Stockholm,
22 Agustus 2006
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
MENGUPAS IDEOLOGI POLITIK PARTAI-PARTAI ISLAM YANG MEMUDAR.
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.
MENGAPA IDEOLOGI POLITIK
PARTAI-PARTAI ISLAM YANG BERBASIS MASSA ISLAM TERUS MEMUDAR?
“Pak saya mau tanya tentang
masalah politik. Pertanyaanya: 1.Dalam massa reformasi sekarang ini mengapa
ideologi politik dari partai politik Islam atau berbasis massa Islam cenderung
memudar? 2.Faktor-faktor apa yang menyebabkan memudarnya ideologi politik dari
partai politik Islam atau berbasis massa Islam? 3.Mengapa dalam pemilu 1999 dan
2004, partai-partai politik Islam baik itu yang berideologi Islam atau berbasis
massa Islam kalah dari partai politik yang berideologi non-Islam? 4.Apa
implikasi dari kekalahan partai Islam dan pemudaran ideologi politik tersebut
pada massa yang akan datang? 5.Upaya-upaya apa yang harus dilakukan oleh partai
politik Islam agar ideologi politiknya berjalan dengan baik? 6.Apakah ada
makalah atau hasil penelitian tentang hal tersebut, mohon dengan hormat unutk
mengirimkan ke e-mail ini” (Muhammad Yunus, your_nose29broer@yahoo.com , Tue, 22 Aug 2006 01:13:39 -0700 (PDT)).
Terimakasih saudara Muhammad
Yunus di Yogyakarta, Indonesia.
Tentang pertanyaan-pertanyaan
yang disampaikan oleh saudara Muhammad Yunus di Yogyakarta yang sebagian besar
menyangkut ideologi dan politik dari partai Islam serta faktor-faktor yang
mempengaruhi memudarnya ideologi partai Islam dan kekalahan dalam pemilihan
umum tahun 1999 dan tahun 2004.
Insya Allah, Ahmad Sudirman akan
mencoba sedikitnya untuk memberikan gambaran dalam bentuk jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh saudara Muhammad Yunus diatas.
Mengenai pertanyaan: ”Dalam
massa reformasi sekarang ini mengapa ideologi politik dari partai politik Islam
atau berbasis massa Islam cenderung memudar?”
Disini perlu diperjelas apa yang
dinamakan dengan indeologi yang dipahami dan politik apa yang dijalankan oleh
partai politik tersebut.
Nah, ketika kita berbicara
ideologi berarti kita berbicara kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas
pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Kemudian kalau kita
menghubungkan dengan politik sebagai ilmu, maka kita akan menemukan pengetahuan
tentang ketatanegaraan atau kenegaraan. Adapun kalau kita menghubungkan dengan
politik praktis, artinya penerapan politik dalam kehidupan, maka kita akan
membicarakan segala urusan dan tindakan mengenai pemerintahan negara atau
terhadap negara lain.
Sekarang,
kalau kita berbicara ideologi politik yang dipahami dan dijalankan oleh partai
Islam, maka kita berbicara segala
urusan dan tindakan mengenai pemerintahan negara yang diacukan pada asas yang
mendasari kumpulan konsep bersistem yang memberikan arah dan tujuan untuk
kelangsungan partai politik Islam tersebut.
Nah
sekarang timbul pertanyaan, apakah ideologi yang dipahami oleh partai Islam?
Ideologi
yang dipahami adalah kumpulan konsep bersistem yang ada dalam Islam yang
dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan
hidup partai Islam tersebut.
Kemudian,
apakah ideologi yang dipahami oleh partai Islam di Indonesia?
Ideologi
yang dipahami oleh partai Islam di Indonesia adalah kumpulan konsep bersistem
yang ada dalam pancasila yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan
tujuan untuk kelangsungan hidup partai Islam tersebut.
Jadi,
jelas berbeda antara ideologi yang dipahami oleh partai Islam dengan ideologi
yang dipahami oleh partai Islam di Indonesia.
