Stockholm, 15 mei 1998.

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

INDONESIA TANAH AIRKU
Ahmad Sudirman
Modular Ink Technology Stockholm - SWEDIA
 

PENDAHULUAN.

Saudara-saudaraku di tanah air.

Duapuluh tahun telah saya tinggalkan negeri indah Indonesia. Bukan karena sudah merasa bosan tinggal dinegeri ini, melainkan karena Penguasa pada waktu itu telah merasa keberatan dan ketakutan atas keberadaan saya. Dengan perasaan yang berat dan hati yang pedih saya tinggalkan tanah air yang tercinta ini.

Negeri pertama yang saya singgahi adalah Mesir. Dengan tujuan memperdalam agama dan bahasa, saya tinggal kurang lebih dua tahun di negeri yang panas dan penuh gairah hidup berlandaskan pancaran Nur Illahi ini. Suka dan duka silih berganti. Gejolak hati dan perasaan rindu saya tumpahkan kedalam bentuk tulisan yang langsung keluar dari hati nurani. Kumpulan buah hati saya padukan dalam cerita dengan judul "Dibawah belenggu rezim Penguasa".

Isi dari curahan hati ini ternyata membuat muka-muka Penguasa di tanah air merah padam. Dengan penuh kemurkaan dan perasaan yang angkuh meminta supaya saya menarik dan mencabut kembali tulisan itu.

Hati nurani tidak mengizinkan untuk menarik kembali jeritan hati yang terkumpul dalam tulisan itu.Pemaksaan dan bujuk rayu mulai berjalan.Penguasa melalui wakilnya yang ada di Cairo meminta supaya saya menyerahkan diri, baik dengan suka rela ataupun dengan terpaksa.Saya tolak dengan langsung pemaksaan dan ultimatum itu.

Dengan perasaan yang angkuh Penguasa meminta agar Penguasa Mesir mengembalikan saya ke tanah air untuk diminta pertanggungan jawab.Untuk melaksanakan permintaan yang sudah sejauh itu, Penguasa Mesir tidak berani bertindak langsung, melainkan saya diminta untuk keluar dari negeri , terserah mau pergi kemana saya suka.

Manusia berbuat makar tetapi Tuhanpun berkehendak lain.Tanpa diduga-duga Penguasa Swedia mengulurkan tangan untuk memberikan kebebasan dan untuk tinggal.
Karena ketidak berhasilan memulangkan saya , Penguasa dengan tanpa perasaan dan pemikiran yang panjang mencabut hak dan warga negara Indonesia dari diri saya.
 

 BELUM ADA KESADARAN BERNEGARA.

Saudara-saudaraku di tanah air.

Sekarang, dua puluh tahun telah berlalu. Penguasa di tanah air masih tetap bertahan dan akan terus mempertahankan kekuasaannya.Pergolakan yang timbul dari kalangan mahasiswa menunjukkan bahwa perasaan dan keinginan yang tertekan sudah tidak boleh dipertahankan lagi.Akibat dari ketamakan dan kerakusan kepada kekuasaan dan kekayaan dari pihak Penguasa yang mengakibatkan keadaan baik ekonomi ataupun politik yang tidak stabil ini.

Dua puluh tahun telah berlalu dengan cepatnya. Namun kesadaraan bernegara, berbakti dan memberikan pelayanan kepada rakyat dari pihak Penguasa belum terlihat dan terbukti. Ini menunjukkan bahwa masih ada dalam jiwa-jiwa Penguasa keinginan dan perilaku yang menjadikan kekuasaan sebagai suatu tujuan hidup.
Sehingga tidaklah heran kalau kita melihat keadaan politik,ekonomi dan sosial tidak seperti yang kita impikan dan idam-idamkan.

Tidaklah menjadi suatu permasalahan yang besar, siapa yang memegang kekuasaan, kalau kita sudah mempunyai kesadaran bernegara yang tinggi. Masing-masing pihak telah mengetahui dan memahami hak dan kewajiban sebagai Penguasa. Kedengarannya ini adalah begitu ideal. Memang, kalau kita melihat,memperhatikan dan menganalisa pergantian kekuasaan dari satu pihak kepihak lain di negeri-negeri yang sudah mempunyai kesadaran bernegara yang tinggi, tidaklah terdengar adanya suatu pertentangan yang hebat yang mengakibatkan ketidaksenangan dan kegoncangan ekonomi,sosial dan politik.

Hampir dua puluh tahun saya berada di negara Eropa. Setiap kali mereka mau mengadakan pemilihan umum, tidaklah terjadi peristiwa-peristiwa yang dahsyat,sebagaimana yang sering terjadi di tanah air.Memang, ada juga beberapa negara Eropa yang masih belum mencapai kesadaran bernegara sebagaimana yang diharapkan. Ini menggambarkan, bahwa pertukaran Penguasa, ideologi, politik dan ekonomi tidak membawa perubahan dan kegoncangan yang besar.

 KEKUASAAN BUKAN UNTUK MENCAPAI KESENANGAN.

