Stockholm, 13 Nopember 2002

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

RYACUDU TUKANG PUKUL RAKYAT ACEH UNTUK SEMENTARA JADI BANTENG TUNGGANGAN MEGA
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

MEGA TUNGGANGI BANTENG TUKANG PUKUL RYACUDU DIKAWAL SUTARTO IKUT JEJAK YUDHOYONO AKHLI STRATEGI MILITER DAN POLITIK GADUNGAN

Tukang pukul Ryacudu menjelma jadi banteng ketaton yang untuk sementara ditunggangi Mega untuk menerjang rakyat Aceh yang berada dibawah komando GAM yang ingin bebas menentukan masa depannya sendiri.

Yudhoyono akhli strategi milter dan politik gadungan mencoba sekali lagi untuk menerobos pertahanan rakyat Aceh dengan membawa obor dan pentungan Inpres nomor 1 tahun 2002 guna mencari rakyat dan para pimpinan rakyat Aceh yang masih bisa ditipu dengan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam untuk secara bersama-sama masuk kedalam jajaran barisan orang-orang pembuat kerusakan negara sekular pancasila.

Tentu saja dibelakang jejak Yudhoyono terdengar meraung-raung banteng ketaton tukang pukul Ryacudu yang sedang ditunggangi Mega sambil menerjang kekanan dan kekiri dengan mulutnya yang berkoar-koar untuk menakuti rakyat Aceh dibawah komando GAM yang katanya saat sekarang ini sedang dikepung di Rawa Cot Triëng, dekat Lhokseumawe.

Jelas, rakyat Aceh yang ada dibawah komando GAM bukanlah rakyat yang bodoh yang mudah menyerah kepada Ryacudu dengan pentungan berkaratnya Inpres nomor 1 tahun 2002 ciptaan Mega hasil jiplakan Inpres No 4 Tahun 2001 buatan Gus Dur.

Lihat saja, sebentar lagi Ryacudu akan jatuh tersungkur dari kursi lapuk TNI AD-nya , tetapi jelas itu perlawanan rakyat Aceh dibawah komando GAM tidak akan surut dan mundur kebelakang.

Bisa saja Ryacudu berkoar bahwa kekuatan GAM tidak ada artinya dibanding dengan TNI yang sebagian anggotanya sudah terkena racun bius narkoba.

Tetapi jelas, Ryacudu ini memang sudah lupa terhadap keberanian para sultan Aceh dari sejak abad ke 15 melawan pasukan Portugis yang diawali oleh Sultan Ali Mukayat Syah (1514-1528), diteruskan oleh Sultan Salahuddin (1528-1537), dikobarkan oleh Sultan Alauddin Riayat Syahal Kahar (1537-1568), diperkuat oleh Sultan Ali Riyat Syah (1568-1573), tidak ketinggalan Sultan Seri Alam (1576), juga disemangati oleh Sultan Muda (1604-1607), serta diterobos oleh Sultan Iskandar Muda, gelar marhum mahkota alam (1607-1636).

Tentu saja, Ryacudu tidak ingat karena pada abad ke 18 Ryacudu masih ada diawang-awang, jadi tidak mengenal bagaimana rakyat Aceh yang dipimpin oleh Panglima Polem dan Sultan Machmud Syah siap menghadang dan menghadapi Belanda dibawah pimpinan Kohler yang dimulai pada tanggal 26 Maret 1873 dan terus berlangsung sampai tahun 1904.

Seterusnya 49 tahun kemudian tanggal 20 September 1953 Daud Beureueh di Aceh memaklumatkan Negara Islam Indonesia di bawah Imam SM Kartosoewirjo dari negara Islam Indonesia.

Tetapi pada bulan Desember 1962, 7 bulan setelah Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo Imam NII tertangkap (4 Juni 1962) di atas Gunung Geber di daerah Majalaya oleh kesatuan-kesatuan Siliwangi dalam rangka Operasi Bratayudha, Daud Beureueh di Aceh dipaksa menyerah kepada Penguasa negara sekular pancasila setelah dilakukan usaha penipuan melalui "Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh" atas prakarsa Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Kolonel M.Jasin.

Tentu saja, perjuangan rakyat Aceh tidak sampai putus disitu saja, melainkan muncul Hasan Muhammad di Tiro pada tanggal 4 Desember 1976 mendeklarasikan kemerdekaan Aceh Sumatra.

Jadi, kalau diperhatikan sejarah pergerakan rakyat Aceh ini jelas apa yang sekarang dikoarkan oleh tukang pukul Ryacudu yang ditunggangi Mega dari PDIP ini tidak ada artinya. Ryacudu itu kecil hanya suaranya saja yang besar. Sebagian para serdadunya sudah kecanduan narkoba karena memang itu narkoba dijadikan sumber bisnis pemasukan keuangan, tidak heran kalau para pemuda di negara sekular pancasila saat sekarang sudah rusak mentalnya karena termakan racun narkoba.

Jadi kesimpulannya, pergerakan rakyat Aceh dibawah komando GAM tidak akan hancur kendatipun di seruduk oleh banteng ketaton Ryacudu dan para serdadunya. Saya tidak yakin walaupun perjanjian damai ditandatangani, tetapi tetap saja keinginan sebagian besar rakyat Aceh yang menghendaki kebabasan menentukan nasibnya sendiri tidak bisa hanya dicapai melalui perjanjian damai dengan hamparan tembikar keras Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se