Stockholm, 27 Juli 2005

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Assalamu'alaikum wr wbr.


BONDAN JAWA PETENTENGAN SAMBIL BAWA GOLOK PATI UNUS DAN FALATEHAN

Ahmad Sudirman

Stockholm - SWEDIA.



ITU BONDAN GURITNO JAWA PETENTENGAN SAMBIL BAWA GOLOK PATI UNUS DAN FALATEHAN

 

“Ini orang dasar tolol, bodoh dan sinting!!! Dasar setan pendendam. Saya orang Jawa, tapi saya juga merasa teraniaya oleh pemerintah zalim sejak Soeharto hingga hari ini. Tapi saya tidak berpikiran kotor memecah belah bangsa.  Yang zalim dan biadab adalah pemerintah. Pemerintah itu adalah kumpulan orang banyak yang mendapat amanat untuk mengatur negara.  Kalo sampeyan berhati nurani dan berpikiran positif, tentu upayanya bukan makar dan memfitnah orang jawa menjajah, tetapi berjuang bagaimana caranya agar pemerintah diisi orang-orang yang jujur, adil dan berbudi luhur. Apa salahnya orang jawa difitnah?  Apa salahnya orang jawa yang sudah 2-3 generasi hidup di aceh didiskriminasi bahkan diusir dari aceh? Mereka dianaiaya, dirampas hartanya dan diusir hanya karena etnis mereka jawa. Yang salah kan Soeharto.  Yang salah kan orang2 pemerintahan yang di dalamnya ada orang acehnya juga.  Kenapa yang difitnah dan dianiaya rakyat jelata yang tidak tahu apa-apa? atanya kalian orang beragama?  Agama busuk mana yang mengajarkan penganiayaan dan itnah?” (Bondan Guritno, it_spy2000@yahoo.com , 27 juli 2005 00:05:27)

 

Baiklah Bondan di Bogor, Indonesia.

 

Bondan Jawa budek, jangan dulu petentengan, kalau belum mendalami dan mengetahui secara jelas apa yang dikerjakan mbah kalian Soekarno yang menelan Acheh.

 

Kalian Bondan, belum kasih aba-aba, sudah kalian tembakan salto gombal kalian itu. Bagaimana bisa berhasil. Dasar Jawa kowe.

 

Nah, kalau kalian mahu saja sedikit memikirkan bahwa itu pemerintah kalian dibawah mbah Jawa Soekarno yang menelan Acheh, maka kalian seharusnya tujukan salto gombal kalian itu kearah mbah Soekarno dan para penerusnya, termasuk mbah kalian Susilo Bambang Yudhoyono. Kemudian kalian Bondan katakan bahwa mbah Susilo Bambang Yudhoyono dan TNI Jawa-budeknya adalah zalim dan biadab, karena telah menelan, mencaplok, menganeksasi, menduduki dan menjajah Acheh, Maluku Selatan dan Papua Barat.

 

Selanjutnya, kalau ada orang-orang Jawa yang mengikuti program transmigrasi model mbah Soeharto ke Acheh, itu memang wajar saja kalau bangsa Acheh menjadi makin geram melihat kelakuan mbah kalian Soekarno dan Soeharto. Sudahlah negeri Acheh dicaplok dan ditelan mbah Soekarno. Kemudian dioper pula orang-orang Jawa seperti kalian ke Acheh untuk memadati tanah wilayah Acheh.

 

Nah, itu namanya model penjajahan mbah Soekarno dan mbah Soeharto yang dilakukan di Acheh, Bondan Jawa.

 

Jadi, memang masuk akal kalau itu bangsa Acheh merasa dibodohi dan ditipu oleh kelakuan mbah kalian dari Jawa Soekarno dan Soeharto termasuk juga mbah kalian, Abdurrahman Wahid, dan mbak Mega, juga itu mbah Susilo Bambang Yudhoyono orang Jawa Pacitan.

 

Jadi, itu bangsa Acheh bukan buat fitnah, melainkan memang fakta, bukti, sejarah dan hukumnya jelas, itu mbah Soekarno menelan dan menjajah Acheh.

 

Dan kalau kalian Bondan mengatakan bangsa Acheh membuat makar, itu salah besar. Masa Soekarno yang menelan dan menganeksasi Acheh, tetapi yang dinamakan pembuat makar justru bangsa Acheh. Kan gombal dan budek itu pikiran Bondan Jawa satu ini. Seharusnya kalian katakan bahwa itu mbah Soekarno penjajah dan Soeharto penerus penjajah, begitu juga mbah Susilo Bambang Yudhoyono penjajah di Acheh.

