Stockholm, 16 Maret 2005

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

SAFWAN, ITU PERJANJIAN QATIF 26-12-1915 & PENCAPLOKAN ACHEH OLEH RIS & RI ADALAH FAKTA YANG BENAR BUKAN FITNAH
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

SAFWAN HAMID JANGAN MENGELAK DARI FAKTA, BUKTI, SEJARAH DAN DASAR HUKUM TENTANG PERJANJIAN QATIF 26-12-1915, PP RIS NO.21/1950 & PERPPU NO.5/1950

"Kaum salafiyah tetap akan lapang dada asal kritik yang sifatnya meluruskan, bukan bersifat fitnah. Perlu saudara pahami bahwa menyebarkan fakta yang benarpun kalau memang akibatnya lebih buruk, itu merupakan bagian dari fitnah. Pengungkapan fakta tentang qatif treaty bisa menimbulkan kebingungan dan keraguan di kalangan kaum salafiyah terutama bagi pemula. Karena pengungkapan fakta itu menunjukkan seolah-oleh gerakan salafiyah bentukan orang kafir. Ini merupakan pengkaburan pemahaman. Padahal kita tidak tahu kondisi dan konteks sosial yang sebenarnya pada waktu qatif treaty dibuat. Hal ini sejalan dengan tidak bolehnya membesar-besarkan konflik antara para sahabat pada waktu terjadinya perang jamal dan perang shiffin, diantaranya antara Ali bin Abi Thalib dan Siti Aisyah. Karena membesar-besarkan fakta itu mudharatnya lebih besar dari mamfaatnya. Karena itu bisa menimbulkan keragu-raguan dan kebingungan umat dan memalingkannya dari kebenaran. Apa yang saudara lakukan justru akan memalingkan orang dari dakwah salafiyah, menghalangi dakwah kepada tauhid. Begitu juga pengungkapan fakta tentang sejarah Aceh kalau memang itu akan menimbulkan pemberontakan, kekacuan dan peperangan mengapa harus dilakukan. Lebih baik kita membenahi apa yang sudah ada, melihat ke depan dan melupakan masa lalu. Membangunan NKRI termsuk NAD di dalamnya sehingga dakwah islamiyah akan bisa berjalan dengan baik dengan satu cita-cita luhur menerapkan syariat didalamya." (Safwan A Hamid , owan02@yahoo.com , Tue, 15 Mar 2005 19:47:03 -0800 (PST))

Baiklah saudara Safwan A Hamid di Nusa Tenggara Barat.

Setelah membaca tanggapan saudara Safwan terbongkarlah bahwa sebenarnya saudara Safwan Hamid mahu mempertahankan benteng kaum wahhabi atau salafi Saudi tetapi ternyata lemah dalam membangun benteng pertahananya, sehingga kelihatan dengan jelas celah-celah bolong dan rapuhnya benteng kaum wahhabi atau salafi Saudi ini.

Coba perhatikan dan dalami, apa yang dilambungkan saudara Safwan: "Perlu saudara pahami bahwa menyebarkan fakta yang benarpun kalau memang akibatnya lebih buruk, itu merupakan bagian dari fitnah. Pengungkapan fakta tentang qatif treaty bisa menimbulkan kebingungan dan keraguan di kalangan kaum salafiyah terutama bagi pemula. Karena pengungkapan fakta itu menunjukkan seolah-oleh gerakan salafiyah bentukan orang kafir. Ini merupakan pengkaburan pemahaman. Padahal kita tidak tahu kondisi dan konteks sosial yang sebenarnya pada waktu qatif treaty dibuat"

Nah, inilah alasan yang paling lemah, yang bisa ditampilkan oleh saudara Safwan Hamid dalam usaha mempertahankan benteng pertahanan kaum wahhabi atau salafi dari fakta dan bukti serta sejarah Perjanjian Qatif 26 Desember 1915 yang ditandatangani oleh pihak Sultan Najd Abdul Aziz bin Abdul Rahman bin Faisal Al Saud dengan pihak Kerajaan Inggris.

Saudara Safwan Hamid, itu Perjanjian Qatif bukan fitnah, tetapi fakta, bukti dan sejarah serta dasar hukum tentang pembentukan Kerajaan Ibnu Saud atau Kerajaan Saudi Arabia. Kalau saudara Safwan menafikan dan mengelak dari fakta, bukti, sejarah dan dasar hukum Perjanjian Qatif 26 Desember 1915, berarti saudara Safwan telah mengugurkan satu pondasi berdirinya Kerajaan Ibnu Saud atau Kerajaan Saudi yang didalamnya hidup dan berkuasa kaum wahhabi atau salafi Saudi.

Nah, kalau saudara Safwan beranggapan, dengan ditampilkannya fakta, bukti, sejarah dan dasar hukum Perjanjian Qatif 26 Desember 1915 bisa "menimbulkan kebingungan dan keraguan di kalangan kaum salafiyah terutama bagi pemula. Karena pengungkapan fakta itu menunjukkan seolah-oleh gerakan salafiyah bentukan orang kafir. Ini merupakan pengkaburan pemahaman."