Nah,
karena ideologi yang dipahami oleh partai Islam di Indonesia didasarkan pada
pancasila yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk
kelangsungan hidup partai Islam tersebut, maka ideologi partai-partai Islam dan
ideologi partai-partai yang berbasis masa Islam adalah tidak jauh berbeda
dengan ideologi partai-partai non Islam atau ideolopgi partai-partai yang
berbasis bukan pada massa Islam. Mengapa ?
Karena
ideologi partai-partai non Islam atau ideologi partai-partai yang berbasis
bukan pada masa Islam mendasarkan kumpulan konsep bersistem-nya pada pancasila
yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan
hidup partai-partai non-Islam atau partai-partai yang berbasis pada massa
non-Islam tersebut.
Jadi
sekarang sudah bisa diambil garis lurus dari apa yang diuraikan diatas yaitu
ideologi politik dari partai politik Islam atau berbasis massa Islam yang ada
di Indonesia makin memudar. Pemudaran tersebut disebabkan karena kumpulan
konsep bersistem yang ada dalam Islam yang dijadikan asas pendapat yang
memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup partai Islam tersebut telah
dirobah dan diacukan pada pancasila yang dijadikan asas pendapat yang
memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup partai politik Islam.
Karena
itu ideologi politik yang dipahami dan dijalankan oleh partai Islam di
Indonesia makin memudar disebabkan oleh adanya kebijaksanaan politik yang
menyangkut segala urusan dan tindakan mengenai pemerintahan negara yang bukan
diacukan pada asas Islam yang mendasari kumpulan konsep bersistem yang
memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan partai Islam tersebut, melainkan
diacukan pada asas pancasila yang merupakan juga dasar ideologi negara.
Seterusnya tentang pertanyaan:
”Faktor-faktor apa yang menyebabkan memudarnya ideologi politik dari partai
politik Islam atau berbasis massa Islam?”
Nah, sebagaimana yang telah
dijelaskan diatas yaitu salah satu faktor penyebab memudarnya ideologi politik
dari partai politik Islam adalah Islam yang tidak dijadikan sebagai acuan untuk
membangun kumpulan konsep bersistem yang memberikan arah dan tujuan untuk
kelangsungan partai politik Islam tersebut.
Sekarang, karena memang Islam
adalah bukan acuan untuk pembangunan kumpulan konsep bersistem yang memberikan
arah dan tujuan untuk kelangsungan partai politik Islam di Indonesia tersebut,
maka lambat laut konsepsi yang dijadikan sebagai sistem untuk memberikan arah
dan tujuan partai politik Islam makin jauh dari sumber-nya, yaitu Islam.
Selanjutnya, faktor lain yang
sangat mempengaruhi memudarnya ideologi politik partai Islam ini adalah karena
dalam UUD 1945 Pasal 29 Ayat 2 "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya
dan kepercayaannya itu" adalah sama dengan penetapan yang ada di
negara-negara sekuler. Artinya, bebas bagi setiap warga untuk beragama atau
tidak, agama tidak ada sangkut pautnya dengan negara. Mengapa agama tidak ada
sangkut pautnya dengan negara? Karena tidak ada satu ayatpun dalam UUD'45 yang
mengatakan bahwa "Apabila timbul perbedaan pendapat di antara kamu di
dalam suatu soal, maka kembalikanlah penyelesaiannya pada (hukum) Tuhan dan
(Sunnah) Muhammad SAW" seperti yang terkandung dalam Undang Undang Madinah
Bab IV PERSATUAN SEGENAP WARGANEGARA pasal 23. (”Amandemen Pasal 29 Ayat 1 UUD
1945” , http://www.dataphone.se/~ahmad/000501.htm )
Seterusnya, faktor lainnya yang
juga bisa mempengaruhi memudarnya ideologi politik partai Islam adalah tumbuh
suburnya sekularisme di Indonesia. Untuk detilnya bisa dibaca dalam
tulisan-tulisan: ”Masih sekularisme subur di daulah pancasila”( http://www.dataphone.se/~ahmad/991109a.htm
) ”Lagi sekularisme adalah racun” ( http://www.dataphone.se/~ahmad/991110.htm )
”Sekularisme subur di Daulah Pancasila” (
http://www.dataphone.se/~ahmad/991105a.htm ) ”Masih sekularisme adalah racun” (
http://www.dataphone.se/~ahmad/991027a.htm ) ”Sekularisme adalah racun” (
http://www.dataphone.se/~ahmad/991026a.htm )
Kemudian lagi pertanyaan:
”Mengapa dalam pemilu 1999 dan 2004, partai-partai politik Islam baik itu yang
berideologi Islam atau berbasis massa Islam kalah dari partai politik yang
berideologi non-Islam?”