Saudara-saudaraku di tanah air.

Bukanlah suatu rahasia lagi di negeri ini. Siapa yang mempunyai kekuasaan, apakah itu tingkat bawah atau atas, maka sudah terbukalah jalan menuju kepada kesenangan dan kemewahan. Keadaan ini mendorong setiap orang untuk berusaha mempertahankan kekuasaan sedapat mungkin. Perilaku ini tercermin dalam kehidupan bernegara. Kekuasaan bukan lagi sebagai suatu alat untuk mengabdi kepada rakyat, melainkan sebagai alat untuk mencapai kesenangan hidup.Dengan keadaan lingkungan yang demikian memberikan pupuk yang subur untuk menumbuhkan orang-orang yang berjiwa dan bermental tamak kepada kekuasaan.

Selama saya berada di negeri Eropa, belum kedengaran dan kelihatan para Penguasa menjadi kaya dan berkehidupan berlebih-lebihan dikarenakan kekuasaannya.Namun banyak yang menjadi jutawan disebabkan maju usahanya. Sehingga timbul pepatah kalau mau menjadi jutawan janganlah menjadi Penguasa namun menjadilah Pengusaha. Ini ternyata benar, dan sudah terbukti.

Akibat lain daripada adanya penyalahgunaan kekuasaan adalah korupsi. Korupsi memang ada hampir disetiap negara, apakah korupsi dalam bentuk yang tidak langsung, seperti menerima hadiah-hadiah sebagai balasan atas pemberian pasilitas, ataukah korupsi yang langsung dengan cara menumpuk kekayaan melalui penggunaan kekuasaan. Dengan timbulnya korupsi ini mengakibatkan terhambatnya projek-projek pembangunan, menurunnya kwalitas hasil pembangunan, atau yang lebih parah lagi terbengkalainya projek-projek pembangunan.
 

 DWI FUNGSI HARUS DIHAPUSKAN.

Saudara-saudaraku di tanah air.

Istilah dwi fungsi sangat bertuah dinegeri ini. Dengan dwi fungsi maksudnya adalah ABRI mempunyai dua tugas. Tugas pertama menjaga keamanan dan ketertiban negara dan tugas kedua adalah memegang kekuasan dan mengatur negara.

Dalam menjaga keamanan dan ketertiban adalah memang tugas yang cocok bagi seorang militar atau polisi, sebagaimana yang terjadi di hampir semua negara. Tetapi tugas sebagai pemegang dan pengatur pemerintahan dan negara adalah sudah menyimpang dari tujuan sebenarnya dari militar atau polisi. Hanya dinegara-negara yang totaliter dan diktatoris yang masih mempunyai militar atau polisi sebagai penguasa negara.Memang kita tidak boleh mengabaikan bahwa militar atau polisi diperlukan untuk memegang kekuasaan, seperti dalam bidang atau kementrian pertahanan, namun bukan untuk semua kementrian atau semua badan pemerintahan.

Di kita istilah dwi fungsi timbul ketika perpindahan dari orde lama kepada orde baru yang memakan berjuta-juta korban.Pihak militar dan polisi diperlukan untuk menjaga keamanan, ketertiban dan sekaligus pemegang kekuasaan. Namun dwi fungsi ini tidak menjadi suatu masalah yang sakti yang tidak boleh dirubah atau diganggu gugat. Sudah masanya sekarang dwi fungsi ABRI dicabut dan ABRI dikembalikan kepada fungsinya yang sebenarnya. Menjaga dan mengatur keamanan negara.

Cobalah kita pikirkan dan renungkan, dari mulai tingkatan bawah sampai kepada tingkatan presiden semuanya adalah dari pihak militar atau polisi. Saya sudah memperhatikan, membaca dan mendengar belum ada satu negara di dunia dalam abad modern ini yang mempunyai aparat pemerintahan dan negara yang hampir kesemuanya ada pihak penguasa militer selain di negeri kita ini.

Kalau dinegara-negara yang maju sudah mulai mengurangi badan militer dan perbelanjan untuk bidang pertahanan, akibat dari menurunnya atau menghilangnya pertentangan perang dingin antara blok barat dan timur, namun dinegara berkembang sebagaimana di negeri kita ini, makin meningkat perbelanjaan untuk pertahanannya.

Ancaman dari pihak luar sebagaimana yang dibesar-besarkan pihak Penguasa sebenarnya sudah tidak masuk aqal. Dahulu sebelum negara-negara komunis jatuh, memang ancaman komunis adalah ancaman yang terbesar, namun sekarang setelah negara-negara itu berjatuhan dan ideologi komunis sudah hampir menghilang dari muka bumi, tidaklah menjadi suatu ancaman besar terhadap pertahanan keamanan dan ideologi di negeri kita.

Kemungkinan besar sekarang pihak Penguasa mengarahkan pertahanan terhadap ancaman dari pihak yang mempunyai ideologi dan agama Islam yang dianggap makin radikal, walaupun sebenarnya ini adalah suatu pemikiran dan analisa yang kurang benar.

