Stockholm, 30 Januari 2006

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Assalamu'alaikum wr wbr.

 

 

PERTARUNGAN MENGENAI MOU HELSINKI DIGELANGGANG POLITIK, HUKUM DAN LEGISLATIF.

Ahmad Sudirman

Stockholm - SWEDIA.

 

 

KELOMPOK KOMITE PERSIAPAN ACHEH MERDEKA DEMOKRATIK MASIH DANGKAL DALAM MENGANALISA PERTARUNGAN ANTARA GAM DAN RI MENGENAI MOU HELSINKI DIGELANGGANG POLITIK, HUKUM DAN LEGISLATIF.

 

"Bagaimana dengan dicoretnya calon independen sebelumnya?  Nah, inilah yang namanya politik, oleh karena itu kita mesti cerdik.  Itu sebenarnya juga bagian dari sandiwara supaya opini publik terjebak dan terbawa-bawa untuk menghilangkan perjuangan rakyat Aceh yang sesungguhnya.  Skenario Jakarta adalah supaya rakyat Aceh memfokuskan diri pada kontroversial tersebut yang pada akhirnya nanti cepat atau lambat Jakarata akan menerima aspirasi tersebut dengan demikian Jakarta bisa berucap bahwa "semua aspirasi rakyat Aceh telah ditampung dan pemerintahan saat ini adalah aspiratif".  Ini belajar dari pengalaman Helsinki dulu, ketika GAM menghilangkan tuntutan Merdeka, Jakarta kemudian membalas konsesi dengan RUU Otonomi khusus padahal semua mengetahui bahwa RUU Otonomi itu sudah basi, tapi masih juga dihidangkan di meja perundingan, RI pura-pura "jual mahal".

Akhirnya apa? Ternyata point-point MoU yang ditandatangai pada 15 Agustus itu hanya tambahan, revisi sedikit dari poin-point otonomi khusus itu sendiri.  Tidak percaya? Coba bandingkan saja RUU Otonomi Khusus sebelumnya dengan RUU PA saat ini yang dibawa ke Senayan." (Cut Rahima, premandum@yahoo.com ,Date: 30 januari 2006 13:24:09)

 

Setelah Ahmad Sudirman membaca tulisan "GAM dan RI Sandiwara?" yang dilambungkan oleh orang yang menamakan dirinya Cut Rahima melalui komputer milik servernya Arbetsmarknadsstyrelsen yang berpusat di Stockholm, ternyata isinya hanyalah sekedar ulasan yang dangkal, hanya menerka-nerka dan menolak MoU Helsinki, mengapa ?

 

Karena dengan orang tersebut menampilkan subject yang diberi judul "GAM dan RI Sandiwara?", itu secara jelas menggambarkan bahwa orang tersebut, Cut Rahima dan penanggapnya Raj King Kobra ( yatim_taleb2004@yahoo.com ) atau Yusuf Daud cs ? atau kelompok Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokratik yang anti MoU Helsinki mencoba meraba-raba dengan cara menganalisa berdasarkan fakta dan bukti yang lemah.

 

Itu kalau yang namanya sandiwara, jelas itu adalah hanya lakonan dalam panggung saja yang tidak mengandung fakta, bukti dan dasar hukum realita yang kuat.

 

Nah, rupanya dasar pemikiran model sandiwara ini dipakai oleh kelompok Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokratik yang anti MoU Helsinki untuk mencoba mengikis kekuatan hukum MoU Helsinki yang menjadi dambaan bangsa dan rakyat di Acheh yang menghendaki perdamaian, keamanan, keadilan, kebebasan yang bermartabat bagi semua pihak di Acheh.

 

Hanya disayangkan usaha kelompok  Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokratik yang anti MoU Helsinki yang mencoba mengikis kekuatan hukum MoU Helsinki ini tidak berhasil, mengapa ?

 

Karena, kelompok  Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokratik yang anti MoU Helsinki ini tidak memiliki kekuatan hukum ataupun kekuatan politik untuk merobah dan memudarkan isi MoU Helsinki tersebut.

 

Sudah jelas, itu MoU Helsinki adalah merupakan hasil pertarungan antar pihak GAM dengan pihak pemerintah RI digelangggang perundingan, dimana pihak pemerintah RI mendapatkan suatu pukulan yang telak dari pihak GAM.

