Stockholm, 17 Juni 2005
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
MUBA DIJON COBA TERUS PERTAHANKAN TIPU TELAN JAHAT SOEKARNO
DENGAN JURUS ”ORATOR”, AKHIRNYA HANYUT DI CILIWUNG
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.
MUBA DIJON SAMBIL CENGAR-CENGIR
TERUS MENCOBA PERTAHANKAN TIPU JAHAT TELAN 15 NEGARA + ACHEH, MALUKU SELATAN
& PAPUA BARAT MODEL SOEKARNO DENGAN JURUS ”ORATOR”
"Oh ya, Soekarno itu bukan
seorang provokator loh, tapi dia seorang orator ulung! Dunia mengakuinya itu. Dia senantiasa mendengar rakyatnya dan menyerahkan banyak
hal kepada rakyat. Ketika Jenderal Soedirman protes tentang Renville dan
mengajukan pengunduran dirinya sebagai Panglima Besar, Soekarno berkata kepada
Jenderal Soedirman dalam bahasa yang sangat mesra (kamu pernah dengar kata
"mesra"? Aku hawatir kamu sudah tidak punya hati...): "Dimas,
kalau begitu keinginan Dimas, baiklah, tapi saya lebih dahulu akan mengundurkan
diri dari jabatan Presiden". Tentu saja Jenderal Soedirman tidak berani
melanjutkan niatnya mengundurkan diri karena rakyat Indonesia dari Sabang sampai
Merauke masih memerlukan Soekarno.” (Muba Zir , mbzr00@yahoo.com , Thu, 16 Jun
2005 14:49:51 -0700 (PDT))
Muba
di Dijon, Bourgogne, Perancis.
Makin
kelihatan dengan jelas dan gamblang orang seperti Muba Dijon dan sebangsanya
yang otaknya hanya diisi oleh sejarah yang penuh dengan tipu daya dan akal
bulus yang dilambungkan Soekarno dengan RI-Jawa-Yogya-nya, yang memakai
berbagai payung rombeng hukum buatannya sendiri untuk dijadikan selimut
pembungkus kejahatannya. Sehingga akhirnya ketika mencoba untuk menampilkan
argumentasi yang didasarkan pada fakta, bukti, sejarah dan dasar hukum,
kelabakan, pusing tujuh keliling, dan putar-putar tidak tentu ujung pangkalnya.
Akhirnya hanya sanggup memberikan jawaban dengan: “Oh ya, Soekarno itu bukan
seorang provokator loh, tapi dia seorang orator ulung!”
Nah
rupanya, itu Muba Dijon menemukan satu jurus hasil penemuan dari pinggir
Ciliwung dari kumpulan cerita mitos-mitos model Soekarno budek, yaitu jurus
yang bernama “orator ulung”.
Muba
Dijon, sampai kapanpun kalian tidak akan sanggup mempertahankan argumentasi
kalian untuk membenarkan secara fakta, bukti, sejarah dan dasar hukum tentang
bagaimana akal bulus, tipu daya, dan cara licik yang dilakukan Soekarno untuk
menjalankan politik ekspansi RI-Jawa-Yogya-nya dengan melalui jalur batu-batu
loncatan dalam RIS untuk meluaskan wilayah RI-Jawa-Yogya keluar dari wilayah
de-facto dan de-jure-nya sampai Negeri Acheh, Maluku Selatan dan Papua Barat
disapu dan dilalapnya hanya sekedar untuk menjalankan politik ekspansi RI-Jawa-Yogya-nya,
yang ternyata sampai detik ini menjadi bumerang bagi rakyat di Acheh, Maluku
Selatan, Papua Barat dan orang-orang yang ada di RI.
Nah
celakanya, itu Muba Dijon, dalam usaha untuk mempertahankan kejahatan Soekarno
penipu licik ini, ternyata hanya ditunjang oleh ilmu sejarah yang telah
disebarluaskan oleh para penerus Soekarno yang isinya jauh dari kenyataan dan
fakta, bukti, sejarah dan dasar hukum yang benar yang bisa dijadikan pegangan
untuk diterima oleh seluruh rakyat yang ada di Negara-Negara dan Daerah-Daerah
yang telah ditelannya termasuk di Acheh, Maluku Selatan dan Papua Barat.
