Stockholm, 8 Januari 2001

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

ORANG SESAT LAGI BUTA-HATI
Ahmad Sudirman
XaarJet Stockholm - SWEDIA.

 

ORANG SESAT LAGI BUTA-HATI COBA MEMUTAR BALIKKAN AL-QUR'AN

Kalaulah orang yang meng-atasnamakan dirinya Sesat dengan IP-adresnya : 203.130.212.6 dan e-mail adresnya : sesat@columnist.com yang berdomisili di Bandung Jawa Barat ini orang non-muslim yang tidak mengenal secara mendalam mengenai Islam, maka saya tidak perlu meng-gubrisnya, tetapi karena tulisannya (dilampirkan dibawah) yang sengaja dikirimkan ke saya dan juga disebarluaskan ke alamat e-mail lainnya berisikan ulasan-ulasan ayat Al-Qur'an tanpa melalui saringan pikiran dan ilmu yang mendalam tentang Islam, maka perlu saya luruskan.

Memang si Sesat ini sengaja untuk mempermainkan dan mencoba mengulas ayat-ayat Al-Qur'an yang menurut dirinya bertujuan untuk membukakan mata hati dan pikiran agar terbebas dari fanatisme buta yang telah membelenggu. Padahal sebenarnya niatnya itu bertentangan dengan apa yang menjadi tujuannya itu. Karena terbukti dari hasil ulasannya itu bukan suatu hal yang memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa serta menggambarkan keagungan ayat-ayat suci yang diturunkan Allah SWT, melainkan ulasan-ulasan yang menunjukkan kedangkalan, kepicikan dan ketidak tahuan tentang Islam.

Disini saya menyarankan kepada Sesat sebaiknya daripada menghabis-habiskan waktu untuk mengutak-atik dan membolak-balik terjemahan ayat-ayat Al-Qur'an dalam bahasa Indonesia yang sempit tanpa bekal ilmu Islam yang banyak lebih baik gunakan hidupmu untuk belajar menggali ilmu agama yang kamu anut sekarang atau belajar ilmu-ilmu yang lain yang berguna.

Dibawah ini ada beberapa pelurusan dari apa yang di-ulaskan si Sesat.

Allah SWT itu Maha Besar, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Semuanya itu merupakan sifat-sifat Allah yang tidak sama dengan sifat-sifat manusia. Jadi kalau Allah menggunakan kata ALLAH, RAB, KAMI, AKU, RAHMAN, RAHIM itu semuanya merupakan pengertian untuk sifat-sifat Allah yang tidak ada persamaanya dengan pengertian sifat-sifat aku, kami, pemurah dan penyayang-nya manusia.
 
"Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala ummat".(Al-Baqarah, 2: 47).

Justru disini kita mendapat gambaran dalam ayat sebelumnya (2: 40-42) bahwa Allah SWT telah melebihkan Bani Israel yang merupakan keturunan dari Nabi Yaqub putra dari Nabi Ibrahim yang banyak lahir Nabi-Nabi dari keturunan Nabi Yaqub ini. Ini merupakan suatu penghargaan dan kelebihan dari Dari Allah SWT yang diberikan kepada Bani Israel selama Bani Israel ini ingat kepada ni'mat Allah, memenuhi janji kepada Allah, beriman kepada Kitab yang diturunkan Allah (Al Qur'an) yang membenarkan apa yang ada pada (Taurat), jangan kafir kepada Allah, jangan menukar ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, jangan mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, jangan sembunyikan yang haq itu. Tetapi kalau tidak, "...Lalu ditimpakan kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah..."(Al-Baqarah, 2: 61)
 
"Dan di antara mereka ada yang buta huruf; tidak mengetahui Al-Kitab (Taurat), kecuali kebohongan belaka dan mereka hanya menduga-duga". (Al-Baqarah, 2: 78)

Ayat ini tidak ada hubungannya dengan sahabat-sahabat Rasulullah saw yang dimintakan untuk menyusun kembali kumpulan-kumpulan ayat-ayat Al-Qur'an yang juga telah dihapal diluar kepala oleh para sahabat yang langsung dibimbing dan dituntun oleh Rasulullah saw. Sampai sekarang berapa juta umat Islam yang ada diseluruh dunia yang hapal diluar kepala baik sebagian atau semua isi Al-Qur'an.