 

Nah, ternyata pihak pemerintah RI ini terus mencoba untuk membayar kekalahannya di meja perundingan melalui jalur hukum, dalam hal ini melalui jalur RUU Tentang Pemerintahan Acheh yang bekerjasama dengan pihak DPR yang didalamnya ada segudang orang-orang yang anti MoU Helsinki.

 

Hanya tentu saja, karena pihak GAM tetap komitmen dengan MoU Helsinki, maka pihak pemerintah RI berusaha sekuat tenaga untuk mencari lubang-lubang yang ada dalam MoU Helsinki guna diterobos untuk mencapai tujuan dalam rangka memenangkan kembali kekalahan yang diderita dalam meja perundingan Helsinki.

 

Dalam hal ini, dilihat dari sudut pandang kelompok Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokratik yang sejak awal sudah bersikap negatif dan anti kepada MoU Helsinki melihat adanya pergumulan seru di medan politik, hukum dan legislatif ini dianggap sebagai permainan sandiwara antara GAM dan RI.

 

Nah disinilah kelihatan bagaimana dangkal dan rendahnya daya tangkap politik dan hukum dari kelompok Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokratik dalam usaha memperjuangkan kebebasan, perdamaian, keamanan, keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh bangsa dan rakyat Acheh di Acheh.

 

Jadi, kalau Ahmad Sudirman memperhatikan lebih lanjut, itu Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokratik yang anti MoU Helsinki ini adalah kelompok yang sudah jauh tertinggal dibelakang oleh bangsa dan sebagian besar rakyat Acheh di Acheh.

 

Dan Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokratik yang anti MoU Helsinki ini memang tidak bisa dan tidak mampu melihat lebih dalam apa yang terkandung dalam MoU Helsinki dihubungkan dengan RUU-PA versi pemerintah RI dan RUU-PA versi GAM. Pihak GAM tetap mengacu dan komitmen dengan MoU Helsinki, walaupun pihak pemerintah RI berusaha setengah mati untuk membelokkannya. Seperti contohnya pihak pemerintah RI dalam RUU-PA-nya menghapuskan calon independen yang diajukan oleh rakyat Acheh untuk dipilih dalam pemilihan Kepala Pemerintahan Acheh pada April 2006, padahal dalam MoU Helsinki sudah jelas tekstual tertuang dalam klausul yang menyatakan bahwa "rakyat Aceh akan memiliki hak menentukan calon-calon untuk posisi semua pejabat yang dipilih untuk mengikuti pemilihan di Aceh pada bulan April 2006 dan selanjutnya."

 

Nah, kalau pihak pemerintah RI membelokkan klausul MoU tersebut, maka sudah jelas itu merupakan pelanggaran dalam pelaksanaan MoU Helsinki dan tentu saja resikonya sangat berat bagi pihak RI.

 

Jadi saudara Cut Rahima, Raj King Kobra, Yusuf Daud cs atau kelompok Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokratik, sekarang ini di Acheh bukan sedang berlangsung suatu pertunjukkan sandiwara antara GAM-RI, melainkan suatu pertarungan mengenai MoU Helsinki digelanggang politik, hukum dan legislatif antara bangsa dan sebagian besar rakyat Acheh termasuk GAM didalamnnya dan pihak pemerintah RI beserta DPR RI-nya.

 

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

 

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

 

Wassalam.

 

Ahmad Sudirman

 

http://www.dataphone.se/~ahmad

ahmad@dataphone.se

----------

 

From: RAJ KING KOBRA yatim_taleb2004@yahoo.com

Date: 30 januari 2006 15:16:02

To: PPDi@yahoogroups.com

Subject: Re: «PPDi» GAM dan RI Sandiwara?

 

Mungkin ini lah balasan tuhan kepada petinggi2 GAM M-Z yang zalim dan terlalu egois.....

 

Raj King Kobra

 

yatim_taleb2004@yahoo.com

Stockholm, Swedia

----------

 

From:  Cut Rahima premandum@yahoo.com

Date: 30 januari 2006 13:24:09

To: PPDi@yahoogroups.com

Subject: Re: «PPDi» GAM dan RI Sandiwara?

 

Permisi, numpang lewat.