Coba
saja perhatikan dan telaah dengan cermat apa yang dikatakan Muba Dijon: ”Ketika
Jenderal Soedirman protes tentang Renville dan mengajukan pengunduran dirinya
sebagai Panglima Besar, Soekarno berkata kepada Jenderal Soedirman dalam bahasa
yang sangat mesra (kamu pernah dengar kata "mesra"? Aku hawatir kamu sudah tidak punya hati...): "Dimas,
kalau begitu keinginan Dimas, baiklah, tapi saya lebih dahulu akan mengundurkan
diri dari jabatan Presiden". Tentu saja Jenderal Soedirman tidak berani
melanjutkan niatnya mengundurkan diri karena rakyat Indonesia dari Sabang
sampai Merauke masih memerlukan Soekarno.”
Nah, mari kita lihat lebih dalam,
apa yang dijadikan argumentasi oleh Muba Dijon untuk mempertahankan Soekarno
penipu licik Jawa ini: ”Dimas, kalau begitu keinginan Dimas, baiklah, tapi saya
lebih dahulu akan mengundurkan diri dari jabatan Presiden”
Memang, itu Jenderal Soedirman
sebagai yang mengetahui strategi perang dilapangan tahu persis bahwa dengan
hanya memiliki wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, itu yang namanya
RI-Jawa-Yogya tidak akan mampu menghadapi Negara-Negara lainnya di luar
RI-Jawa-Yogya. Dan memang benar, ketika pasukan Bell menghantam Yogyakarta 19
Desember 1948, itu TNI dibawah Jenderal Soedirman mati kutu, harus meninggalkan
Yogyakarta, masuk hutan.
Nah, Soekarno memberikan jawaban
kepada Jenderal Soedirman adalah jawaban politis yang tidak bisa dicerna oleh
Jenderal Soedirman yang hanya bisa melihat dan memikirkan strategi perang di
lapangan.
Tetapi kenyataannya, itu yang
namanya Soekarno, telah menjadikan RI-Jawa-Yogya sebagai alat untuk memperluas
wilayah teritorialnya dengan jalan memakai jalur RIS dan menghancurkan RIS,
lalu dileburkan dan ditelan masuk kedalam mulut RI-Jawa-Yogya.
Nah, cara taktik tipu licik
Soekarno inilah yang tidak ada dalam otak Jenderal Soedirman.
Selanjutnya menyinggung peristiwa
Madiun. Itu Muba Dijon menyatakan: ”Begitu juga menjelang pecah peristiwa Madiun,
Bung Karno menyerahkan nasib bangsa kepada rakyat. Dalam pidatonya Bung Karno
berkata: "Kalian pilih siapa, Soekarno-Hatta atau Muso-Amir?". Dan tentu saja rakyat memilih
Soekarno-Hatta.”
Disini
itu Muba Dijon mencoba untuk menjadikan Soekarno penipu licik sebagai orang
yang dipilih dan didukung penuh rakyat.
Coba
kita teliti lebih cermat apa yang dinyatakan Muba Dijon diatas itu. Ternyata
kalau diteliti lebih dalam, maka akan kelihatan apa yang ada dibalik peristiwa
Madiun itu.
Itu
Amir Sjarifuddin adalah mantan Perdana Menteri RI-Jawa-Yogya dalam Kabinet Amir
Sjarifuddin yang menggantikan Kabinet Sjahrir, yang menandatangani Perjanjian
Renville 17 Januari 1948, yang diangkat dan dilantik oleh Soekarno.
Tetapi
dengan ditandatanganinya Perjanjian Renville oleh Perdana Menteri Amir
Sjarifuddin, maka jatuhlah Kabinet Amir Sjarifuddin, dan naiklah Kabinet
Mohammad Hatta.
Nah
disinilah alasan, mengapa itu Amir Sjarifuddin yang awalnya mendukung dan
sebagai kaki tangan Soekarno, akhirnya membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR)
yang anggotanya terdiri dari Partai Sosialis yaitu kelompok Amir Sjarifuddin,
Pesindo, Partai Buruh, PKI dan Sobsi.