Nah, kalau kita kembali
memperhatikan hasil pemilihan umum tahun 2004, maka akan terlihat dan terbaca
bahwa Golkar dan PDI-P adalah memang partai politik sekuler yang mempunyai
jumlah kursi terbanyak di DPR, misalnya Golkar mendapat 128 kursi dan PDI-P
mendapatkan 109 ditambah dengan PD yang memperoleh 55 kursi. Adapun partai
politik yang berbasis massa ummat Islam seperti PPP yang mendapat 58 kursi, PAN
mendapat 53 kursi, PKB mendapat 52 dan PKS mendapat 45 adalah sebenarnya pada
dasarnya sama juga dengan partai politik sekuler seperti Golkar dan PDI-P,
karena memang bukan Islam yang dijadikan sebagai acuan untuk membangun kumpulan
konsep bersistem yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan partai-partai
politik yang berbasis massa ummat Islam tersebut, melainkan pancasila.
Disamping partai-partai politik
yang berbasis massa ummat Islam adalah pancasila yang dijadikan acuan pembuatan
kumpulan konsep bersistem yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan
partai-partai politik ini, juga partai-partai politik ini terpecah kedalam
bebagai pemahaman dan kebijaksanaan politik masing-masing. Misalnya, PKB dengan
NU-nya jelas tidak mungkin bisa bersatu dengan PAN bersama Muhammadiyah-nya.
Begitu juga partai PKS sampai kiamat tidak mungkin bisa bersatu dengan PKB
bersama NU-nya Abdurrahman Wahid. Juga dengan PPP yang merupakan hasil fusi
sejumlah partai politik Islam yang berasaskan Pancasila sampai kiamat tidak
mungkin bersatu dengan PKB-nya Abdurrahman Wahid dan PAN bersama
Muhammadiyah-nya. Begitu pula dengan Partai Bulan Bintang (PBB) yang ada
dipengaruhi oleh Masyumi sampai kiamat tidak akan bersatu dengan PKB-NU-nya
Abdurrahman Wahid.
Nah, karena memang partai-partai
politik yang berbasis ummat Islam ini lahir karena organisasi massa-nya, maka
akan sulit untuk dipersatukan.
Jadi, selama partai-partai
politik Islam yang berbasis ummat Islam membawakan suara kelompoknya
masing-masing, maka selama itu partai politik sekuler seperti Golkar dan PDI-P
akan terus mendominasi dalam DPR RI.
Hanya, yang bisa dilakukan oleh
partai-partai politik Islam yang berbasis massa ummat Islam adalah melakukan
kerjasama di DPR atau boleh dinamakan membentuk pakta kerjasama ketika
menghadapi persoalan-persoalan yang dianggap penting. Contohnya, ketika Panitia
khusus DPR RI membuat RUU Pemerintahan Acheh, maka fraksi DPR RI dari PKB
bergandengan tangan dengan fraksi DPR RI dari PDI-P untuk memotong dan
memangkas isi MoU Helsinki. Tetapi, misalnya kalau ada suara untuk melakukan
amandemen pasal 29 ayat 1 UUD 1945 agar dikembalikan lagi kepada Piagam
Jakarta, maka serentak hampir seluruh anggota DPR RI menentangnya.
Selanjutnya, pertanyaan : “Apa
implikasi dari kekalahan partai Islam dan pemudaran ideologi politik tersebut
pada massa yang akan datang?”