Justru yang merusakkan adalah mereka yang tidak memahami secara mendalam Al-Qur'an kemudian mencoba untuk mengulasnya dengan dasar pikiran yang kosong seperti si Sesat ini. Dan inilah yang digambarkan ayat Al-Baqarah, 2: 78 diatas.

"... dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mu'jizat) kepada Isa putra Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul-Qudus...(Al-Baqarah, 2: 87)

Ayat ini menunjukkan bagaimana Allah SWT memberikan muäjizat kepada Nabi Isa yang lahir tanpa Bapak yang diperkuat dengan Ruhul-Qudus. Disinilah kebesaran Allah SWT dengan memberikan gambaran kepada umat-Nya bahwa Nabi Isa lahir tanpa Bapak yang diperkuat dengan Ruhul-Qudus. Pengertian Ruhul-Qudus ini yang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat yaitu ayat yang kurang terang dan kurang jelas artinya, sehingga dari ayat yang mutasyaabihaat ini melahirkan pendapat yang berlain-lainan, karena perbedaan cara memahaminya. Karena itu lahirlah beberapa pendapat dari para mufassirin (penfasir), tetapi sebagian besar para penafsir atau jumhur mufassirin berpendapat bahwa Ruhul-Qudus itu adalah Malaikat Jibril.

"Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah..."(Al-Baqarah, 2: 115)

Ayat ini menerangkan bahwa "disitulah wajah Allah" adalah betapa besarnya kekuasaan Allah SWT, kemanapun kita menghadap disitulah akan berhadapan dengan Allah SWT. Dan ayat ini memperkuat ayat lainnya (Al-Baqarah, 2: 142-145)
yang menerangkan perihal pemindahan kiblat kaum muslimin dari menghadap ke Baitul Makdis pindah menghadap ke Masjidil Haram di Mekkah. Dalam soal pemindahan Kiblat ini bukan arahnya yang penting, karena timur dan barat semuanya kepunyaan Allah, melainkan sebagai suatu ujian dari Allah SWT kepada kaum muslimin siapa yang mengikuti Rasulullah saw dan siapa yang membangkang. Dan sesungguhnya akhli Kitab mengetahui bahwa menghadap ke Masjidil Haram adalah benar dari Tuhannya.

"Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (Al-Baqarah, 2: 132)

Ayat ini memberikan keterangan bahwa Nabi Ibrahim telah mewasiatkan kepada anak-anaknya bahwa janganlah kalian mati kecuali tetap berada dalam "...tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam" (Al-Baqarah, 2: 131) atau seperti yang dijanjikan Nabi Ibrahim yaitu "..aslamtu lirabbill'alamiin" (aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam).

Jadi agama yang diajarkan Nabi Ibrahim itu adalah agama yang mengharuskan manusia tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam. Atau Istilah lainnya adalah harus Islam.

Tentang Qishaash yaitu yang berarti mengambil pembalasan yang sama. Dalam surat (Al-Baqarah, 2: 178) dijelaskan qishaash berkenaan orang yang dibunuh, dimana orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, wanita dengan wanita. Kemudian kalau ada dari keluarga yang dibunuh itu memaafkan orang yang membunuh, maka hendaklah yang dimaafkan itu membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik. Yang demikian itu justru suatu keringanan dari Allah SWT.

Jadi disini berlaku itu pembayaran (diat) kepada keluarga yang dibunuh kalau memang ada pemaafan dari keluarga siterbunuh, tetapi kalau tidak ada maaf, maka hukum qishaash yang berlaku.

Karena itu dalam Islam tidak ada seenaknya main bunuh. Kalau seseorang membunuh, maka berlaku qishaash, kalau tidak dimaafkan oleh keluarga siterbunuh.
 