Amir
Sjarifuddin ini didukung dan bekerja sama dengan Musso yang lama tinggal di
Moskow, yang kembali ke Jawa dan bergabung dengan Amir Sjarifuddin. Dan pada
tanggal 18 September 1948, Amir Sjarifuddin dan Musso siap menghadapi Soekarno
dengan Kabinet Muhammad Hatta dan TNI-nya.
Nah
disini Muba Dijon menempatkan dirinya bukan ditengah, melainkan dipihak
Soekarno. Jadi wajar saja kalau itu Muba mempropagandakan: ”Kalian pilih siapa,
Soekarno-Hatta atau Muso-Amir?". Dan tentu saja rakyat memilih
Soekarno-Hatta.”
Persis
seperti seorang juru kampanye Soekarno-Hatta dalam pemilihan umum untuk menarik
suara rakyat.
Jadi, Muba itu alasan kalian
adalah alasan gombal, yang hanya menjadikan sentimen dan perpecahan politik
saja. Itu Amir Sjarifuddin yang asalnya seperjuangan dengan Soekarno, diangkat
dan dilantik menjadi Perdana Menteri, tetapi dengan ditandatanganinya Perjanjian
Renville, jatuhlah Kabinet Amir Sjarifuddin.
Sekarang yang jadi pertanyaan,
mengapa Soekarno tidak mundur , sebagaimana yang dimintakan oleh Jenderal
Soedirman ?
Karena, Soekarno memang menganggap
Presiden tidak harus turun, yang harus dijatuhkan adalah kacung-kacungnya
seperti Perdana Menteri Amir Sjarifuddin yang menandatangani Pejanjian
Renville. Soekarno tidak menandatangani Perjanjian Renville. Jadi tidak perlu
turun. Itulah logika budek Soekarno penipu licik ini.
Jadi Muba Dijon, apalagi yang bisa
kalian jadikan argumentasi yang benar berdasarkan fakta, bukti, sejarah dan
dasar hukum untuk dijadikan alat pertahanan membela Soekarno penipu licik
penelan 15 Negara/Daerah Bagian RIS plus Acheh, Maluku Selatan dan Papua Barat
?.
Kalian
mati kutu Muba Dijon. Tidak ada malu, ngaku belajar di ITB atau UI, tetapi otak
keropos. Dasar budek. Buat malu ITB dan UI saja.
Seterusnya,
itu Muba mencoba untuk menggali dan memancing Ahmad Sudirman untuk memberikan
argumentasi lainnya. Dimana Muba Dijon bercuap: ”Kata kamu, Mad: "Ketika
Dewan Pemilihan Presiden RIS memilih Soekarno untuk dijadikan sebagai Presiden
RIS, itu bukan berarti bahwa RIS gandrung pada Soekarno-Hatta akan RI yang
terbentang dari Sabang sampai Merauke." Terus apa dong alasan Dewan Pemilihan
RIS memilih Soekarno? Padahal semua anggota RIS tahu Soekarno gandrung akan RI
yang terbentang dari Sabang sampai Merauke.”
Nah,
Muba Dijon, itu ketika Dewan Pemilihan Presiden RIS bekerja, adalah berdasarkan
konstitusi RIS yang telah disepakati dan ditandatangai oleh semua Negara/Daerah
Bagian RIS, termasuk oleh RI-Jawa-Yogya.
Jadi,
dengan terpilihnya Soekarno sebagai Presiden RIS itu didasarkan atas Konstitusi
RIS yang berlaku dan sah untuk dijadikan sebagai dasar berpijak berdirinya RIS.
Soekarno sebagai Presiden RIS harus tunduk dan harus menjalankan Konstitusi
RIS, bukan konstitusi atau UUD 1945-nya RI-Jawa-Yogya.
Jadi,
Dewan Pemilihan Presiden RIS memilih Soekarno sebagai Presiden RIS adalah untuk
menjalankan roda pemerintahan RIS berdasarkan Konstitusi RIS. Bukan untuk
dibubarkan dan dilebur kedalam Negara RI-Jawa-Yogya.
Tetapi,
setelah RIS diserahi dan diakui kedaulatannya oleh Belanda pada tanggal 27
Desember 1949, maka mulailah Soekarno menjalankan taktik pecah belah
Negara/Daerah Bagian RIS untuk digiring masuk kedalam sangkar RI-Jawa-Yogya.
