda supaya tidak merusak ladang penduduk dan memakan ternak rakyat acheh. Kalo lebih aman , beri label yang jelas babi anda agar mudah TNI
Menembakinya.

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam

Muhammad Ardiansyah

Muhammad.Ardiansyah@hm.com
Jakarta, Indonesia
----------