Stockholm, 14 Januari 2003

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

LANGKAH AWAL STRATEGIS MAFIA KABINET MEGA-HAMZAH TENTANG APDBN 2003 KEBOBOLAN
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

MEGA & HAMZAH TUNDUK DANPATUH KEPADA STRATEGI MAFIA KABINET GOTONG ROYONG TENTANG RANCANGAN APDBN 2003 YANG DISPONSORI OLEH MAFIOSO DORODJATUN, BOEDIONO, LAKSAMANA CS DAN DIHEMBUSI OLEH GENG KOMISI-IX DPR DIBAWAH KOMANDO MAX MOEIN (F-PDIP)

Mega memang boneka yang bersuara yang bisa diatur oleh bawahannya. Coba perhatikan itu suara sumbang yang keluar dari mulut mafia Kabinet Mega-Hamzah yang disponsori oleh Menko Ekuin Dorodjatun Kuntjorojakti, Menkeu Boediono dan Menneg BUMN Laksamana Sukardi serta diaminkan oleh geng mafia Komisi-IX DPR yang dipimpin oleh Max Moein (F-PDIP), Sofwan Chudhorie (F-PKB), Faisal Baasir (F-PPP) dan Paskah Suzeta (F-PG) melagukan sair yang nadanya berbunyi: "Berbagai langkah strategis yang ditempuh demi terjaganya ketahanan fiskal, seperti optimalisasi penggalian sumber-sumber pendapatan negara, penerapan kebijakan pengurangan subsidi, serta langkah-langkah efisiensi dan penerapan disiplin dalam alokasi belanja negara, telah memberikan pengaruh positif terhadap upaya pengendalian defisit dalam batas yang aman" (Penjelasan atasUndang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2001 Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2002).

Rupanya nada sumbang yang berisikan sair penjelasan APDBN 2002 tersebut diatas terdengar begitu merdu oleh telinga Mega dan Hamzah, apalagi setelah Laksamana Sukardi berhasil menggaet konglomerat Singapura yang berkumpul dalam Singapore Technologies Telemedia (ST Telemedia) guna digaet uangnya sebagai alat penukar 434,250,000 saham atau 41,94 % dari seluruh saham yang ada di PT Indosat yang bernilai Rp 5,62 triliun atau Rp 12 950 per saham. Dimana hasil penukaran saham tersebut telah dijadikan sebagai batu penutup lubang defisit anggaran untuk tahun 2002 yang besarnya mencapat nilai Rp 40.453.748.400.000,00 (empat puluh triliun empat ratus lima puluh tiga miliar tujuh ratus empat puluh delapan juta empat ratus ribu rupiah), sehingga kabinet Mega-Hamzah memutuskan untuk menjalankan strategi hasil ciptaan mafioso Dorodjatun Kuntjorojakti, Boediono, Laksamana Sukardi yang diperkuat oleh Max Moein (F-PDIP), Sofwan Chudhorie (F-PKB), Faisal Baasir (F-PPP), Paskah Suzeta (F-PG) dari geng Komisi-IX DPR dengan meluncurkan langkah awal dari strategi mafia tentang kuda-kuda Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2003 yang berisikan nada alunan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) sebesar 16% per 1 Januari 2003, tarif telepon sebesar 33,33% per 1 Januari 2003, dan BBM Rp 60 - Rp 740 per 2 Januari 2003.

Ternyata nada alunan langkah awal strategis tentang kuda-kuda Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2003 yang berisikan ramuan-ramuan jimat dan kekuatan sakti yang diduga bisa menyelamatkan defisit anggaran yang berupa "penerapan kebijakan pengurangan subsidi" untuk tahun anggaran 2003 ternyata menjadi bumerang dan terjepitnya hidup rakyat negara sekular pancasila.

Karena itu hampir diseluruh peloksok kota-kota besar di negara sekular pancasila, rakyat dan para mahasiswa tampil kejalan dan kedepan istana presiden melakukan protes dan demonstrasi terhadap sikap dan kebijaksanaan politik ekonomi rezim Mega-Hamzah yang diramukan kedalam strategi kuda-kuda Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2003 dengan didasarkan pada konsepsi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2002.

Itulah kegagalan dan kebobolan dari langkah awal strategi rezim Mega-Hamzah yang ditunjang oleh para mafioso Dorodjatun Kuntjorojakti, Boediono, Laksamana Sukardi yang diperkuat oleh Max Moein (F-PDIP), Sofwan Chudhorie (F-PKB), Faisal Baasir (F-PPP), Paskah Suzeta (F-PG) dari geng Komisi-IX DPR.

Padahal kalau mereka secara jujur dan ikhlas menjalankan "langkah-langkah efisiensi dan penerapan disiplin dalam alokasi belanja negara" yaitu seperti memasukkan seluruh pajak yang dibayar oleh wajib pajak ke kas negara, misalnya penerimaan perpajakan sebagaimana untuk tahun 2002 yang diperkirakan sebesar Rp 214.713.400.000.000,00 (dua ratus empat belas triliun tujuh ratus tiga belas miliar empat ratus juta rupiah) yang terdiri dari penerimaaan pajak dalam negeri sebesar Rp 202.568.900.000.000,00 (dua ratus dua triliun lima ratus enam puluh delapan miliar sembilan ratus juta rupiah) dan dari pajak perdagangan internasional sebesar Rp 12.144.500.000.000,00 (dua belas triliun seratus empat puluh empat miliar lima ratus juta rupiah) hasilnya bisa lebih banyak dari yang dianggarkan, kalau dimasukkan semua pajak yang dibayar oleh wajib pajak ke kas negara. Begitu juga menjaga kebocoran APDBN yang diperkirakan mencapai 20% dari seluruh anggaran pendapatan negara.

Jadi sebenarnya, kalau dua langkah saja yang dijalankan dalam rangka melaksanakan efisiensi dan penerapan disiplin dalam alokasi belanja negara yaitu pertama, menjaga kebocoran APDBN dan kedua, menjaga kebocoran pemasukan pajak, maka yang namanya strategi mafiso tentang pengurangan subsidi BBM bisa dihilangkan.

Tetapi karena memang Mega itu bodoh, apalagi bisa diatur oleh para mafioso Dorodjatun Kuntjorojakti, Boediono, Laksamana Sukardi yang diperkuat oleh Max Moein (F-PDIP), Sofwan Chudhorie (F-PKB), Faisal Baasir (F-PPP), Paskah Suzeta (F-PG) dari geng Komisi-IX DPR, maka hasilnya nol besar.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se