Maka, saudara Safwan dan kaum wahhabi atau salafi Saudi harus mampu memberikan penjelasan yang terang dan jelas mengenai sejarah jalur proses pertumbuhan dan perkembangan Kerajaan Ibnu Saud atau Kerajaan Saudi Arabia dihubungkan dengan sepak terjang Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Amir Muhammad bin Saud dari Dar'iyah, barisan muwahhidin atau ikhwan dengan gerakan wahhabiyah atau salafiyyahnya, dan kerajaan Inggris.

Jangan hanya menyatakan: "bisa menimbulkan kebingungan dan keraguan di kalangan kaum salafiyah terutama bagi pemula. Karena pengungkapan fakta itu menunjukkan seolah-oleh gerakan salafiyah bentukan orang kafir. Ini merupakan pengkaburan pemahaman."

Kalau memang benar fakta, bukti, sejarah dan dasar hukum tentang Perjanjian Qatif 26 Desember 1915, kenapa saudara Safwan dan kaum wahhabi atau salafi Saudi menutup-nutupinya, dengan alasan itu Perjanjian Qatif merupakan "pengkaburan pemahaman". Dan karena alasan "tidak tahu kondisi dan konteks sosial yang sebenarnya pada waktu qatif treaty dibuat.".

Saudara Safwan, itu alasan saudara adalah alasan yang sangat lemah. Mengapa ? Karena fakta, bukti, sejarah dan dasar hukum Perjanjian Qatif 26 Desember 1915 adalah sangat jelas, terang dan benar yang ditandatangani oleh Abdul Aziz bin Abdul Rahman bin Faisal Al Saud, pendiri Kerajaan Ibnu Saud atau Kerajaan Saudi Arabia.

Kemudian, saudara Safwan menghubungkan pengungkapan fakta, bukti, sejarah dan dasar hukum Perjanjian Qatif 26 Desember 1915 dengan fakta, bukti, dan sejarah terjadinya perang jamal atau perang onta.

Nah, disini makin lemah saja, itu pertahanan benteng saudara Safwan beserta kaum wahhabi atau salafi Saudi ini. Mengapa ?

Karena, kalau kita gali, terjadinya perang jamal atau perang onta, adalah disebabkan setelah terbunuhnya Khalifah ketiga Utsman bin Affan, dan dilaksanakan musyawarah untuk mengangkat dan menentukan Khalifah pengganti Khalifah Utsman bin Affan. Dalam musyawarah itu akhirnya para sahabat sepakat mengangakat Ali bin Abi Thalib.

Nah, pengangakatan Ali bin Abi Thalib menjadi Khalifah ini menimbulkan reaksi keras dari Gubernur-Gubernur daerah yang tidak menerima kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, dimana mereka menuduh Ali bin Abi Thalib sebagai orang dibelakang pembunuhan atas Khalifah Utsman bin Affan. Gubernur yang menentang ini adalah Mu'awiyah, dari Syam, Amr bin Ash dari Mesir, Thalhah dan Zubair bin Awwam dari Mekah. Kemudian, mereka ini bersatu, bahkan meminta kepada Siti 'Aisyah untuk bersama-sama menentang Ali bin Abi Thalib, sehingga pemimpin di Madinah berusaha memikirkan bagaimana untuk memadamkan pemberontak dari pihak Mu'awiyah, Amr bin Ash dari Mesir, Thalhah dan Zubair bin Awwam terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib. Akhirnya perang pecah dipimpin oleh Siti 'Aisyah yang mengendarai onta. Tetapi, perang jamal atau perang onta ini, pihak Khalifah Ali bin Abi Thalib bisa menguasai medan perang, dan pihak Mu'awiyah cs bisa dikalahkan, dan Siti 'Aisyah dipulangkan dengan hormat ke Mekkah.

Sekarang, kalau kita melihat akar utama penyebab timbulnya perang jamal atau perang onta ini adalah disebabkan karena masalah politik dan kekuasaan Khalifah, yaitu adanya sikap ketidak setujuan dari pihak Gubernur Syam Mu'awiyah, Gubernur Mesir Amr bin Ash dari Mesir, Thalhah dan Zubair bin Awwam dari Mekah.

Jadi, akar utama perang jamal atau onta ini, bukan masalah adanya perbedaan tauhid dan aqidah. Melainkan masalah politik dan jabatan Khalifah. Karena itu sebenarnya, dari pihak muslim, terutama dari pihak kaum wahhabi atau salafi Saudi, jangan menutup-nutupi fakta, bukti, sejarah tentang perang jamal atau onta ini. Mengapa ? Karena kalau dijelaskan kepada umat Islam akar utama penyebab timbulnya perang jamal atau onta ini, maka kaum muslimin akan mengetahuinya bahwa itu karena masalah politik dan jabatan khalifah saja. Yang sebenarnya bisa diatasi dengan jalan jalur perdamaian melalui perundingan. Bukan dengan cara militer seperti perang.