 

Dan jangan juga kesal hati, kalau itu Soekarno, Soeharto, Abdurrahman Wahid, Megawati, dan Susilo Bambang Yudhoyono adalah Jawa-Jawa penjajah. Karena memang fakta, bukti, sejarah dan dasar hukumnya benar. Mahu kalian Bondan Jawa bantah.

 

Dan kalau kalian masih tetap saja mengembek pada apa yang dimitoskan mbah kalian Soekarno, mana ada generasi penerus Soekarno yang mahu sadar dan mengetahui bahwa kelakuan mbah-mbah Jawa-nya itu adalah penjajah. Kalian saja Bondan, mana mengetahui itu mbah Soekarno menjajah Acheh. Karena kalian belajar sejarah hanya dari tempat buangan mitos yang dibuat Soekarno dan para penerusnya saja.

 

Kemudian, kalau kaum kalian dari Jawa yang ada di Acheh kena getah konflik Acheh. Itu memang akibat ulah Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati dan sekarang Susilo Bambang Yudhoyono. Orang-orang luar Acheh yang dikirim ke Acheh itu merupakan pelaksanaan dari program pendudukan dan penjajahan di Acheh. Tetapi karena kalian Bondan budek, mana mengetahui apa yang ada dibalik program transmigrasi ke Acheh yang dilancarkan Soeharto sampai sekarang Susilo Bambang Yudhoyono.

 

Itulah Soeharto untuk terus bisa menjerat tanah Acheh, didatangkanlah orang luar Acheh, khususnya orang-orang Jawa dengan memakai label transmigrasi ke Acheh. Kan budek itu namanya Bondan.

 

Kemudian, kalau kalian menjadikan alasan datangnya tsunami karena bangsa Acheh, maka itu namanya kalian Bondan benar-benar budek. Kalian tidak tahu apa kerja pimpinan pemerintahan kalian dan pasukan TNI/Polri kerjanya di Acheh. Itulah pembunuh-pembunuh bangsa Acheh. Dengan alasan pembuat makar. Dasar budek. Makar dijadikan alasan. Padahal itu Soekarno yang mencaplok Acheh, dibilang pula bangsa Acheh buat makar. Benar-benar budeknya tidak ketulungan.

 

Bondan Jawa, kalian bawa-bawa pula itu  Pangeran Pati Unus anak raja Jawa. Lalu dihubungkan pula dengan orang Acheh yang kata kalian panglima pengganti Pati Unus. Yang kalian sebut dengan Raden Fatahillah atau Falatehan.

 

Itu Falatehan atau Fatahillah, banyak sumbernya, ada akhli yang mengatakan berasal dari Pasei. Ada pula akhli yang mengatakan berasal dan mempunyai darah keturunan Persia. Dan ada juga yang mengatakan putera dari Raja Mekkah yang menikah dengan puteri kerajaan Pajajaran dari Sunda. Jadi Bondan, itu darimana asal Falatehan atau Fatahillah masih belum ada kesepakatan para akhli sejarah.

 

Juga tentang nama Falatehan masih banyak sumber-sumbernya dan belum adanya kesepakatan dari para akhli sejarah. Ada yang mengatakan Sunan Gunung jati setelah meninggalnya. Dan nama-nama lainnya seperti Muhammad Nurudin, Syekh Nurullah, Sayyid Kamil, Bulqiyah, Syekh Madzkurullah, Syarif Hidayatullah, Makdum Jati, Syekh Nuruddin Ibrahim Ibnu Israil, Syarif Hidayatullah, Said Kamil, dan Maulana Syekh Makdum Rahmatullah.

 

Eh, Bondan budek, itu Banten tidak ada hubungannya dengan Jawa hindu Majapahit. Dan itu Demak, yang merupakan salah satu penyebab hancurnya Majapahit-nya Gajah Mada, kalian hubung-hubungkan dengan Jawa dan Acheh. Kalian itu mimpi saja, Bondan budek.

 

Dalam sejarah perjuangan bangsa Acheh, coba tunjukkan berapa banyak dari kesultanan Demak dan Banten yang ikut berjuang langsung di Acheh menghadapi Belanda dan keroconya orang-orang Jawa budek Belanda ?

 

Dan kalau kalian Bondan katakan karena sudah adanya ikatan keharmonisan antara Faletehan dengan Pati Unus, maka rakyat Acheh mendukung sepenuhnya lahirnya RI. Itu kesimpulan yang budek, Bondan.

 

Kalau memang benar bangsa Acheh mendukung penuh RI-Jawa-Yogya-nya mbah Soekarno, maka tidak mungkin mbah Soekarno menelan Acheh pakai secewir kertas yang bertuliskan label PP RIS No.21/1950 pada tanggal 14 Agustas 1950.

 

Itulah yang membuktikan bahwa wilayah Acheh itu bukan bagian dari wilayah RI-Jawa-Yogya. Karena kalau memang wilayah RI-Jawa-Yogya, tidak mungkin itu wilayah Acheh disantap Soekarno.