Nah,
cara dan taktik Soekarno inilah yang merupakan taktik pengkhianatan dan
penipuan besar-besaran yang dilakukan Soekarno dari RI-Jawa-Yogya untuk
menghancurkan RIS dan satu persatu Negara/Daerah bagian RIS dimasukkan dalam
perut RI-Jawa-Yogya.
Dan
tentu saja, kejahatan Soekarno inilah yang terus dicoba oleh Muba Dijon untuk
dipertahankan. Mana kalian mampu lagi Muba Dijon untuk mencari argumentasi yang
kuat yang bisa dijadikan sebagai dasar pencucian akal bulus dan tipu licik yang
dilakukan Soekarno dengan RI-Jawa-Yogya-nya terhadap Negara/Daerah Bagian RIS,
Acheh, Maluku selatan dan Papua Barat.
Selanjutnya, masih mengenai Negara
Pasundan. Ketika dalam tulisan yang lalu Ahmad Sudirman menanyakan kepada Muba
Dijon: ”Muba Dijon, kalian tau, berapa banyak orang Sunda yang ada di
Yogyakarta pada tanggal tanggal 16 Maret 1948, ketika Soekarno dilapangan
Yogyakarta berpidato propaganda untuk melakukan permusuhan terhadap Negara
Pasundan ?” (Ahmad Sudirman, 16 Juni 2005)
Ternyata Muba Dijon bukan menjawab
apa yang ditanyakan Ahmad Sudirman, melainkan berkelit dengan menyodorkan
alasan gombalnya: ” Tentang Pasundan, sudah jelas negara boneka itu tidak
didukung rakyat. Umurnya saja hanya seumur tomat, kalau jagung kelamaan, he he... Mau bilang apa lagi kamu? Mau
bilang Kartosuwiryo? Seluruh rakyat Sunda bahu membahu menangkap dia. Inget pager betis?”
Nah, lagi-lagi disebutkan negara
boneka. Itu adalah memang jurus kelit yang biasa dilambungkan Soekarno dengan
RI-Jawa-Yogya-nya untuk menghadapi lawan-lawan politiknya dari Negara-Negara
yang ada diluar wilayah de-facto dan de-jure RI-Jawa-Yogya.
Dalam kenyataan dan realitanya,
itu Soekarno mengakui secara hukum berdasarkan Konstitusi RIS bahwa Negara
Pansundan yang berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dengan negara-Negara
Bagian lainnya dalam RIS. Apakah pada waktu itu pernah Soekarno nyelonong
sambil berorasi menyatakan Negara Pasundan adalah Negara boneka ?. Kan tidak
pernah terjadi. Bahkan Soekarno melalui tangan Susanto Tirtoprodjo, konconya
Soekarno dari RI-Jawa-Yogya menandatangani Konstitusi RIS.
Jadi, yang tidak mendukung Negara
Pasundan yang sah menjadi Negara Bagian RIS dan diakui oleh pihak
RI-Jawa-Yogya, yaitu hanya segelintir orang Sunda, bukan masyarakat Sunda yang
ada di Sunda, yang merupakan para cuak dan kacung-kacungnya Soekarno yang ada
di Yogyakarta pada waktu itu untuk bisa diperalat Soekarno guna dijadikan alat
ujung tombak melawan Pemerintah Wali Negara R.A.A. Wiranatakusumah dari Negara Pasundan.
Itulah kacung-kacungnya Soekarno yang otaknya telah termakan propaganda bohong
dan busuk dari Soekarno.
Jadi Muba Dijon, harus belajar
sejarah yang benar kalau mau menganalisa Negara Pasundan hubungannya dengan
RI-Jawa-Yogya.
Kemudian mengenai NII Imam SM
Kartosoewirjo, itu sampai detik sekarang ini masih tetap RI-Jawa-Yogya dibawah
Susilo Bambang Yudhoyono dengan TNI-nya menduduki dan menjajah wilayah
teritorial NII. Kalian
mana tahu, karena kerja kalian hanyalah jualan kebab di Dijon saja. Paling cari informasi dari tempat sampah-nya BIN Syamsir
Siregar. Dasar budek.
