Stockholm, 13 Oktober 1999

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

LIM: KRITIK BUAT AHMAD SUDIRMAN
Ahmad Sudirman
XaarJet Stockholm - SWEDIA.

 

Jawaban untuk Saudara Lim.

Pada tanggal 8 dan 12 Oktober 1999 saudara Lim yang beralamat di hedrich@public.xm.fj.cn telah menyampaikan tanggapan dan pertanyaannya langsung kepada saya.

Dalam tulisan hari ini, saya ambilkan judulnya dari apa yang dijadikan subject oleh Saudara Lim yaitu, "Kritik buat Ahmad Sudirman". Dimana saya salinkan kembali apa yang telah ditulis dan ditanyakan Saudara Lim tersebut. Dibawah ini hasil buah pikiran saudara Lim:

"Sdr Ahmad Sudirman. Mengapa anda selalu meminta tanggapan orang lain, terhadap tulisan anda. Tetapi setelah ditanggapi/komentar, anda sendiri menutup diri anda, kalau boleh saya bilang, anda cuma bertukar pikiran dengan orang-orang yang satu pikiran dengan anda.

Sebenarnya apa yang Anda cari di negara barat sana sich ? Kalau impian Anda ingin membangun negara Islam, bukankah sebaiknya Anda bergabung/tinggal di negara arab, membangung kekuatan untuk mewujutkan negara islam seperti impiaan Anda. Saya akan sangat kagum sekali kepada Anda, apabila anda benar-benar berani menentang rezim militer di Indonesia, sama seperti apa yang telah dilakuka oleh Xasana Gusmao dari Timor-Timur. Perjuangan beliau benar-benar panjang sekali. 6 (enam) tahun dipenjara bukan waktu yang singkat.

Bukankah kita lihat kenyataan sekarang, bahwa rakyat Aceh memang benar-benar tertindas oleh rezim militer. So..waktu buat Anda untuk memulai perjuangan ini. Maaf kalau saya boleh bicara, bukan hanya bersembunyi dibalik computer dan Internet, bicara panjang lebar, analisa kiri-kanan, bla...bla...bla...bla... Mungkin terasa enteng sekali buat anda menulis atau menganalisa persoalan negara pada saat sekarang ini, karna memang waktu buat anda banyak sekali, Disamping itu anda tinggal beribu-ribu mil dari propinsi Aceh. Pada saat anda menganalisa kiri-kanan, berapa rakyat aceh yang mati atau tersiksa. Inikah perjuangan Anda kepada Rakyat Aceh...? (Lim, 8, 12 Oktober 1999).

Terimakasih saudara Lim.

Kalau saudara Lim perhatikan, hampir kebanyakan pendapat, pikiran, tanggapan yang sampai kepada saya dan saya tanggapi adalah tidak satu atau sama pikiran dengan saya.

Justru disinilah pentingnya adanya diskusi, dialog, debat dengan berbagai macam pikiran, pendapat, argumen untuk menuju kepada kebersamaan dan saling pengertian.

Nah, dari diskusi, pembicaraan, dialog dan perdebatan mengenai masalah Daulah Islam Rasulullah, Undang Undang Madinah, Pemerintahan Islam, Hukum Islam ini adalah dalam rangka memasyarakatkan kepada kaum muslimin, yang tentu saja terbuka untuk kaum non muslim untuk sama-sama membicarakannya dalam rangka saling harga menghargai dan hormat menghormati. Bukan saling hina-menghina, ejek-mengejek atau rendah-merendahkan. Tetapi untuk saling mengetahui bahwa masing-masing agama yang kita anut adalah bukan untuk dijadikan dasar argumen untuk menghancurkan agama lain atau menghilangkan agama lain, melainkan harus dijadikan sebagai jalan pemecahan untuk menyelesaikan masalah-masalah baik yang menyangkut pribadi, masyarakat, organisasi, pemerintahan, negara, sosial, ekonomi, politik, teknologi dsb.

Karena itu tidak benar kalau saudara Lim mengatakan bahwa "anda cuma bertukar pikiran dengan orang-orang yang satu pikiran dengan anda".

Jadi, saya selalu terbuka untuk bertukar pikiran yang sehat. Adapun kalau ada tanggapan, pikiran, pertanyaan yang masuk kepada saya, kemudian saya belum bisa menjawabnya, maka itu bukan berarti bahwa saya tidak mau menanggapinya atau menjawabnya, melainkan saya tunda dan menungggu saat yang baik untuk menjawabnya. Karena banyak hal yang kalau saya jawab kurang tepat dan belum waktunya.

Nah sekarang, apa yang dipertanyakan saudara Lim: "Sebenarnya apa yang Anda cari di negara barat sana sich ? Kalau impian Anda ingin membangun negara Islam, bukankah sebaiknya Anda bergabung/tinggal di negara arab, membangung kekuatan untuk mewujutkan negara islam seperti impiaan Anda".