Inilah sedikit pelurusan terhadap ulasan-ulasan yang dibuat oleh si Sesat.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se

-----------------------

Date: Fri, 5 Jan 2001 22:20:23 -0500 (EST)
From: Si  Sesat <sesat@columnist.com>
To: apakabar@radix.net
Subject: ULASAN SURAT-SURAT AL-QURAN ALA SI SESAT (1)
Cc: grunt9@hotmail.com, bolek@telkom.net, ahmad@dataphone.se

Terima kasih atas predikat "kedunguan" yang saya terima karena e-mail saya yang sebelumnya. Berikut ini akan saya ulas isi kandungan Al-Quran. Ulasan ini saya buat seobyektif mungkin berdasarkan ilmu pengetahuan yang saya miliki. Tujuan dari penulisan ulasan ini adalah agar mata hati dan pikiran kita terbuka sehingga kita terbebas dari fanatisme buta yang telah membelenggu kita selama bertahun-tahun. Bagi anda semua yang merasa bisa untuk menerima kenyataan yang saya ungkapkan, silakan anda teruskan membaca. Tetapi bila tidak, jangan diteruskan dan anggap saja tidak pernah melihat tulisan ini.

SURAT AL-BAQARAH :

--##--
Ayat 23 :
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Quran yang KAMI wahyukan kepada hamba KAMI ..., dst

Ayat 30 :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat : "Sesungguhnya AKU hendak menjadikan ...", dst

Ulasan : Ada ketidak-konsistenan yang dilakukan oleh Allah dalam menyebut diri-Nya sendiri. Ada kala Allah menggunakan KAMI dan ada juga digunakan AKU. Adalah hal yang aneh bila yang diyakini sebagai Yang Maha Benar dan Maha Sempurna bisa melakukan kesalahan yang sedemikian rupa meskipun itu kecil.

--##--
Ayat 47 :
Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala ummat. Pada catatan kaki yang menjelaskan ayat tersebut tertulis : Bani Israil yang telah diberi rahmat oleh Allah dan dilebihkannya dari segala ummat ialah nenek moyang mereka yang berada di masa Nabi Musa a.s.

Ulasan : Dengan demikian ayat itu juga menjelaskan bahwa Bani Israil sesudah masa Nabi Musa a.s, termasuk didalamnya Bani Israil di masa Nabi Daud dan Nabi Sulaiman sudah tidak mendapatkan rahmat dari Allah. Padahal kejayaan Bani Israil justru mencapai puncaknya pada saat pemerintahan Nabi Daud yang disusul pada masa pemerintahan Nabi Sulaiman, yang notabene mempunyai jarak waktu yang cukup jauh dengan masa Nabi Musa a.s. Di Al-Quran sendiri dituliskan betapa megahnya istana yang didiami oleh Nabi Sulaiman hingga menimbulkan kekaguman pada Ratu Balqis dari negeri Saba. Fakta ini sangat bertentangan dengan ayat di atas. Pada masa Nabi Musa a.s Bani Israil malah sering melakukan pelanggaran terhadap hukum Allah, termasuk melakukan penyembahan patung sapi.  Bahkan karena pelanggaran yang dilakukannya, Bani Israil membutuhkan waktu yang sangat lama untuk tiba di tanah yang dijanjikan oleh Allah. Ada kesan bahwa penjelasan itu dibuat agar timbul anggapan Allah telah meninggalkan Bani Israil. Selain itu, penjelasan tersebut tidak merujuk ke surat-surat yang lain.

--##--
Ayat 78 :
Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al-Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga.

Ulasan : Hal yang sama juga terjadi pada masa-masa awal berdirinya agama Islam. Sehingga ada kemungkinan terjadi salah kutip dan kesalahan-kesalahan lainnya dalam menyusun Al-Quran.

--##--
Ayat 87 :
... dan telah kami berikan bukti-bukti kebenaran kepada Isa putra Maryam dan kami memperkuatnya dengan Ruhul-Qudus.

Pada catatan kaki ayat ini tertulis : Menurut jummur mujassirin bahwa Ruhul-Qudus itu adalah malaikat Jibril.