Seterusnya, itu Muba Dijon masih
juga menyinggung Dekrit Presiden 5 juli 1959. Mana Muba Dijon dalam tulisan
sebelumnya menuliskan alasan keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Paling yang
dikatakannya inkonstituional. Tetapi ketika Ahmad Sudirman mencari cari kenapa
dikatakan inkonstituional, tidak sedikitpun dijelaskan Muba Dijon. Barulah
setelah Ahmad Sudirman menjelaskan apa yang dijadikan dasar hukum pengambilan
Dekrit Presiden 5 juli 1959 dan alasan dalam Konstituante hasil Pemilu, itu
mata Muba Dijon mendelik-delik, melihat fakta, bukti, sejarah dan dasar hukum
yang disodorkan Ahmad Sudirman.
Muba Dijon apa yang kalian tulis
dan ditujukan kepada Ahmad Sudirman, sekatapun tidak pernah dibuang oleh Ahmad
Sudirman. Itu kata-perkata masih tetap utuh terpampang jelas dan bisa dibaca.
Jadi ketika kalian Muba Dijon mengatakan: ”Masalah Dekrit, tidak ada persoalan.
Kamu pikir aku hanya baru akan bilang dekrit itu inkonstituional setelah kamu
ngomong begitu? Baca dong postingku sebelumnya.”
Itu kalian sebutkan UUD Islam,
quorum 2/3, adalah setelah Ahmad Sudirman membongkarnya. Sebelumnya mana kalian
sebut-sebut itu. Dasar budek, ikutan ekor Soekarno penipu licik.
Muba
Dijon kalian mati kutu. Buat malu saja, ngaku belajar di ITB atau UI
Selanjutnya, Muba Dijon masih juga
bercerita tentang istilah pengertian empati. Ketika dibaca sanggahan yang
dilambungkan Muba Dijon, untuk memberikan tentang definisi arti empati, tidak
pernah dituliskannya, selain hanya menulis: ”Empathy. Ha ha... Masa istilah psikologi kamu
cari di kamus Anton Muliono? Kayanya kamu punya satu-satunya kamus ya? Dulu juga sinkretisme dari situ kamu ngacunya. Pantes aja
jadi belepotan dan tidak ngerti-ngerti. Kamu nggak nyari lagi di wikipedia
juga? Atau
sekalian aja cari di kamus olah raga atau kamus palawija? Atau kamus gaul Debby
Sehartian (nulisnya gimana sih...?) Ha ha...
Katanya S1-nya psikologi. Malu ah...”
Lihat,
itu Muba Dijon sambil cekikikan menunjukkan kegombalannya. Ahmad Sudirman masih
lumayan mempunyai kamus besar Indonesia yang ditulis oleh ratusan para akhi
dalam bidangnya. Tetapi Muba Dijon, siapa yang
dijadikan referensinya. Paling hanya cengar-cengir sambil melaungkan nama :
”Leila Ch Budiman atau Prof. Sawitri”
Jadi, bagaimana bisa lulus sarjana
ITB atau UI, kalau cara memberikan jawabannya hanya cengar-cengir sambil
mulutnya kunyam-kunyem menyebut-nyebut alasan gombalnya. Karena itu memang
masuk akal kalau Muba Dijon lulus ITB atau UI karena dikatrol saja.
Selanjutnya, Muba Dijon masih
tetap menyodorkan jurus perempuan Yahudinya, sambi bercuap: ”Kamu bilang:
"Kemudian, Muba Dijon ini bercuap tentang Islam, tetapi ketika disuruh
untuk mencontoh Rasulullah saw, ia mati kutu, menolaknya setengah mati."
Astaghfirullah... Darimana kamu bisa menyimpulkan aku "menolak setengah
mati untuk mencontoh Rasulallah"? Hm, tak heran kalau murid-muridmu si
Warwick dan si Singa omongannya membahayakan dirinya sendiri, gurunya saja
begini. Tapi, apakah dengan pernyataan itu kamu mengharuskan seluruh laki-laki
ummat Muhammad SAW menikahi perempuan Yahudi? Kok pake kata "disuruh untuk
mencontoh" sih? Wah wah wah... Hati-hati Bung bicara hukum...!!”
