Stockholm, 5 Agustus 2005

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Assalamu'alaikum wr wbr.


PROLETAR KOMUNIS TUKANG BECAK ACUNGKAN ACHMAD AIDIT YANG DIBELAI MAO TJE TUNG

Ahmad Sudirman

Stockholm - SWEDIA.



KELIHATAN DENGAN JELAS, ITU PROLETAR KOMUNIS TUKANG BECAK ACUNGKAN ACHMAD AIDIT YANG DIBELAI MAO TJE TUNG

 

"Ingat mbah, Tubuhmu itu. Untuk nafaspun susah. Apalagi untuk berperang. Nafsu besar tenaga kurang. Sebagai pelampiasan ya Jadi provokator saja.Malu mbah." (Kang becak, kbecak@yahoo.com , Thu, 4 Aug 2005 16:07:51 -0700 (PDT))

 

Baiklah proletar komunis tukang becak di Tokyo Jepang.

 

Dengan nafas sudah terputus-putus, muka kemerah-merahan, mata buncelak-buncelik, hidung kembang-kempis, dada naik-turun, tangan bergetar-getar, kaki menggelupur-gelupur, kelihatan itu proletar komunis yang sudah meloncat dari pangkuan Lenin ke pangkuan Mao Zedong atau Mao Tje Tung, masih berusaha meniupkan jampe-jampe puisi model sosialisme-proletariat Marxisme dengan gaya Mao Tje Tung.

 

Gaya hembusan sosialisme-proletariat Marxisme Mao Tje Tung, yang pagi ini dihebuskan tukang becak, yang dipintal-pintal dalam bentuk rajutan benang merah, dengan diasapi kemenyan dari Pacitan, yang dicampur dengan rampe-rampe dari Tanjungpandan, Belitung, meluncurlah bau jampe-puisi gombal dari mulut tukang becak:  "Bismilah, Dajal, Beristighfarlah. Temanmu pun kini tiada. Ingat mbah, Tubuhmu itu. Untuk nafaspun susah. Apalagi untuk berperang. Nafsu besar tenaga kurang. Sebagai pelampiasan ya Jadi provokator saja.Malu mbah"

 

Nah, getaran hembusan jampe-puisi gombal ini tersadap jaringan radar telinga Ahmad Sudirman, yang telah merobah hembusan jampe-puisi gombal tukang becak ini menjadi debu-debu hitam bagaikan debu-debu hitamnya sosialisme-proletariat Marxisme gaya Mao Tje Tung, yang begitu digandrungi oleh Achmad Aidit orang Tanjungpandan, Belitung, Sumatra Selatan, yang berganti nama menjadi Dipa Nusantara Aidit setelah pindah ke Batavia, dan bertemu dengan kelompok orang-orang yang haus ideologi Marxisme campuran Lenin dan Mao Tje Tung, juga dengan kelompoknya Soekarno dengan ideologi Marhaenisme-nya.

 

Nah, jampe-jampe puisi gombal-nya proletar komunis tukang becak yang sedang menggelupur dibelakang pintu sigotaka disekitar jalan Tokyo, Jepang ini, ternyata pada awalnya karena adanya kegandrungan kepada Achmad Aidit alias bang Maat alias Dipa Nusantara Aidit asal Belitung, Sumatra Selatan. Kegandrungan proletar komunis tukang becak kepada bang Maat ini muncul setelah bang Maat dapat belaian dari Mao Tje Tung. Sebagaimana dilambungkan Mao Tje Tung ketika bertemu dengan Kepala Grup Kebudayaan Sangsiv Front Patriotik Laos di Beijing pada tanggal 4 September 1964.

 

Belaian Mao Tje Tung yang diuntai dalam kutipan dibawah ini, menggambarkan bagaimana bang Maat alias Achmad Aidit alias Dipa Nusantara Aidit telah dipeluk erat-erat oleh Mao Tje Tung dengan tali Marxisme-nya gaya Mao.

 

Mao Zedong: You should not look down upon yourself because your country is a small one. What's wrong with being from a small country.  Heroes can emerge in a small country.  Do you know the name of the chairman of the Indonesian Communist Party?