Karena perbedaan politik dan kepemimpinan, itu akan terjadi pada setiap individu, apakah itu muslim atau non muslim. Jadi, bukan alasan, dengan membuka fakta, bukti, sejarah perang jamal atau onta ini bisa "menimbulkan keragu-raguan dan kebingungan umat dan memalingkannya dari kebenaran."

Justru, dengan dibuka fakta, bukti, sejarah tentang perang jamal atau onta ini akan terbukti bahwa sebenarnya itu bukan karena masalah perbedaan ketauhidan dan aqidah Islam yang menyebabkan perang antara pihak Mu'awiyah cs dengan pihak Khalifah Ali bin Abi Thalib, melainkan hanyalah masalah politik dan kepemimpinan atau kekhalifahan saja, yang pada prinsipnya bisa diselesaikan dengan cara damai, bukan dengan mengadu pedang.

Jadi, saudara Safwan, coba saudara dan kaum wahhabi atau salafi Saudi ini perlu membuka mata dan hati lebih lebar lagi. Jangan hanya menutup-nutupi masalah fakta, bukti, sejarah dan dasar hukum yang jelas dan benar, hanya dengan alasan jangan "menimbulkan keragu-raguan dan kebingungan umat dan memalingkannya dari kebenaran." Itu alasan yang paling lemah.

Kemudian saudara Safwan, menghubungkan juga dengan masalah konflik Acheh. Dimana saudara Safwan menyatakan: "Begitu juga pengungkapan fakta tentang sejarah Aceh kalau memang itu akan menimbulkan pemberontakan, kekacuan dan peperangan mengapa harus dilakukan. Lebih baik kita membenahi apa yang sudah ada, melihat ke depan dan melupakan masa lalu. Membangunan NKRI termsuk NAD di dalamnya sehingga dakwah islamiyah akan bisa berjalan dengan baik dengan satu cita-cita luhur menerapkan syariat didalamya."

Nah, disinilah makin kelihatan itu saudara Safwan memang makin buta saja. Dan tentu saja makin diperalat oleh pihak penjajah RI dan TNI-nya. Mengapa ?

Karena, bagaimana bisa itu konflik Acheh yang sudah berlangsung lebih dari setengah abad ini bisa diselesaikan, kalau akar utama penyebab timbulnya konflik Acheh terus saja ditutup-tutupi oleh pihak RI termasuk oleh saudara Safwan dan kaum wahhabi atau salafi Saudi ini.

Kalau saudara Safwan ingin menyelesaikan konflik Acheh, itu harus digali akar utama penyebab timbulnya konflik Acheh. Dimana akar utama timbulnya konflik Acheh adalah karena pihak Soekarno dengan RIS dan RI-nya menelan, mencaplok Negeri Acheh memakai kertas secewir yang berisikan PP RIS No.21/1950 dan Perppu No.5/1950 made in Soekarno yang sepihak.

Apakah dengan dibukakan fakta, bukti, sejarah dan dasar hukum tentang timbulnya konflik Acheh ini merupakan suatu fitnah dan menimbulkan pemberontakan ?

Jelas jawabannya adalah, yang mengawali timbulnya konflik Acheh adalah karena pihak Soekarno dengan RIS dan RI-nya menelan, mencaplok, menduduki dan menjajah Acheh. Yang mengatakan pemberontak kepada pihak rakyat muslim Acheh adalah pihak RI dibawah Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono.

Jadi, kalau saudara Safwan menutupi fakta, bukti, sejarah dan dasar hukum tentang penelanan dan pencaplokan Acheh oleh Soekarno dengan RIS dan RI-nya, itu sama saja dengan melanggengkan penjajahan RI di Negeri Acheh. Dan tentu saja, saudara Safwan asdalah salah seorang yang terus menghembus-hembuskan penjajahan RI di Acheh dengan TNI-nya yang terus membunuh rakyat muslim Acheh.

Nah, jalan keluarnya adalah melakukan dialog atau perundingan dan menyerahkan semuanya kepada seluruh rakyat Acheh untuk menentukan sikap apakah ingin merdeka atau tetap bersama Susilo Bambang Yudhoyono.

Kemudian, itu soal dakhwah saudara Safwan dan kaum wahhabi atau salafi Saudi yang memakai alasan "Membangun NKRI termasuk NAD di dalamnya sehingga dakwah islamiyah akan bisa berjalan dengan baik dengan satu cita-cita luhur menerapkan syariat didalamya"

Saudara Safwan jangan mimpi. Apakah saudara tidak melihat itu sumber hukum yang diacu oleh NKRI ? Dan apakah saudara Safwan sudah membaca itu isi UU No.18/2001 ? Coba baca dulu itu semua, baru cerita mengenai penerapan syariat Islam di NKRI. Jangan hanya melantur tanpa didasari oleh dasar pemikiran yang jelas dan terang yang ditunjang oleh fakta, bukti, sejarah dan dasar hukum.