Menurut pemikiran saya, musuh utama yang paling besar pada saat sekarang bagi Indonesia adalah kemiskinan dan ketidak merataan kehidupan rakyat. Kemiskinan inilah yang menjadi bumerang dan sumber ketidak puasan dan pelampiasan nafsu untuk memberontak dan membuat kekacauan.

Kalau kita perhatikan sebagian besar penduduk Indonesia masih berada dibawah garis kemiskinan. Mereka tidak menuntut banyak kepada pihak Penguasa atau pihak pengusaha, selain menuntut asap dapurnya tetap mengepul setiap hari. Ini artinya jaminan untuk kehidupan sehari-harinya harus terjamin.
 

 JAMINAN KERJA UNTUK SETIAP RAKYAT.

Saudara-saudaraku di tanah air.

Walaupun saya berada jauh dari tanah air, namun berita-berita mengenai kemiskinan, pengangguran, pemberhentian, manipulasi dan situasi dalam pekerjaan tetap mengalir keluar, baik melalui surat kabar, lewat internet (on line) atau lewat televisi. Jadi apa saja yang terjadi di tanah air sampai juga ke peloksok dunia.

Selama Penguasa tidak atau belum mampu menangani masalah pengangguran dan ketidak merataan pekerjaan, selama itu ancaman besar tetap berlangsung. Berapa banyak rakyat yang pergi keluar negeri baik secara jelas atau secara gelap untuk mencari sesuap nasi. Bagaimana keadaan pekerja-pekerja Indonesia yang berada dinegara-negara tetangga kita. Berapa banyak pekerja-pekerja yang gelap yang dipulangkan kembali dari negara-negara tetangga. Ini semua, disebabkan karena Penguasa Indonesia tidak atau belum sanggup memberikan kesejahteraan hidup sebagaimana digembar-gemborkan dalam semboyan hidup Pancasila.

Rakyat, sebagaimana rakyat-rakyat dinegara lain adalah sama. Mereka perlu hidup layak, sejahtera, berkeluarga, hidup cukup. Selama belum terpenuhi itu semua, selama itu rakyat akan menuntut. Mereka tidak mau hanya janji-janji saja, sebagaimana dijanjikan sewaktu mau mengadakan pemilihan umum saja.

Bagi penduduk yang sudah mendapatkan kehidupan yang layak, baik dari segi ekonomi ataupun pendidikan, mereka masih ada yang dituntut yaitu kebebasan dalam politik, bersuara, agama, ideologi, ekonomi dan sosial. Sebagaimana yang terjadi sekarang ini, dimana pihak mahasiswa dan kaum cendekiawan menuntut hak kebebasan politik, ideologi, demokrasi, pemberantasan korupsi, meminta supaya presiden turun dsb.
Ini semua adalah suatu hal yang wajar. Bukan sesuatu hal yang mengancam pemerintahan dan negara. Penguasa sekarang menganggap kejadian itu adalah sesuatu perbuatan yang extrim, mengganggu ketertiban dan keamanan, pengrusakan dan pembangkangan.
 
Sebagaimana yang sudah saya tulis diatas, kalau seandainya Penguasa sudah mempunyai kesadaran bernegara yang tinggi, kejadian-kejadian seperti yang sekarang terjadi tidak akan mungkin berlangsung, karena semua pihak merasa lega dan puas.
 

 PEMERATAAN EKONOMI UNTUK SEMUA PIHAK.

Saudara-saudaraku di tanah air.

Selama lebih dari tiga puluh tahun, Penguasa yang sama belum mampu mencapai apa yang didamba-dambakan oleh seluruh rakyat. Negara bukan menjadi aman sejahtera, melainkan sebaliknya. Kemerosotan ekonomi yang terjadi sekarang ini, bukanlah suatu hal yang terjadi dengan sendirinya, melainkan akibat dari ekonomi dan politik yang dijalankan oleh Penguasa. Ekonomi yang diatur oleh segelintir orang, kekayaan yang dimiliki oleh secuil orang, pemerataan pendapatan yang tidak seimbang, pengangguran yang tinggi, permainan pasar uang yang tidak terkontrol.

Ekonomi terpimpin yang dijalankan Penguasa tidak memberikan hasil yang diharapkan, melainkan kemerosotan dan ketidak merataan. Selama masalah ekonomi belum terpecahkan dan terlaksana dengan adil siapapun yang memegang kekuasaan tidak akan memberikan hasil yang baik.

Perubahan yang besar harus dilakukan dalam bidang ekonomi. Pelaksanaan yang jujur dan bersih. Semua rakyat dilibatkan, bukan hanya sekelompok kecil atau golongan kecil saja. Kepentingan bersama didahulukan, kepentingan perseorangan dikebelakangkan.

Ketamakan, kerakusan dan keinginan untuk mendapatkan kesenangan yang cepat harus diberantas dan dihilangkan dari diri. Kepentingan untuk kesejahteraan rakyat harus dilaksanakan dan digalakkan*.*

Stockholm, 15 mei 1998.

Wassalam.

Ahmad Sudirman