Ulasan : Tidak ada ayat dalam surat-surat lainnya di Al-Quran yang menyebutkan bahwa Ruhul-Qudus adalah Jibril. Perhatikan kalimat "Menurut jummur mujassirin". Hal itu menunjukkan bahwa kesimpulan yang telah diambil mengenai siapa atau apa sebenarnya Ruhul-Qudus itu bukan berasal dari wahyu Allah, melainkan dari hasil pemikiran manusia.

--##--
Ayat 115 :
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah.Pada catatan kaki tertulis : Ath thabari menyebutkan bahwa ayat ini diturunkan saat ada sekelompok ummat sedang kebingungan menentukan arah kiblat.

Ulasan : Sama seperti ayat 87, catatan kaki untuk ayat ini juga didahuli dengan "Ath thabari menyebutkan ....". Ada kemungkinan bahwa ayat ini lemah, atau bisa juga bahwa aturan arah kiblat yang dipakai merupakan ayat lemah. Hal ini semakin didukung oleh fakta bahwa pada awal mulanya Muhammad mengambil Baitul Maqdis sebagai kiblat yang pertama, padahal pada saat itu Islam belum mencapai tanah Palestina. Tidak dijelaskan alasan mengambil Baitul Maqdis sebagai kiblat yang pertama. Baru setelah belasan tahun kemudian kiblat diubah ke arah Masjidil Haram. Alasan yang masuk akal mengenai peristiwa ini adalah : Muhammad ingin menunjukkan bahwa Islam sejalan dengan agama Yahudi yang sedang berpengaruh saat itu (dalam beribadah orang Yahudi menghadap arah Yerusalem karena di sana terdapat Tembok Ratapan - red) terutama pada saat awal agama Islam disebarkan mengingat pengikutnya belum banyak. Setelah kuat dan banyak pengikutnya, arah kiblat diubah ke arah Masjidil Haram dengan tujuan untuk menarik perhatian kaum Jahilliyah yang pada saat itu masih menyembah berhala mengingat sebelumnya Ka'bah digunakan oleh kaum Jahilliyah pemuja berhala sebagai tempat beribadah.

--##--
Ayat 132 :
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub : "Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".

Ulasan : Sungguh hal yang tidak masuk akal bila Ibrahim dan Ya'qub, yang hidup beribu-ribu tahun sebelum lahirnya Muhammad, sudah mengenal kata "Islam". Bila ayat ini memang benar, maka siapakah Nabi yang membawa agama Islam, Ibrahim atau Muhammad atau seseorang yang hidup sebelum masa Ibrahim?

--##--
Ayat 178 yang pada intinya Qishaash tidak dilakukan bila diganti dengan diat (ganti rugi atas tindakan kejahatan).

Ulasan : Bagaimana mungkin Allah menurunkan hukum yang sangat tidak adil ini. Disebutkan bahwa bila seseorang membunuh orang lain, maka untuk mengurangi dosa yang dia buat maka ia harus membayar diat kepada ahli waris korban. Hal ini sama dengan aturan yang dikeluarkan oleh Gereja di Eropa pada abad pertengahan yang mengeluarkan aturan bahwa dosa bisa dikurangi dengan membayar sejumlah uang. Adalah sangat menjijikkan bahwa nyawa manusia, yang adalah ciptaan Allah yang paling mulia, bisa dinilai dengan uang, yang adalah ciptaan manusia. Bagaimana jika seorang yang sangat kaya membunuh seorang miskin. Yang terjadi adalah si kaya bisa membayar sejumlah uang kepada ahli waris si miskin agar si kaya tidak dijatuhi qishaash dan "dosanya dikurangi". Hukum ini selain tidak adil juga tidak manusiawi dan biadab dan jelas bahwa hukum ini tidak diturunkan oleh Allah serta tidak universal.

--##--

Nanti akan saya tulis juga ulasan-ulasan tentang surat yang lainnya. Semoga ulasan saya ini bermanfaat.

Peace,

Si Sesat