Jawaban saya adalah, dimanapun tinggal dan hidup itu semua adalah bumi Allah, "...Orang-orang yang berbuat baik didunia ini memperoleh kebaikan: dan bumi Allah itu adalah luas..."(Az Zumar: 10). "...Para Malaikat berkata: Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?...."(An Nisaa' : 97)

Jadi, apa yang saya cari di negeri sana itu, adalah karena dimanapun bumi Allah, dan karena untuk beribadah, bertaqwa dan mencari ridha Allah. Ditambah, karena 18 tahun yang lalu saya bersitegang dengan rezim Soeharto mengenai ideologi pancasila, Daulah Islam, hukum Islam, pemerintahan Islam, sehingga saya terpaksa harus keluar dari salah satu negara Arab (waktu itu saya tinggal di Mesir). Dimana Mesir waktu itu ada dibawah regim Anwar Sadat yang juga hampir sama dengan Indonesia yang ada di bawah Regim Soeharto pada waktu itu yang sungguh menentang kepada konsep Daulah Islam Rasulullah. (Insya Allah kalau sudah waktunya akan saya kembali ke Indonesia). Kemudian, ditempat tinggal saya sekarang, ada kurang lebih 300 000 kaum muslimin dari jumlah sekitar 8 juta penduduk seluruhnya, artinya kurang lebih 3.75 persen dari seluruh penduduk adalah kaum muslimin. Walaupun masih minoritas, tetapi, Insya Allah, lambat laun akan meningkat.

Karena itu, dimanapun tinggal dan hidup, bukan hanya di negeri-negeri arab, atau dinegeri-negeri yang mayoritas penduduknya kaum muslimin saja berkewajiban memasyarakatkan Daulah Islam Rasulullah, pemerintahan Islam, Hukum Islam, konstitusi Islam yang bersumberkan kepada Al Quran dan Sunnah, tetapi juga dimanapun, berkewajiban bagi seorang muslim untuk tetap menegakkan apa yang telah diperintahkan Allah dan dicontohkan Rasul-Nya.

Tentang Xasana Gusmao dari Timor-Timur, beliau memang berjuang menurut ideologinya dan ternyata berhasil dihadapan pandangan manusia rakyat Timor-Timur. Tetapi saya tetap berjuang dengan mencari ridha Allah dengan jalan apa yang telah diperintahkan Allah dan dicontohkan Rasul-Nya Muhammad saw.

Sedangkan mengenai perjuangan rakyat Aceh saya telah mengupasnya dalam tulisan-tulisan yang lalu. Diataranya:

Membangun kembali satu Daulah Islam Rasulullah yang berpusat apakah di Sunda, di Makasar, di Riau, di Lampung, di Padang atau di Aceh, jadi bukan membangun Daulah Kesukuan yang bercerai-berai ( http://www.dataphone.se/~ahmad/990408.htm ).

Penyelesaian Aceh ditinjau dari UUM
( http://www.dataphone.se/~ahmad/990728.htm ).

Aceh akan menjadi pusat DIR
( http://www.dataphone.se/~ahmad/990917.htm ).

Adapun tentang militer atau TNI di Indonesia sekarang sebenarnya kalau seluruh rakyat termasuk didalamnya anggota legislatif MPR/DPR tidak setuju TNI aktif dan terlibat langsung dalam politik dan pemerintahan (dwifungsi), maka TNI atau ABRI akan kembali ke tangsinya masing-masing, sebagaimana terjadi disebagian besar negara-negara di dunia lainnya.

Karena itu, yang jadi masalah adalah, bukan TNI atau ABRI-nya, yang menjadi masalah adalah sistem dwifungsi ABRI yang menjadi bumerang dan politik regim Soeharto dan regim BJ Habibie dengan Wirantonya yang menggunakan dwifungsi ini untuk membuka jalan menuju tujuan politik regim.

Kalau dwifungsi dicabut, militer kembali ke tangsinya, kebijaksanaan politik bukan ditunjang oleh kebijaksanaan militer, maka tidak perlu TNI atau ABRI ditakuti. Karena dinegara-negara yang tidak menjadikan militer sebagai suatu fungsi ganda, atau yang dikenal dengan dwifungsi, tidak ada penekanan-penekanan yang dilakukan oleh pihak militer.

Jadi sebenarnya untuk melawan TNI atau ABRI adalah dengan adanya kekompakan dari seluruh rakyat dan seluruh anggota legislatif MPR/DPR untuk mencabut dwifungsi ABRI. Tentang dwifungsi ini telah saya singgung pada tulisan "Keluar dari sarang Aidit masuk lubang Suharto tembus kubu Mega" ( http://www.dataphone.se/~ahmad/991001.htm ).

Nah kesimpulannya adalah, dimanapun tinggal dan hidup itu semua adalah bumi Allah, "...Orang-orang yang berbuat baik didunia ini memperoleh kebaikan: dan bumi Allah itu adalah luas..."(Az Zumar: 10). "...Para Malaikat berkata: Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?...."(An Nisaa' : 97).

Dan siapapun tanpa memandang suku, ras, bangsa, nasionalitas, apabila mereka itu mempunyai visi membangun persatuan dengan berlandaskan keadilan, amanah dan perdamaian yang bertujuan untuk beribadah, bertaqwa dan mengharap ridha Allah SWT dengan misi membangun kembali satu masyarakat muslim dan non muslim didalam satu kekuasaan pemerintahan Islam dimana Allah yang berdaulat, yang menerapkan musyawarah dan menjalankan hukum-hukum Allah dengan adil dalam naungan Daulah Islam yang berdasarkan akidah Islam dengan konstitusi yang mengacu kepada Undang Undang Madinah yang tidak mengenal nasionalitas, kebangsaan, kesukuan dan ras, maka saya dukung.

Inilah sedikit jawaban saya untuk saudara Lim.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se