 

Dan kalau kalian katakan bahwa ”masalah kemudian ada konflik antara pemuka aceh dengan pimpinan negara, adalah masalah politik pemerintah, bukan orang jawa.”. Itu kalian memang buta, Bondan. Yang kalian katakan pemerintah itu adalah pemerintah dibawah mbah Soekarno, yang menganeksasi Acheh dan diteruskan oleh Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati dan sekarang Susilo Bambang Yudhoyono. Semuanya bangsa Jawa, kecuali BJ Habibie bangsa Bugis.

 

Terakhir, Bondan budek, yang justru penyebar fitnah dan penyebar kebohongan tentang Acheh, Maluku Selatan dan Papua Barat yang dihubungkan dengan RI-Jawa-Yogya adalah mbah kalian Soekarno, Soeharto, Abdurrahman Wahid, Megawati dan sekarang Susilo Bambang Yudhoyono.

 

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad


Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*


Wassalam.


Ahmad Sudirman


http://www.dataphone.se/~ahmad

ahmad@dataphone.se

----------

 

From: Bondan Guritno it_spy2000@yahoo.com

Date: 27 juli 2005 00:05:27

To: "Ahmad Sudirman" ahmad_sudirman@hotmail.com

Subject: Re: M.AL QUBRA: UNTUK ACHEH BUKAN OTONOMI, TETAPI PEMERINTAHAN SENDIRI

 

Ini orang dasar tolol, bodoh dan sinting!!!   Dasar setan pendendam. Saya orang Jawa, tapi saya juga merasa teraniaya oleh pemerintah zalim sejak Soeharto hingga hari ini.  Tapi saya tidak berpikiran kotor memecah belah bangsa.  Yang zalim dan biadab adalah pemerintah.  Pemerintah itu adalah kumpulan orang banyak yang mendapat amanat untuk mengatur negara.  Kalo sampeyan berhati nurani dan berpikiran positif, tentu upayanya bukan makar dan memfitnah orang jawa menjajah, tetapi berjuang bagaimana caranya agar pemerintah diisi orang-orang yang jujur, adil dan berbudi luhur.

 

Apa salahnya orang jawa difitnah?  Apa salahnya orang jawa yang sudah 2-3 generasi hidup di aceh didiskriminasi bahkan diusir dari aceh? Mereka dianaiaya, dirampas hartanya dan diusir hanya karena etnis mereka jawa.  Yang salah kan Soeharto.  Yang salah kan orang2 pemerintahan yang di dalamnya ada orang acehnya juga.  Kenapa yang difitnah dan dianiaya rakyat jelata yang tidak tahu apa-apa?  Katanya kalian orang beragama?  Agama busuk mana yang mengajarkan penganiayaan dan fitnah?  Agama sesat mana yang mengajarkan dendam. Kalian telah mendustakan agama.  Ingat riwayat Ali bin Abi Thalib? Suatu hari dia akan menghukum terpidana.  Namun tiba2 dia urungkan hukuman karena sang terhukum meludahinya.  Tahu alasannya?  Konon karena dia takut pelaksanaan hukuman tercampur dengan dendam karena diludahi.  Masih banyak ayat maupun contoh yang melarang dendam.

Tapi kalian justeru menyerukan dendam dan fitnah yang membawa petaka bagi orang-orang tak bersalah.  Pantas saja Tuhan marah dan mendatangkan tsunami.

 

Ingatkah kalian tentang sejarah di abad 16.  Saat Portugis datang, siapa yang melindungi aceh dan malaka?   Dia orang jawa lho! Pangeran Pati Unus anak raja jawa.  Tahukah kalian siapa menantu raja jawa dijadikan panglima pengganti Pati Unus?  Dia orang aceh lho! Raden Fatahillah atau Faletehan, yang akhirnya menjadi raja Banten dan Cirebon (bergelar Sunan Gunungjati) di bawah kedaulatan pusat Demak.  Disitulah ikatan kebangsaan antara jawa dan aceh dimulai. Bahkan lebih duluan dari ikatan perjuangan Diponegoro dan Imam Bonjol sumatera barat.   Karena ikatan keharmonisan itulah maka rakyat aceh waktu itu mendukung sepenuhnya lahirnya RI.  Masalah kemudian ada konflik antara pemuka aceh dengan pimpinan negara, adalah masalah politik pemerintah, bukan orang jawa.

 

Indonesia bisa menjadi negara adil makmur aman sentosa bukan saja jika pemerintahnya adil jujur dan peduli, tapi juga jika iblis-iblis penyebar fitnah seperti kamu telah musnah.

 

Bondan Guritno

 

it_spy2000@yahoo.com

Bogor, Indonesia

----------