Kemudian, kalau Ahmad Sudirman memakai referensi dan isinya dianggap oleh saudara Safwan "sangat tidak objektif dan apriori trhdp salafiyah", maka cobalah bantah dan kemukakan versi dari kaum wahhabi atau salafi tentang kronologis sejarah jalur pertumbuhan dan perkembangan Kerajaan Ibnu Saud atau Kerajaan Saudi dihubungkan dengan Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Amir Muhammad bin Saud dari Dar'iyah, barisan muwahhidin atau ikhwan dengan gerakan wahhabiyah atau salafiyyahnya, dan kerajaan Inggris.

Silahkan saudara Safwan tampilkan fakta, bukti, sejarah dan dasar hukumnya di mimbar bebbas ini. Kemudian kita akan bahas secara bersama-sama, agar supaya umat Islam bisa mengetahui dan mengambil kesimpulannya.

Ahmad Sudirman menunggu jawab saudara Safwan ini.

Selanjutnya, saudara Safwan tidak menjawab pertanyaan Ahmad Sudirman atas apa yang telah dilambungkan oleh saudara Safwan dalam tulisan sebelum ini, yaitu: "apakah itu Khalifah Al-Mustansir, Khalifah Al-Hakim I , dan Khalifah Al-Mustakfi I dari Khilafah Islamiyah Abbasiyah yang berpusat di Kairo, Mesir dianggap sebagai penjajah kafir oleh saudara Safwan ? Dinama letak dan salahnya bahwa itu Khalifah Al-Mustansir, Khalifah Al-Hakim I , dan Khalifah Al-Mustakfi I dari Khilafah Islamiyah Abbasiyah yang berpusat di Kairo, Mesir dianggap sebagai penjajah kafir ? " (Ahmad Sudirman, 15 Maret 2005)

Karena yang dijawab oleh saudara Safwan adalah berbunyi: "Sdr Ahmad sudirman hendaknya jangan membaca sejarah sepotong2. jihad Ibnu Taimiyah melawan dan mengusir penjajah kafir yg saya maksudkan adalah PENJAJAH INGGRIS yang waktu itu menduduki sebagian timur tengah (tempat beliau), bukan Khalifah Al-Mustansir, Khalifah Al-Hakim I , dan khalifah Al-Mustakfi I dari Khilafah Islamiyah Abbasiyah (mereka2 adalah pemimpin2 muslim)."

Nah, inilah jawaban yang benar-benar kosong dan lemah. Mengapa ? Karena ketika Ibnu Taimiyah masih hidup itu pada masa kekuasaan Khilafah Islamiyah dari Abbasiyah yang berkedudukan di Kairo, Mesir, dibawah Khalifah Al-Mustansir 1261 M, Al-Hakim I 1262 M -1302 M , Al-Mustakfi I 1302 M -1340 M.

Nah, pada waktu itu Kerajaan Inggris belum menginjakkan kakinya di wilayah timur tengah atau termasuk di Mesir dan Syria. Kerajaan Inggris baru menginjakkan kakinya di Timur Tengah ketika meletus Perang Dunia I dan Perang Dunia II.

Jadi, adalah sangat salah sekali kalau itu saudara Safwan mengatakan: "jihad Ibnu Taimiyah melawan dan mengusir penjajah kafir yg saya maksudkan adalah PENJAJAH INGGRIS yang waktu itu menduduki sebagian timur tengah (tempat beliau)"

Mana itu fakta, bukti dan sejarahnya yang mengatakan bahwa Kerajaan Inggris menjajah sebagian wilayah Timur Tengah, seperti Mesir antara tahun 1261 M - 1340 M ?

Jadi, saudara Safwan, kalau menulis di mimbar bebas ini jangan hanya asal menulis.

Kemudian, itu menyinggung perbedaan paham antara Ibnu Taimiyah dengan pihak Khalifah Abbasiyah di Kairo, Mesir dan juga Penguasa di Syria atau Syam, tentang masalah tauhid, tasawwuf Ittihadiyah yang menyatakan bahawa Allah boleh hulul dalam tubuh makhluk, berziarah ke Masjid diatas kuburan keramat, memberantas syirik, bid'ah.

Masalahnya pada waktu itu kekuasaan Khilafah dan pengaruh Khalifah yang dominan dalam masyarakat di Mesir dan Syria, sehingga kalau ada yang menyimpang dalam pemahamannya, bisa dimasukkan kedalam penjara, seperti yang menimpa kepada Ibnu Taimiyah ini.

