Sydney, 14 September 2005

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Assalamu'alaikum wr wbr.


APA ITU MAKNA KEMERDEKAAN YANG RELEVAN UNTUK BANGSA ACHEH SEKARANG INI ?

Nurdin Abdul Rahman

Sydney - AUSTRALIA.

 

 

MOU SALAH SATU USAHA ASNLF UNTUK MELETAKKAN PERSOALAN ACHEH KEDALAM KERANGKA PERKEMBANGAN DEMOKRASI POLITIK YANG BERLANGSUNG DI INDONESIA

 

Tgk Ahmad Sudirman yang mulia. Saya senang sekali membaca ulasan ustaz atas argumen yang dikemukakan oleh Tgk Yusra Habib. Ada  satu hal yang ingin saya luruskan disini. Bukan tentang ulasan Ustaz, tapi tentang sebuah makna kemerdekaan itu sendiri yang sekarang ini relevan untuk bangsa Acheh.

 

MoU ini sebenarnya adalah salah satu usaha ASNLF untuk meletakkan persoalan Acheh kedalam kerangka perkembangan demokrasi politik yang sekarang ini berlangsung di Indonesia. Sekaligus ini merupakan cabaran politik bagi pemerintah Indonesia juga. Cabaran ini sangat terkait dengan sejauh mana pemerintah Indonesia menghormati proses politik yang dijanjikan kepada Acheh sesuai isi MoU itu.

 

Bagi ASNLF proses selanjutnya dalam hal implimentasi MoU itu akan menggambarkan dalam kenyataan niat pemerintah Indonesia selama ini terhadap penyelesaian konflik Acheh. Pada pihak ASNLF sebenarnya MoU itu adalah untuk menempatkan pemerintah Indonesia pada posisi  pengambilan sikap nyata dalam dua dimensi.

 

Dimensi pertama sikap nyata pemerintah Indonesia dalam keseriusannya memberikan hak kepada rakyat Acheh mengeluarkan aspirasi politik mereka secara bebas tanpa intimidasi dari pihak manapun. Dimensi kedua sikap nyata pemerintah Indonesia dalam memandang

Indonesia itu sendiri ke depan. (Yang kedua ini tidak dibicarakan pada kesempatan ini.)

 

Sebagaimana Ustaz sudah sering sampaikan melalui mimbar bebas ini, ada sejumlah kesalahan yang penguasa-penguasa dan politisi Indonesia terdahulu telah lakukan terahadap Acheh; salah satunya adalah peleburan Acheh menjadi propinsi Sumatra Utara pada tahun  1949/50.  Hal ini tentunya akan meninggalkan luka yang sangat mendalam dalam diri rakyat Acheh, dan sangat payah untuk dilupakan. Hal lain adalah penyelesaian konflik tahun 50an yang pemerintah Indonesia tidak pernah tepati. Dan sejumlah perlakuan lain baik secara politik, ekonomi, budaya dan pendidikan, yang tak mungkin saya uraikan disini, semuanya telah meninggalkan krisis kepercayaan yang sangat mendalam dalam diri rakyat Acheh terhadap yang namanya Indonesia.

 

Disamping itu pemerintah Indonesia telah mengekang rakyat Acheh, yang sememangnya sangat egalitarian dan sangat terbuka cara berfikir mereka, dengan intimidasi militer dibawah sistem pemilu yang nyata-nyata mengangkang demokrasi. Nah, ketika seluruh katup penyaluran aspirasi politik ditutup rapat, rakyat Acheh memilih jalan mereka sendiri untuk menyuarakan alam pikiran bebas mereka. Tapi pemerintah menurunkan bala tentara untuk menumpas mereka.

 

Kita harus ingat pada dalil logika: Alkarinatu tadullu ‘alal murad = Sikap menunjukkan maksud atau niat. Dari awalnya pemerintah dan politisi Indonesia telah menghambat tumbuh-kembangnya penyaluran aspirasi politik secara bebas – peleburan UU RIS, penipuan dalam hal Free Choice di Papua tahun 1969, penindasan terhadap semua orang yang menyuarakan demokrasi, korupsi, monopoli sumber dan kekayaan alam oleh pemerintah pusat, semua ini menunjukkan ada niat jahat yang terselubung dibalik pembentukan Republik Indonesia itu sendiri, yang dalam hal ini Acheh dan politisi Acheh tidak termasuk didalamnya.

 

Apakah sikap itu akan muncul setelah pemerintah Indonesia menandatangani MoU ini? Inilah taruhan yang harus dibuktikan oleh pemerintah Indonesia sekarang. Keatas taruhan inilah kita, pimpinan ASNLF – dan ini semata-mata pandangan pribadi saya – menempatkan pemerintah Indonesia dengan MoU tersebut.

 

Saya minta ma’af kalau saya ingin menggunakan ungkapan yang lebih tajam sedikit dalam hal ini. Implimentasi MoU ini akan membuktikan apakah pemerintah dan politisi Indonesia telah beradab atau masih menganut peradaban penjajah. Kalau yang terakhir ini menjadi pilihan pemerintah Indonesia ke depan, saya pikir tak ada alasan lagi untuk menyalahkan bangsa Acheh.

 

Itulah sebuah makna kemerdekaan yang relevan untuk bangsa Acheh sekarang ini. Wallaahu a’lam.

 

Wassalam,

 

Nurdin Abdul Rahman

 

ndin_armadaputra2002@yahoo.com

Sydney, New South Wales, Australia

----------