 

Sangsiv: Aidit.

 

Mao Zedong: Yes, it is this comrade. I once asked him where he was from. He said that he was from a small island located southwest of Sumatra, and that he belonged to a minority race. You see, he is from such a small place, and how can he become the chairman of the Indonesian party?  He told me that although that was a small place,  Indonesia's language took the one there as the standard, and that it was there that the Indonesian Communist Party was the most active. Marx was from a minority race, he was a Jew. Jesus was also a Jew. In the past the Jews were a minority race. (Mao Zedong and the Head of the Cultural Group of the Laotian Patriotic Front Sangsiv , Beijing, 4 September 1964) (  http://wwics.si.edu/index.cfm?topic_id=1409&fuseaction=library.document&id=235  )

 

Proletar komunis gaya Mao Tje Tung telah merasuk kedalam jiwa Achmad Aidit alias Dipa Nusantara Aidit dan terus merasuk kedalam jiwa proletar komunis tukang becak di Tokyo.

 

Agama hanya dijadikan kedok oleh proletar komunis tukang becak ini. Jampe-jampe puisi gombalnya hanya diacukan kepada sosialisme-proletariat Marxisme gaya Mao Tje Tung, bukan lagi gaya Lenin.

 

Dengan mengambil simbol dan label tukang becak, itu menggambarkan manusia satu pengagum Achmad Aidit yang dibelai Mao Tje Tung dari Tiongkok, yang sekarang menyuruk di Tokyo, Jepang ini, mengasosiasikan dirinya dengan wong cilik, wong proletar, wong melarat. Model gaya-gaya orang PDIP-nya Megawati, yang menyimbolkan partai politiknya sebagai partai pembela wong cilik.

 

Tetapi ketika berhadapan dengan Ahmad Sudirman, itu proletar komunis tukang becak pengagum bang Maat dari Belitung ini, ketika ditanyakan tentang fakta, bukti, sejarah dan dasar hukum mengenai dimasukkannya Acheh, Maluku Selatan dan Papua Barat kedalam katong perut RI-Jawa-Yogya-nya mbah Soekarno, tidak sepatah katapun yang diluncurkannya, selain hanyalah jampe-jampe puisi gombal sosialisme-proletariat Marxisme Mao Tje Tung-nya saja yang disimbolkan dengan kombinasi agama dan Marxisme sosialis proletariat-nya, yang dijelmakan dalam untaian kata-kata: "Bismilah, Dajal, Beristighfarlah. Temanmu pun kini tiada." Nah, artinya Agama dicampur Marxisme sosialis proletariat-nya, maka menjadilah  "Bismilah, Dajal". Dua kombinasi dari hasil campuran pemikiran orang-orang yang kehausan sosialisme-proletariat Marxisme model Mao Tje Tung yang ada di negara burung garuda pancasila RI.

 

Proletar komunis tukang becak, kalian telah dikurung, dan mati kutu. Silahkan meraung-raung, kalau masih sanggup. Ajak kamrat-kamrat mu dari Lekra alias Lembaga Kebudayaan Rakyat.

 

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad


Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*


Wassalam.


Ahmad Sudirman


http://www.dataphone.se/~ahmad

ahmad@dataphone.se

----------

 

Date: Thu, 4 Aug 2005 16:07:51 -0700 (PDT)

From: Kang becak <kbecak@yahoo.com>

Subject: Astaghfirullah.

To: Ahmad Sudirman ahmad@dataphone.se

 

Bismilah,

Dajal,

Beristighfarlah.

Temanmu pun kini tiada.

 

Ingat mbah,

Tubuhmu itu.

Untuk nafaspun susah.

Apalagi untuk berperang.

 

Nafsu besar tenaga kurang.

Sebagai pelampiasan ya

Jadi provokator saja.

Malu mbah.

 

Biasakan selesai belajar membaca hamdallah:

Alhamdulillah

 

Kang becak

 

kbecak@yahoo.com

Tokyo, Jepang

----------