Jadi, kalau itu Ibnu Taimiyah ditangkap dan dimasukkan kedalam penjara dengan alasan mempertahankan paham tentang Tauhid, melarang melakukan bid'ah, syirik dan khurafat yang dianggap oleh pihak Khalifah bertentangan dengan kebijaksanaan politik dan paham Khalifah, tidak berarti pihak Khalifah dalam Khilafah Islamiyah Abbasiyah digolongkan kedalam penjajah kafir.

Celakanya, itu saudara Safwan, merobah pernyataannya penjajah kafir diarahkan kepada Kerajaan Inggris yang menjajah di Mesir dan Syria. Padahal pada waktu itu Kerajaan Inggris belum kelihatan kakinyapun di Timur Tengah.

Kemudian, ketika Ahmad Sudirman mengatakan: "Cukup dengan memberikan penerangan dan dakhwah-dakhwah tentang pelurusan dan pemurnian tauhid, dan penghancuran kuburan-kuburan dan semua bid'ah serta khurafat lainnya, tidak perlu harus merebut dan menguasai wilayah yang ada dibawah kekuasaan Khilafah Islamiyah Utsmaniyah untuk dijadikan sebagai wilayah Kerajaan Ibnu Saud atau Kerajaan Saudi Arabia." (Ahmad Sudirman, 15 Maret 2005)

Lalu saudara Safwan membantah: "Khilafah Utsamni yg membiarkan terjadinya kesyirikan dan kemunkaran di wilayah tanah suci sudah tidak bisa ditolerir. Pengambilan kekuasaan merupakan jalan terakhir. Sebelumnya Syeikh Muhammad Bin Abdul Wahab telah melakukan dakwah dengan lisan dan tulisan kepada masyarakat secara maksimal, berikirim surat kepada para ulama dan penguasa di dalam dan luar najd. Tapi dakwah beliau tidak digubris. Sampai beliau diusir dan dikucilkan. Dakwah dgn lisan dan pena tidak mempan, maka jalan terakhir adalah dengan tangan, pedang, jihad - kekuasaan. Kekuasaaan semata-mata seagai media dakwah tauhid ini, bukan tujuan."

Jelas, saudara Safwan, walaupun itu Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab telah melakukan dakhwah melalui cara surat menyurat dengan para ulama yang ada diluar Najd, tetapi itu tidak berarti kalau ada ulama yang tidak setuju kepada pendapat Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab, lalu daerah ulama itu akan diserang dan didudukinya.

Kemudian, itu Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab diusir dan meninggalkan Haryamla pindah ke Uyainah. Dan dari Uyainah diusir pindah ke Dar'iyah, bertemu dengan Amir Muhammad bin Saud, yang seterusnya bergabung membangun Dar'iyah dan menyebarkan pemikirannya keluar wilayah Dar'iyah. Apalagi setelah daerah Najd dikuasi oleh Amir Muhammad bin Saud, dakhwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab makin laju.

Nah, dengan adanya pengusiran terhadap Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab tidak menjadi sebab dan alasan untuk menguasai wilayah Hejaz (Mekkah, Madinah, Jeddah)

Seterusnya kalau itu pihak Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab bersama Amir Muhammad bin Saud angkat pedang menuju wilayah diluar Dar'iyah dan Najd, itu namanya bukan berdakhwah lagi melainkan mendeklarkan perang dimana kalau yang dianggap musuh kalah, wilayahnya bisa diduduki dan dijajah, kemudian dijadikan sebagai wilayah kekuasaan Amir Muhammad bin Saud. Itu sama saja dengan Soerkarno mencaplok Acheh, bedanya Soekarno mencaplok Acheh memakai secarik kertas PP RIS No.21/1950 dan Perpu No.5/1950, sedangkan pihak Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan Amir Muhammad bin Saud memakai pedang bersama Barisan muwahhidin atau ikhwan dengan gerakan wahhabiyah atau salafiyyahnya untuk menduduki Hejaz (Mekkah, Madinah, Jeddah).

Seterusnya, itu soal sikap ulama kaum wahhabi atau salafi Saudi yang menentang kehadiran pasukan Amerika di Saudi Arabia khususnya di Riyadh, dan bantuan pasukan Amerika dibawah George Bush Senior ketika menghadapi Saddam Hussein, mana itu kedengaran fatwa penentangan dari para ulama kaum wahhabi atau salafi Saudi Arabia. Coba tunjukkan oleh saudara Safwan Hamid di mimbar bebas ini apakah ada fatwa ulama kaum wahhabi atau salafi Saudi yang menentang dan tidak setuju dengan pihak Raja Fahd bin Abdul Aziz atau Putra Mahkota Abdullah bin Abdul Aziz al Saud yang meminta bantuan kepada Amerika untuk ditolong dalam pembebasan Kuwait ?.