Nah, ketika Ahmad Sudirman
menyodorkan jurus: ”Apakah, kalian Muba Dijon tidak mencontoh Rasulullah saw
?.” (Ahmad Sudirman, 17 juni 2005)
Bukan dijawabnya dengan jelas dan
gamblang berdasarkan aturan dan hukum Allah SWT dan contoh Rasulullah saw,
melainkan hanya bercuap: ”Astaghfirullah... Darimana kamu bisa menyimpulkan aku
"menolak setengah mati untuk mencontoh Rasulallah"?”
Nah, hasil ampas perasan otak Muba
Dijon kelihatan dengan jelas, isinya penuh racun yang gombal. Mengapa ?
Karena ketika Ahmad Sudirman
memberikan dasar hukum Islam tentang perkawinan Teungku Hasan Muhammad di Tiro
dengan perempuan Yahudi dan mereferensikan kepada contoh Rasulullah saw menikah
dengan Juwairiyah putri Bani Mustaliq musuh nomor satu umat Islam di Madinah,
itu Muba tetap berkeras kepala, menolak alasan perkawinan Teungku Hasan
Muhammad di Tiro, dengan menyodorkan masalah Yahudi menjajah Palestina.
Kemudian disusul dengan masalah hak azasi. Seterusnya masalah ego.
Kemudian diakhiri dengan melambungkan
hipotesa dalam bentuk pertanyaan: ”Emangnya kenapa dia kawin sama Dora Mad?
Digerebek hansip? Atau Dora bunting duluan? He he...”
Nah,
dari sini saja, itu Muba Dijon telah kehabisan argumentasi yang kuat yang bisa
direferensikan kepada hukum yang berlaku dalam Islam tentang perkawinan.
Akhirnya, Muba Dijon, hanya sanggup memberikan jawaban dengan bentuk kalimat
pertanyaan yang isinya gombal tidak
menentu.
Terakhir
senjata yang dilambungkan Muba Dijon untuk memukul argumentasi Ahmad Sudirman
tentang perkawinan Teungku Hasan Muhammad di Tiro dengan perempuan Yahudi
yaitu: ”Tapi satu hal, aku dapat satu konfirmasi lagi dari kamu: Kamu adalah
pendukung berat Yahudi...!! Masuk akal sih...
Wah wah wah... makin kelihatan deh coreng moreng kamu setelah aku telanjangi...
Ha ha... Ini belum selesai Mad, tunggu aja...”
Nah, inilah hasil kesimpulan dari
otak yang sudah dipenuhi racun gombal tipu licik mbah Soekarno-Jawa dari
RI-Jawa-Yogya.
Ketika Ahmad Sudirman memberikan
dasar hukum perkawinan dalam Islam yang didasarkan kepada contoh perkawinan
Rasulullah saw, ternyata dipelintirkan oleh Muba Dijon dengan hasil
kesimpulannya:” Kamu adalah pendukung berat Yahudi...!! Masuk akal sih...”
Nah, inilah kalau orang yang
otaknya tidak diisi oleh ilmu yang benar, berdasarkan fakta, bukti, sejarah dan
hukum yang jelas, dan berdasarkan apa yang diturunkan Allah SWT dan dicontohkan
Rasulullah saw, maka akhirnya, seperti Muba Dijon, ketika bercuap isinya penuh
kegombalan dan penuh kebohongan dan hanya memelintirkan hasil perasan otaknya
yang sudah penuh diisni oleh mitos yang dilambungkan oleh Soekarno dari RI-Jawa-Yogya.
Dan mana ada yang berani untuk
tampil menjadi ”komisi arbritrase” dalam hal perdebatan antara Muba Dijon
dengan Ahmad Sudirman di mimbar bebas ini, kalau itu yang akan menjadi ”komisi
arbritrase” adalah orang-orang yang telah dipengaruhi dan dipenuhi otaknya oleh
ampas perasan racun mitos Soekarno dengan RI-Jawa-Yogya-nya.
Silahkan
ajak keroco kalian Muba Dijon untuk dijadikan anggota komisi arbritrase. Dan
semua orang di mimbar bebas ini akan melihat Muba Dijon berjingkrak-jingkrak
seperti ondel-odel budek dari betawi di pinggir Ciliwung yang kebanjiran tiap
tahun.