Akibat dari pemudaran ideologi
politik partai Islam yang bermassa ummat Islam di Indonesia dan
bercerai-berainya partai-partai politik Islam ini akan menyulitkan tegaknya
Islam secara kaffah. Selanjutnya, pengaruh sekularisme makin kuat dalam
kehidupan di RI, sehingga menjadi awan mendung hitam bagi hidup dan
berkembangnya Islam. Islam adalah hanya merupakan agama pribadi dan tidak
diterima sebagai acuan hukum dalam kehidupan berpemerintahan dan bernegara.
Inilah suatu tanda tumbuh dengan suburnya sekulerisme di RI.
Kemudian lagi pertanyaan:
”Upaya-upaya apa yang harus dilakukan oleh partai politik Islam agar ideologi
politiknya berjalan dengan baik?”
Selama yang dijadikan dasar
bangunan dan kumpulan konsep bersistem mengacu pada pancasila yang akan menjadi
arahan dan tujuan untuk kelangsungan hidup partai-partai Islam yang berbasis
massa ummat Islam ditambah partai-partai politik Islam ini tetap membawa
masing-masing kebijaksanaan politik kelompoknya, maka selama itu tidak mungkin
berjalan ideologi politik partai
politik Islam yang berbasis massa ummat Islam berjalan dengan baik.
Disamping itu, kalau kita ingin
membangun dan menegakkan Islam melalui jalur sistem dan konstitusi yang ada
sekarang, maka sulit terwujud. Dikarenakan berdiri dan tegaknya Islam bukan
melalui cara demokrasi yang berlaku sekarang, melainkan harus mencontoh kepada
apa yang telah dicontohkan Rasulullah saw. Artinya, membangun dan menegakkan
Islam dan negara Islam harus diluar sistem yang ada sekarang. Contohnya,
tegaknya Islam dan negara Islam pada mulanya bukan di Mekkah, tetapi setelah
hijrah ke Yatsrib atau Madinah sekarang. Kemudian, setelah berdiri negara Islam
di Yatsrib, baru Mekkah dapat ditundukkan.
Terakhir pertanyaan: ”Apakah ada
makalah atau hasil penelitian tentang hal tersebut, mohon dengan hormat unutk
mengirimkan ke e-mail ini”
Mengenai hasil penelitian
tentang ”upaya-upaya apa yang dilakukan oleh partai politik Islam agar ideologi
politiknya berjalan dengan baik”, Ahmad Sudirman belum menemukannya.
Bagi yang ada minat untuk
menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya
sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya
yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang
Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad
Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita
memohon petunjuk, amin *.*
Wassalam.
Ahmad Sudirman
http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se
----------
Date: Tue, 22 Aug 2006 01:13:39 -0700 (PDT)
From:
Muhammad Yunus your_nose29broer@yahoo.com
Subject: selamat siang
Pak saya mau tanya tentang
masalah politik. Pertanyaanya:
1. Dalam massa reformasi
sekarang ini mengapa ideologi politik dari partai politik Islam atau berbasis
massa Islam cenderung memudar?
2. Faktor-faktor apa yang
menyebabkan memudarnya ideologi politik dari partai politik Islam atau berbasis
massa Islam?
3. Mengapa dalam pemilu 1999 dan
2004, partai-partai politik Islam baik itu yang berideologi Islam atau berbasis
massa Islam kalah dari partai politik yang berideologi non-Islam?
4. Apa implikasi dari kekalahan
partai Islam dan pemudaran ideologi politik tersebut pada massa yang akan
datang?
5. Upaya-upaya apa yang harus
dilakukan oleh partai politik Islam agar ideologi politiknya berjalan dengan
baik?
6. Apakah ada makalah atau hasil
penelitian tentang hal tersebut, mohon dengan hormat unutk mengirimkan ke
e-mail ini
Atas jawabannya saya ucapkan
terimakasih.
Muhammad
Yunus.
your_nose29broer@yahoo.com
Yogyakarta,
Indonesia.
----------