Saudara Safwan, itu Raja Fahd bin Abdul Aziz atau Putra Mahkota Abdullah bin Abdul Aziz al Saud telah ditarik hidungnya oleh George W. Bush, terutama dalam masalah pertahanan Saudi Arabia. Adakah itu pihak ulama wahhabi atau salafi Saudi yang menentang kebijaksanaan politik dan pemerintahan Raja Fahd bin Abdul Aziz atau Putra Mahkota Abdullah bin Abdul Aziz al Saud dalam hal pertahanan Saudi hubungannya dengan Amerika ?

Mana ada, saudara Safwan, kalaupun ada ulama yang menentang kebijaksanaan politik dan pemerintahan Raja Fahd bin Abdul Aziz atau Putra Mahkota Abdullah bin Abdul Aziz al Saud adalah itu terhadap musuh-musuh-nya Raja Fahd bin Abdul Aziz atau Putra Mahkota Abdullah bin Abdul Aziz al Saud, seperti Osama Bin Laden, yang diangap teroris oleh pihak Pemerintah Amerika dan oleh pihak Kerajaan Saudi Arabia.

Jadi, saudara Safwan, itu hanya mimpi kalau ada ulama kaum wahhabi atau salafi saudi yang mengeluarkan fatwa menentang kebijaksanaan politik dan pemerintahan Raja Fahd bin Abdul Aziz atau Putra Mahkota Abdullah bin Abdul Aziz al Saud dalam hal pertahanan Saudi hubungannya dengan Amerika.

Terakhir saudara Safwan menyatakan: "Sdr ahmad Sudirman, yang anda anggap sebagi kesyirikan/thagut hanya orang yang berhukum selain hukum islam (tauhid hakimiyah). Bahwa pancasila adalah thagut. Salafy juga tidak mengingkari hal itu. Tapi apakah anda tidak menganggap syirik orang yang menyembah dan beribadat selain kepada Allah, kepada kuburan, dan dan benda2 yang dikeramatkan ? Itu merupakan syirkul asghar yg harus lebih dahulu diberantas (sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Sedangkan negara islam dan penerapan hukum islam merupakan hasil dari dakwah kepada tauhid. Hal ini akan tercapai kalau fondasinya (akidah) sudah kuat. Bagaimana pertolongan dan kemenangan akan didapatkan kalau masih banyak orang yang menyembah kepada selain Allah."

Nah, kalau saudara Safwan dan kaum wahhabi atau salafi Saudi tidak mengingkari bahwa itu pancasila merupakan thagut, dan untuk sementara ini mengarahkan dakhwahnya kearah penghancuran syirik seperti menyembah dan beribadat kepada selain Allah, kepada kuburan, dan dan benda2 yang dikeramatkan. Itu memang bagus. Karena dari sejak tampilnya Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah memang untuk pelurusan dan pemurnian tauhid ini.

Sekarang, coba itu berantas kelakuan musyrik orang-orang di keraton Solo, Keraton Yogya dan keraton-keraton Jawa lainnya yang masih mengkeramatkan keris-keris model keris mpu Gandring. Dan itu berantas orang-orang, seperti Abdurrahman Wahid dan Megawati yang sekali-kali melakukan jiarah ke kuburan Soekarno meminta-minta selamat agar dimenangkan dalam pemilihan umum presiden.

Jadi, jangan hanya cerita pelurusan dan pemurnian tauhid saja, itu cerita dakhwah itu sudah berlangsung lebih dari 300 tahun yang lalu dari sejak Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab tampil di gelanggang Haryamla, Uyainah, Dar'iyah, Najd, dan Hejaz.

Dan itu soal Negara Islam adalah bukan tujuan, melainkan alat, dimana Negara Islam adalah sebagai tempat memberikan perlindungan kepada kaum muslimin, sebagai tempat untuk mengaplikasikan hukum-hukum Islam, sebagai alat untuk menyebarkan risalah Islam keseluruh penjuru dunia, sebagai benteng pertahanan bagi ummat Islam dari ancaman dan serangan dari pihak luar, dan sebagai tempat untuk beribadah dan untuk mendapat ridha Allah SWT.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
www.ahmad-sudirman.com
ahmad@dataphone.se
---------

Date: Tue, 15 Mar 2005 19:47:03 -0800 (PST)
From: Safoan A Hamid owan02@yahoo.com
Subject: Re: SAFWAN, ITU KAUM WAHHABI ATAU SALAFI SAUDI & INDONESIA HARUS INTROSPEKSI
To: Ahmad Sudirman <ahmad@dataphone.se>, Al Chaidar <alchaidar@yahoo.com>, titinpatrick@plasa.com, mohd_alkhori@qatar.net.qa, silver_cat@plasa.com, bimo_tejokusumo@yahoo.co.uk, Enny.Martono@hm.com, tgk_maat@yahoo.co.uk, inongbale_aceh@yahoo.com, mbzr00@yahoo.com, webmaster@detik.com, redaksi@gatra.com, surat@gatra.com, yuhe1st@yahoo.com, newsletter@waspada.co.id, waspada@waspada.co.id, suparmo@tjp.toshiba.co.jp, solopos@bumi.net.id
Cc: mohd_alkhori@qatar.net.qa, owan02@yahoo.com

Baiklah sdr Ahmad Sudirman

kalau ada orang yang melakukan penulisan tentang pelurusan dan pengkoreksian kaum wahhabi atau salafi, itu harus dijadikan sebagai alat pengkoreksian diri.

