Stockholm, 1 Oktober 2002

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

TNI MESTI DIRASIONALISASI
Ahmad Sudirman
XaarJet Stockholm - SWEDIA.

 

TUBUH STRUKTUR ORGANISASI TNI YANG PENUH BIROKRASI DAN TIDAK EFISIEN

Kejadian saling bunuh antara anggota Lintas Udara TNI AD yang bermarkas di Namu Sira-Sira, Langkat dibawah Komando Daerah Militer I Bukit Barisan dengan anggota Polres Langkat karena adanya anggota Linud yang ditahan Polres Langkat terlibat tindak pidana menurut Undang-undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika pada hari Sabtu, 28 September 2002 yang lalu adalah merupakan akibat sampingan dari keadaan tubuh struktur organisasi TNI yang sudah harus dirasionalisasikan untuk mencapai tingkat efisiensi kerja, penghematan tenaga dan penggunaan biaya yang rendah.

Kalau kita perhatikan dan telusuri tubuh struktur organisasi TNI lewat Markas Besar TNI ini adalah betul-betul seperti masuk kedalam hutan rimba yang lebat yang kalau tanpa membawa kompas alat penunjuk jalan akan sesat dibuatnya.

Tubuh struktur organisasi Mabes TNI ini adalah merupakan hasil penerapan konsepsi Wawasan Nusantara ciptaan rezim diktator militer Soeharto selama 32 tahun yang sudah digulingkan 4 tahun yang lalu.

Memang kalau sepintas dilihat tubuh struktur organisasi Mabes TNI ini bagai barisan tentara yang rapi dan siap bergerak untuk menyerbu lawan atau siap menghadang gempuran lawan, tetapi kalau diteliti secara mendalam maka akan terbukalah bahwa sebenarnya tubuh struktur organisasi Mabes TNI ini benar-benar keropos dan penuh dengan benturan meja birokrasi.

Coba saja telusuri dimulai dari jalur pintu masuk Panglima TNI kemudian masuk kepintu Tingkat Mabes TNI yang berisikan 30 kamar dari mulai kamar Inspektorat Jenderal & Perbendaharaan TNI sampai kepada kamar Pusat Pembinaan Mental TNI. Setelah itu baru masuk kepintu Tingkat Angkatan yang berisikan 3 kamar yang masing masing kamarnya dihuni oleh TNI AD, TNI AL dan TNI AU. Selanjutnya turun kebawah kepintu Tingkat Komando Utama Operasi.

Nah, baru saja keliling ruangan yang berisikan tiga puluh kamar sudah tersesat bagaikan masuk kedalam perangkap labirin. Apalagi kalau terus masuk kepintu kamar Tingkat Angkatan dimulai dari kamar TNI AD, terus ke kamar TNI AL dan diakhiri ke kamar TNI AU, maka sudah dijamin tidak akan bisa keluar lagi. Kamar TNI AD saja sudah bagaikan hutan lebat yang tidak pernah dijamah manusia.

Coba kita telusuri kamar hantu pohon beringin TNI AD ini yang memiliki 41 kamar. Dimulai dengan Tingkat Mabes AD yang memiliki 4 tingkatan eselon, eselon pimpinan yang diduduki oleh KASAD dan Wakilnya. Eselon pembantu pimpinan yang mengisi 11 kamar. Eselon pelayanan yang memenuhi 3 kamar. Eselon pelaksana yang berdesak-desak di 25 kamar. Kemudian diteruskan ketingkat bawah yaitu tingkat Komando Utama yang dipenuhi oleh 3 kamar yang diisi oleh KOSTRAD, KOPASSUS dan KODAM.

Nah ini baru sampai ke tingkat KODAM saja, belum lagi turun ke KOREM, KODIM, KORAMIL, BABINSA yang ada diseluruh negara sekular pancasila, maka belum selesai terjelajahi sudah keburu tua. Apalagi kalau sudah masuk ke pintu gerbang KOSTRAD dan diteruskan ke pintu KOPASSUS, memang betul-betul akan tersesat.

Selanjutnya kalau kita masuki itu pintu kamar hantu ikan duyung TNI AL, maka akan ditemukan 39 kamar. Diawali dengan tingkat Mabes AL yang memiliki 4 tingkat eselon. Eselon pimpinan diduduki oleh KASAL dan Wakilnya. Eselon Badan Pimpinan yang berdesak-desak di 9 kamar. Eselon Pelaksana Staf yang memenuhi 3 kamar. Eselon Pelaksana Pusat yang berjubel di 23 kamar. Kemudian diteruskan ke Tingkat Komando Utama yang memilki 3 tangga tingkatan. Tingkat tangga Komando Utama Fungsional yang diduduki Komando Pendidikan TNI AL. Kemudian tingkat tangga Komando Utama Pembinaan yang dijejali Korps Marinir, dan tingkat tangga Komando Utama Pembinaan dan Operasi yang memilki 3 kamar yang dihuni oleh Komando Armada Wawasan Barat, Komando Armada Wawasan Timur dan Komando Lintas Laut Militer.

Coba bayangkan, bagaimana diktator militer Soeharto menerapkan dan menjalankan konsepsi Wawasan Nusantaranya. Memang benar-benar TNI ini dijadikan sebagai kacung-kacung bukan saja bergerak di bidang pertahanan melainkan juga bergerak disegala bidang sampai berjubel memenuhi puluhan kamar yang setiap kamarnya disekat dengan dinding birokrasi dengan meja-meja tempat membicarakan proyek, bisnis dan becking.