Bagi
yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu
untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang
Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di
HP http://www.dataphone.se/~ahmad
Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan
dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*
Wassalam.
Ahmad Sudirman
http://www.dataphone.se/~ahmad
----------
Date:
Thu, 16 Jun 2005 14:49:51 -0700 (PDT)
From:
muba zir mbzr00@yahoo.com
Subject:
Re: MUBA DIJON TIDAK MAMPU PERTAHANKAN SEJARAH MODEL SOEKARNO-JAWA, AKHIRNYA
MERABA
To:
Ahmad Sudirman ahmad_sudirman@hotmail.com
Cc:
AcehA_yoosran <a_yoosran@yahoo.com>, Acehabu_dipeureulak
<abu_dipeureulak@yahoo.com>, AcehAhmad_mattulesy <ahmad_mattulesy@yahoo.com>,
AcehAhmadGPK <ahmad@dataphone.se>, Acehalasytar_acheh
<alasytar_acheh@yahoo.com>, acehalchaidar <alchaidar@yahoo.com>,
Acehapalambak2000 <apalambak2000@yahoo.ca>, AcehBambang
<bambang_hw@rekayasa.co.id>, Acehburamu <buramu@plasa.com>,
acehdityaaceh_2003 <dityaaceh_2003@yahoo.com>, AcehEdit editor@jawapos.co.id
Mad,
yang njlimet itu logika kamu, karena kamu memang seorang yang inadequate (tidak
cakap) dan inferior (rendah diri, bukan rendah hati loh!). Jadi konflik terus tuh batin kamu. Gimana nggak konflik,
semua fakta yang kamu lambungkan tentang metamorfosa RIS menjadi NKRI begitu
MENUNJANG keabsahan NKRI itu tapi kamu bersikukuh mengemasnya agar jadi
MENENTANG keabsahan NKRI. Kasihan deh kamu...!!
Oh ya, Soekarno itu bukan seorang
provokator loh, tapi dia seorang orator ulung! Dunia mengakuinya itu. Dia senantiasa mendengar rakyatnya dan menyerahkan banyak
hal kepada rakyat. Ketika Jenderal Soedirman protes tentang Renville dan
mengajukan pengunduran dirinya sebagai Panglima Besar, Soekarno berkata kepada
Jenderal Soedirman dalam bahasa yang sangat mesra (kamu pernah dengar kata
"mesra"? Aku hawatir kamu sudah tidak punya hati...): "Dimas,
kalau begitu keinginan Dimas, baiklah, tapi saya lebih dahulu akan mengundurkan
diri dari jabatan Presiden". Tentu saja Jenderal Soedirman tidak berani
melanjutkan niatnya mengundurkan diri karena rakyat Indonesia dari Sabang
sampai Merauke masih memerlukan Soekarno.
Begitu juga menjelang pecah
peristiwa Madiun, Bung Karno menyerahkan nasib bangsa kepada rakyat. Dalam
pidatonya Bung Karno berkata: "Kalian pilih siapa, Soekarno-Hatta atau
Muso-Amir?". Dan tentu saja rakyat memilih Soekarno-Hatta.
Kata
kamu, Mad: "Ketika Dewan Pemilihan Presiden RIS memilih Soekarno untuk
dijadikan sebagai Presiden RIS, itu bukan berarti bahwa RIS gandrung pada
Soekarno-Hatta akan RI yang terbentang dari Sabang sampai Merauke." Terus
apa dong alasan Dewan Pemilihan RIS memilih Soekarno? Padahal semua anggota RIS
tahu Soekarno gandrung akan RI yang terbentang dari Sabang sampai Merauke.
Dan
memang, faktanya kemudian, akhirnya hanya 8 bulan metamorfosa RIS menjadi NKRI
itu selesai dengan mulus.
(Penjelasan
kamu berikutnya adalah (lagi-lagi) logika kamu yang njlimet itu karena
inadequate dan inferior itu... Fakta pendukung
dikemas untuk menentang... Ya neurosislah kamu jadinya...)
Tentang Pasundan, sudah jelas
negara boneka itu tidak didukung rakyat. Umurnya saja hanya seumur tomat, kalau jagung
kelamaan, he he... Mau bilang apa lagi kamu? Mau bilang Kartosuwiryo? Seluruh rakyat Sunda
bahu membahu menangkap dia. Inget pager betis?