 

Dari hari ke hari dan juga icut yakin beberapa hari kedepan nantinya situasi politik Aceh semakin memanas.  Mencermati hal demikian hendaknya kita awas dan teliti dengan perkembangan tersebut.  Dari apa yang kita ketahui kemarin bahwa sudah terlihat adanya tanda-tanda Indonesia mulai menampakkan belang aslinya, tanda-tanda berikutnya akan terlihat lagi bulan-bulan nanti, tidak percaya? kita lihat saja nanti.

 

Namun icut harapkan kita jangan sampai terjebak dengan wacana demikian karena kita harus cerdik bahwa itu semua permainan sandiwara Indonesia.  Belajar dari pengalaman sebelumnya bahwa kita sudah bisa mengenal watak politikus Indonesia tersebut, pengalaman adalah guru kita yang terbaik begitu perumpamaan yang kita sering dengar, bahkan ungkapan lainnya yakni "Hanya orang bodoh yang jatuh pada lobang yang sama".

 

Saya menilai bahwa tidak dicalonkannya pihak independen pada pembahasan RUU PA untuk ikut pilkada di Aceh yang dicoret oleh Depdagri yang kemudian ditanda tangani oleh SBY selanjutnya diserahkan kepada DPR RI untuk diputuskan persetujuan adalah SANDIWARA pihak Indonesia.  Sekali lagi SANDIWARA...!!

 

Puncaknya sandiwara nanti adalah ketika berlangsungnya rapat "alot" anggota DPR di senayan.  Para pemain sinetron ini yakni kaum Nasionalis Soekarnois plus Militer yang "bertuhankan" NKRI, "beragamakan" Pancasila, dengan "kitab suci" UUD 45 serta "bernabikan" orang-orang Jawa.  Padahal dapat diprediksikan kalaupun toh deadlock dan voting terjadi pasti RUU PA untuk Aceh itu akan GOL.  Ingat bung, SBYdgn partai demokratnya dan JK dgn GOLKARnya adalah mayoritas di Senayan, Megawati dgn PDI Pnya, Gusdur dgn PKBnya sebenarnya banyak anggota mereka yang mbalelo, dan kemudian cendrung memberikan suara kepada eksekutif, ditambah pula dengan PKS, PAN dan partai-partai gurem lainnya.

 

Bagaimana dengan dicoretnya calon independen sebelumnya?  Nah, inilah yang namanya politik, oleh karena itu kita mesti cerdik.  Itu sebenarnya juga bagian dari sandiwara supaya opini publik terjebak dan terbawa-bawa untuk menghilangkan perjuangan rakyat Aceh yang sesungguhnya.  Skenario Jakarta adalah supaya rakyat Aceh memfokuskan diri pada kontroversial tersebut yang pada akhirnya nanti cepat atau lambat Jakarata akan menerima aspirasi tersebut dengan demikian Jakarta bisa berucap bahwa "semua aspirasi rakyat Aceh telah ditampung dan pemerintahan saat ini adalah aspiratif".  Ini belajar dari pengalaman Helsinki dulu, ketika GAM menghilangkan tuntutan Merdeka, Jakarta kemudian membalas konsesi dengan RUU Otonomi khusus padahal semua mengetahui bahwa RUU Otonomi itu sudah basi, tapi masih juga dihidangkan di meja perundingan, RI pura-pura "jual mahal".

Akhirnya apa? Ternyata point-point MoU yang ditandatangai pada 15 Agustus itu hanya tambahan, revisi sedikit dari poin-point otonomi khusus itu sendiri.  Tidak percaya? Coba bandingkan saja RUU Otonomi Khusus sebelumnya dengan RUU PA saat ini yang dibawa ke Senayan.

 

Makanya saya katakan ini semua adalah politik licik RI.

 

Kembali ke soal ditolaknya calon independen tadi, ini prediksi saya juga sama dengan foto copy SANDIWARA sinetron di Helsinki.  Hanya pemain dan waktunya saja yang beda.

 

Kalaupun toh nanti calon independen tidak diterima oleh Jakarta, saya sarankan saja yakni ambil cermin lalu introspeksi diri....seperti yang saya katakan di atas tadi bahwa, sudah jatuh pada lobang yang sama alias BANGAI.

 

Untuk apa protes, nasi sudah menjadi tinja.  Alahai.

Salam si bak rokok tuk.

 

Icut

 

premandum@yahoo.com

Stockholm, Swedia

----------