1. Kaum salafiyah tetap akan lapang dada asal kritik yg sifatnya meluruskan, bukan bersifat fitnah. Perlu sdr pahami bahwa menyebarkan fakta yg benarpun kalau memang akibatnya lebih buruk, itu merupakan bagian dari FITNAH. pengungkapan fakta ttg qatif treaty bisa
menimbulkan kebingungan dan keraguan di kalangan kaum salafiyah terutama bagi pemula. krn pengungkapan fakta itu menunjukkan seolah-oleh gerakan salafiyah bentukan orang kafir. ini merupakan pengkaburan pemahaman. padahal kita tidak tahu kondisi dan konteks sosial yg sebenarnya pada waktu qatif treaty dibuat. Hal ini sejalan dgn tidak bolehnya membesar-besarkan konflik antara para sahabat pada waktu terjadinya perang jamal dan perang sipin, diantaranya antara Ali bin Abi Thalib dan Siti Aisyah. Karena membesar-besarkan fakta itu mudharatnya lebih besar dari mamfaatnya. Karena itu bisa menimbulkan keragu-raguan dan kebingungan umat dan memalingkannya dari kebenaran. Apa yg sdr lakukan justru akan memalingkan orang dari dakwah salafiyah, menghalangi dakwah kepada tauhid. Begitu juga pengungkapan fakta ttg sejarah Aceh kalau memang itu akan menimbulkan pemberontakan, kekacuan dan peperangan mengapa harus dilakukan. lebih baik kita membenahi apa yg sudah ada, melihat ke depan dan melupakan masa lalu. Membangunan NKRI termsuk NAD di dalamnya sehingga dakwah islamiyah akan bisa berjalan dengan baik dengan satu cita-cita luhur menerapkan syariat didalamya.

"islamicweb.com/beliefs/creed/wahhab.htm .Wikipedia thefree encyclopedia, en.wikipedia.org/wiki/House_of_Saud , en.wikipedia.org/wiki/Wahhabism , en.wikipedia.org/wiki/Muhammad_ibn_Abd_al_Wahhab , en.wikipedia.org/wiki/Saudi_Arabia . Britannica Concise Encyclopedia, concise.britannica.com/ebc/article?tocId=9382215 , The 1911 edition Encyclopedia, www.1911encyclopedia.org/W/WA/WAHHABIS.htm , GolabalSecurity.org , www.globalsecurity.org/military/world/gulf/wahhabi.htm " (Ahmad Sudirman, 15 Maret 2005)

2. Sdr Ahmad Sudirman, kalau sdr mengetik kata WAHABI dalam search engine di internet, maka saudara akan menemukan situs-situs yg sangat tidak objektif dan apriori trhdp salafiyah -- seperti situs syiah. dsb. hal itu karena penamaan WAHABI itu dilakukan oleh mereka yg memusuhi dakwah salafiyah termasuk penjajah inggris. kaum salafiyah tdk pernah mau disebut kaum wahabi -- tapi salafy. kaum orientalis kristen, dulu dan sekarang melakukan segala cara untuk membuat sejarah hitam ttg islam sehingga menimbulkan keraguan umat islam. para orientalis juga sekarang berusaha mensekulerkan lembaga2 pendidikan islam terutama IAIN, mendirikan JIL (jaringan islam liberal). Tokoh2 sekuler itu belajar dari para orientalis kristen dan salah satu yg paling mereka tanamkan adalah kebencian kepada apa yg mereka sebuat kaum wahabi sebagai akar serabut tumbuhnya fundamentalis dan penafsiran agama yg rigid.

"Kemudian, apakah itu Khalifah Al-Mustansir, Khalifah Al-Hakim I , dan Khalifah Al-Mustakfi I dari Khilafah Islamiyah Abbasiyah yang berpusat Di Kairo, Mesir dianggap sebagai penjajah kafir oleh saudara Safwan ? Dinama letak dan salahnya bahwa itu Khalifah Al-Mustansir, Khalifah Al-Hakim I , dan Khalifah Al-Mustakfi I dari Khilafah Islamiyah Abbasiyah yang berpusat di Kairo, Mesir dianggap sebagai penjajah kafir ? Coba saudara Safwan buktikan di mimbar bebas ini. Ahmad Sudirman Menunggu jawaban saudara Safwan. Ini adalah merupakan fitnah yang besar terhadap Khilafah Islamiyah yang
dilontarkan oleh saudara Safwan." (Ahmad Sudirman, 15 Maret 2005)