Seterusnya kita jelajahi itu hantu udara TNI AU yang tidak kalah oleh hantu pohon beringin TNI AD dan hantu ikan duyung TNI AL. Hantu udara TNI AU inipun tidak kalah birokrasinya. Dimulai dengan Tingkat Mabes AU yang memiliki 4 tingkatan eselon. Eselon pimpinan dibawah KASAU dan Wakilnya. Eselon Badan Pimpinan Staf yang berjejal di 9 kamar. Eselon Pelaksana Staf yang berdesak di 3 kamar. Eselon Pellaksana Pusat yang berdesakan di 22 kamar. Seterusnya Tingkat Komando Utama yang memiliki 3 tingkat tangga. Tingkat tangga Komando Utama yang memiliki 2 staf yaitu Komando Pendidikan TNI AU dan Komando Pemeliharaan Material TNI AU. Kemudian tingkat tangga Komando Utama Pembinaan yang memnuhi kamar Korps Pasukan Khas TNI AU. Seterusnya tingkat tangga Komando Utama Pembinaan dan Operasi yang diduduki oleh Komando Operasi TNI AU I dan Komando Operasi TNI II.

SEKARANG SAATNYA TUBUH STRUKTUR ORGANISASI TNI DI RASIONALISASI, KHUSUSNYA TNI AD

Nah sekarang, dalam rangka meningkatkan efisiensi kerja, pengurangan tenaga dan penghematan dana, maka saya melihat perlu adanya usaha pembedahan dalam tubuh struktur organisasi TNI ini.

Misalnya kalau kita benahi dalam tubuh struktur TNI AD saja, maka Anggaran Belanja Pemerintah Pusat tahun lalu untuk Pengeluaran Rutin bagi Sektor Pertahanan Dan Keamanan untuk Subsektor TNI yang mencapai nilai 9.007.044.000.000,00 dan Pengeluaran Pembangunan untuk Subsektor TNI sebesar 1.063.525.000.000,00 bisa dikurangi.

Contoh pembedahan tubuh struktur organisasi TNI AD ini adalah dengan secara bertahap membubarkan Bintara Pembina Desa, kemudian mengubur Komando Rayon Militer, seterusnya secara pelan-pelan mengikis Komando Distrik Militer, kemudian secara perlahan mengupas Komando Resort Militer dan tentu saja secara setahap demi setahap menghilangkan Komando Daerah Militer.

Karena kalau masih tetap dipelihara BABINSA, KORAMIL, KODIM, KOREM itu hanya menghabiskan sumber dana yang ada dan tidak menjadikan TNI efisien dan hemat. Menurut saya BABINSA, KORAMIL, KODIM, KOREM itu semuanya hanyalah tempat sampah dan penampungan anggota TNI saja yang hanya menghabiskan uang pajak sumber pemasukan APBN.

Kemudian unsur lain lagi yang perlu dibenahi dalam tubuh struktur organisasi TNI AD ini adalah penggalakan dalam bidang militer harus dikurangi. Misalnya tidak perlu secara menggebu-gebu mendidik calon bintara, tamtama, perwira, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan. Karena mereka yang habis menempuh pendidikan harus diberikan tempat kerja, dan tentu saja tempat kerja itu dalam tubuh TNI. Kalau BABINSA, KORAMIL, KODIM, KOREM itu secara perlahan dikikis, tidak ada gunanya lagi mendidik bintara, tamtama, perwira secara besar-besaran.

Nah menganai masalah pertahanan yang memang tugasnya TNI untuk menjaga dan menciptakan stabilitas dalam negeri tidak perlu dengan memproduksi ribuan tamtama, bintara, perwira untuk menjalankannya. Misalnya seperti sekarang ratusan ribu tentara TNI diterjunkan ke Aceh, ternyata setelah puluhan tahun tidak ada hasilnya yang menggembirakan. Justru yang terbaik adalah melalui pendekatan psikologis, dialog dan keterbukaan serta kejujuran.

Misalnya dengan cara psikologis adalah tidak membuat rakyat Aceh takut terhadap TNI dan jadi trauma. Caranya dengan menarik secara perlahan TNI dari Aceh.. Serahkan kepada pihak Kepolisian Pemerintah Daerah Setempat untuk menanganinya dengan cara yang bijaksana.

Kalau TNI ditarik dari Aceh, saya yakin itu AGAM tidak akan ada musuhnya dan tidak akan membuat tindakan kekerasan karena memang TNI sudah tidak ada. Kemudian bantu Pemerintah Daerah untuk meningkatkan dan memajukan kehidupan ekonomi dan perdagangannya. Rangkul semua golongan untuk dibawa kerja sama membangun Aceh. Dan secara perlahan adili orang-orang yang telah melanggar HAM di Aceh, jangan pandang bulu, baik itu militer, sipil, pimpinan Daearh atau siapa saja.

Kalau Pemerintah Pusat di bawah Mega ini berani mengambil sikap demikian, saya yakin Aceh akan aman. Jangan diberi kesempatan TNI AD untuk memainkan peranannya menjadikan Aceh sebagai proyek bisnis cari untung dengan mengorbankan rakyat Aceh yang tidak berdosa.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se