Masalah Dekrit, tidak ada
persoalan. Kamu pikir aku hanya baru akan bilang dekrit itu inkonstituional
setelah kamu ngomong begitu? Baca dong postingku sebelumnya.
Tentang alasannya, jelas, karena
setelah berkali-kali sidang tidak juga mencapai quorum 2/3, baik yang mendukung
UUD 1945 ataupun UUD Islam. Posisinya selalu hampir 60-40 bagi pendukung UUD
1945. Apakah dengan posisi suara ini Bung Karno harus mendekritkan berlakunya
UUD Islam? Nggak kan? Jadi, nggak ada persoalan lah...! Kamu telah memberikan
angka-angka itu. Jangan kamu tentang sendiri angka-angka itu..!!
Empathy. Ha ha... Masa istilah psikologi kamu
cari di kamus Anton Muliono? Kayanya kamu punya satu-satunya kamus ya? Dulu juga sinkretisme dari situ kamu ngacunya. Pantes aja
jadi belepotan dan tidak ngerti-ngerti. Kamu nggak nyari lagi di wikipedia
juga? Atau
sekalian aja cari di kamus olah raga atau kamus palawija? Atau kamus gaul Debby
Sehartian (nulisnya gimana sih...?) Ha ha...
Katanya S1-nya psikologi. Malu ah...
Nah,
karena kamu nggak ngerti-ngerti juga ternyata arti empathy, walaupun aku sudah
jelaskan seperti aku menjelaskan kepada anak kelas 2 SD dengan definisi
sekaligus contoh, maka kamu tidak bisa melihat bagaimana rakyat Aceh harus
dihindarkan dari hal yang menyakiti hatinya dengan perkawinan hasan tiro dengan
perempuan yahudi itu. Yang kamu besar-besarkan
malahan "tip-ex"nya, dan fiqih perkawinan. Aku sejak awal kan nggak
masalahkan fiqih, cuma masalah empathy. Tidak dilarang bukan berarti harus
dilakukan...!!
Kamu bilang: "Kemudian, Muba
Dijon ini bercuap tentang Islam, tetapi ketika disuruh untuk mencontoh
Rasulullah saw, ia mati kutu, menolaknya setengah mati." Astaghfirullah...
Darimana kamu bisa menyimpulkan aku "menolak setengah mati untuk mencontoh
Rasulallah"? Hm, tak heran kalau murid-muridmu si Warwick dan si Singa
omongannya membahayakan dirinya sendiri, gurunya saja begini. Tapi, apakah
dengan pernyataan itu kamu mengharuskan seluruh laki-laki ummat Muhammad SAW
menikahi perempuan Yahudi? Kok pake kata "disuruh untuk mencontoh" sih? Wah wah wah... Hati-hati Bung bicara
hukum...!!
Eh,
tapi kamu juga bilang: "Dan Teungku Hasan Muhammad di Tiro menikah dengan
perempuan Yahudi bukan karena hak asazi
manusia, dan bukan mementingkan egonya."
Emangnya kenapa dia kawin sama
Dora Mad? Digerebek hansip? Atau Dora bunting duluan? He he...
Tapi
satu hal, aku dapat satu konfirmasi lagi dari kamu: Kamu adalah pendukung berat
Yahudi...!! Masuk akal sih... Wah wah wah...
makin kelihatan deh coreng moreng kamu setelah aku telanjangi... Ha ha... Ini
belum selesai Mad, tunggu aja...
Halooo....!!??? Ada komisi
arbritrase nggak untuk menilai aku dan si Mad tentang pengertian
empathy...???
He he... kali-kali aja Leila Ch Budiman atau Prof. Sawitri baca...
Gini
aja deh Mad... Aku jelasin lagi empathy itu. Kamu tahu bemo nggak? Nah... bagus
kalo tahu.. Dengerin ya... Bemo itu beda
dengan empathy... Paham? Ha ha...
Tersiksa memang jadi orang bego
itu... Mad... Mad... However, makasih telah menjadi badut buatku... Ha ha...
Muba ZR
NB:
Buat Tati, senyum dooong... He he...
mbzr00@yahoo.com
Dijon, Bourgogne, Perancis
----------