3. Sdr Ahmad sudirman hendaknya jangan membaca sejarah sepotong2. jihad Ibnu Taimiyah melawan dan mengusir penjajah kafir yg saya maksudkan adalah PENJAJAH INGGRIS yang waktu itu menduduki sebagian timur tengah (tempat beliau), bukan Khalifah Al-Mustansir, Khalifah Al-Hakim I , dan khalifah Al-Mustakfi I dari Khilafah Islamiyah Abbasiyah (mereka2 adalah pemimpin2 muslim). Jangan hanya memunculkan sejarah yg memojokkan ibnu taimiyah beliau keluar masuk penjara yang menimbulkan kesan bagi orang awam bahw beliau adalah seorang kriminal dan sesat aqidahnya, sedangkan jihad beliau mengangkat senjata melawan penjajah inggris tdk dimuculkan atau sdr memang tidak tahu karena hanya membaca referensi mereka yg apriori atau para orientalis. Perlu diketahui - ini bukan dari referensi kafir - ibnu taimiyah masuk penjara karena tidak mau mencabut pendapatnya menyangkut akidah yang tidak sejalan dengan aliran resmi khalifah masa itu. Beliau menentang ajaran sesatnya tokoh sufi Ibnu Arabi WIHDATUL WUJUd, menyatunya khalik dengan makhluk. Beliau dipersilahkan keluar dari penjara asal mencabut pendapatnya tsb. Tapi beliau lebih baik memilih penjara demi mempertahankan AQIDAH YANG HAQ. Hal seperti ini juga dialami oleh ulama2 salaf terdahulu seperti Imam Ahmad, Syafii, Hanafi dan Maliki.

"Cukup dengan memberikan penerangan dan dakhwah-dakhwah tentang pelurusan dan
pemurnian tauhid, dan penghancuran kuburan-kuburan dan semua bid'ah serta khurafat lainnya, tidak perlu harus merebut dan menguasai wilayah yang ada dibawah kekuasaan Khilafah Islamiyah Utsmaniyah untuk dijadikan sebagai wilayah Kerajaan Ibnu Saud atau Kerajaan Saudi Arabia." (Ahmad Sudirman, 15 Maret 2005)

4. Khilafah Utsamni yg membiarkan terjadinya kesyirikan dan kemunkaran di wilayah tanah suci sudah tidak bisa ditolerir. Pengambilan kekuasaan merupakan jalan terakhir. Sebelumnya Syeikh Muhammad Bin Abdul Wahab telah melakukan dakwah dengan lisan dan tulisan kepada masyarakat secara maksimal, berikirim surat kepada para ulama dan penguasa di dalam dan luar najd. Tapi dakwah beliau tidak digubris. Sampai beliau diusir dan dikucilkan. Dakwah dgn lisan dan pena tidak mempan, maka jalan terakhir adalah dengan tangan, pedang, jihad - kekuasaan. Kekuasaaan semata-mata seagai media dakwah tauhid ini, bukan tujuan.

"Inilah akibat dari menggantungkan diri seratus persen kepada kekuatan George W Bush Senior dan Yunior dalam pertahanan Kerajaan Ibnu Saud atau Kerajaan Saudi Arabia. Apakah ada kritik dan protes dari ulama keturunan Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan atau ulama salafai atau wahhabi Saudi lainnya yang ada di Saudi dan diluar Saudi seperti di Indonesia ?" (Ahmad Sudirman, 15 Maret 2005)

5. Coba saudara lebih lengkap membaca fatwa-fatwa ulama saudi, sdr akan mendapatkan penentangan yg dahsyat terhadap Amerika dan musuh islam lainnya termasuk israel, tapi mereka bukanlah pengambil keputusan. Jangan membaca seopotng-sepotong.

"Ahmad Sudirman belum pernah mendengar suara dari kaum wahhabi atau salafi yang ada di Indonesia yeng menyuarakan baik dalam situs salafi atau wahhabi yang memberantas khurafat, bid'ah dan syirik yang diakibatkan oleh adanya dasar falsafah pancasila hasil kutak-katik Soekarno." (Ahmad Sudirman, 15 Maret 2005)

6. Sdr ahmad Sudirman, yang anda anggap sebagi kesyirikan/thagut hanya orang yang berhukum selain hukum islam (tauhid hakimiyah). Bahwa pancasila adalah thagut. Salafy juga tidak mengingkari hal itu. Tapi apakah anda tidak menganggap syirik orang yang menyembah dan beribadat selain kepada Allah, kepada kuburan, dan dan benda2 yang dikeramatkan??? Itu merupakan syirkul asghar yg harus lebih dahulu diberantas (sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Sedangkan negara islam dan penerapan hukum islam merupakan hasil dari dakwah kepada tauhid. Hal ini akan tercapai kalai FONDASINYA (akidah) sudah kuat. bagaimana perotlongan dan kemenangan akan didapatkan kalau masih banyak orang yang menyembah kepada selain Allah.

Safwan Hamid

owan02@yahoo.com
Nusa Tenggara Barat
----------