Stockholm, 17 Agustus 2003

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

PERJUANGAN RAKYAT ACEH BUKAN PERJUANGAN PEREBUTAN KEKUASAAN DAN FULUS
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

JELAS PERJUANGAN RAKYAT ACEH BUKAN PERJUANGAN PEREBUTAN KEKUASAAN DAN FULUS

"Sdr Ahmad Sudirman yg budiman. Aku keturunan orang Jawa, lahir di Jawa dan berbicara bahasa Jawa, tapi tetap bisa merasakan bahwa rakyat Acheh (berikut seluruh sub-rasnya) adalah saudaraku. Bila anda adalah salah satu petinggi GAM, dan dengan bangga menyatakan diri sebagai wakil rakyat Acheh, benarkah anda mendapatkan mandat tsb? apakah anda mendapatkan mandat untuk mewakili rakyat Acheh? Rakyat tidak perlu dilibatkan dalam pertarungan perebutan kekuasaan dan fulus, rakyat sudah cukup menderita dengan dipalak TNI dipalak GAM, mereka terjepit oleh dua kekuatan bersenjata. Aku tidak pernah merasa takut datang ke Acheh karena aku tahu rakyat Acheh tidak membenci orang Jawa, hanya GAM menggunakan sentimen rasial untuk menjadi topeng tujuan mereka yg sebenarnay (entah apa); shabat-sahabatku banyak yg asli Aceh, mitra kerjaku banyak yg asli Acheh, mitra bisnis juga dari Acheh."
( St Sabri , imam_jr@indo.net.id , Sun, 17 Aug 2003 08:55:11 +0800)

Terimakasih saudara St Sabri di Jakarta, Indonesia atas tanggapan dan pandangan saudara terhadap tulisan "Biarkan rakyat Aceh menentukan sikap ya atau tidak menjadi bagian RI-Jawa-Yogya" yang dimuat di milis diskusi padhang-mbulan@yahoogroups.com

Baiklah saudara St Sabri. Sebagaimana yang telah ditulis dalam tulisan-tulisan sebelum ini bahwa tujuan dari penulisan ini adalah "berusaha seobjektif mungkin untuk menampilkan semua fakta, sejarah dan hukum yang mendasari ketika berlangsungnya sejarah tentang Aceh ini kepada seluruh rakyat di Nusantara pada umumnya dan seluruh rakyat Aceh pada khususnya. Apakah mereka akan membenarkan atau menyalahkan, itu semua adalah tergantung kepada masing-masing rakyat."

Saya sendiri bukan petinggi GAM, tetapi seorang yang "mendukung perjuangan rakyat Aceh sesuai dengan kemampuan saya, karena saya mempunyai alasan dasar hukum, sejarah dan de facto Aceh yang sampai detik ini belum ada alasan-alasan lain yang bisa merubah alasan saya sekarang"

Tentu saja tulisan tentang "dasar hukum, sejarah dan de facto Aceh" ini telah banyak sekali dibahas dalam tulisan sebelum ini dan dipublikasikan salah satunya di milis diskusi padhang-mbulan@yahoogroups.com .

Dalam masalah rakyat dan negeri Aceh ini bukan masalah "pertarungan perebutan kekuasaan dan fulus" seperti yang ditulis oleh saudara St Sabri, melainkan masalah "menuntut keadilan melalui tuntutan negeri Aceh yang diduduki Soekarno dikembalikan lagi kepada rakyat Aceh, karena tidak sesuai dan melanggar Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan "Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan".

Nah, persoalan saudara St Sabri "tidak pernah merasa takut datang ke Acheh karena aku tahu rakyat Acheh tidak membenci orang Jawa, hanya GAM menggunakan sentimen rasial untuk menjadi topeng tujuan mereka yg sebenarnay (entah apa); shabat-sahabatku banyak yg asli Aceh, mitra kerjaku banyak yg asli Acheh, mitra bisnis juga dari Acheh."

Memang jelas, orang Jawa tidak dimusuhi dan dibenci oleh orang Aceh. Yang ditentang oleh rakyat Aceh dan para pemimpinnya dari sejak Teungku Muhammad Daud Beureueh sampai Teungku Hasan Muhammad di Tiro sekarang ini adalah kebijaksanaan politik, keamanan dan pertahanan yang telah dijalankan oleh pihak Soekarno Cs dan diteruskan sampai detik ini oleh pihak Presiden Megawati dan TNI-nya dengan taktik dan strategi "Soekarno ketika masih menjadi Presiden Republik Indonesia Serikat telah mencaplok negeri Aceh dimasukkan kedalam Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 14 Agustus 1950, satu hari sebelum RIS dilebur kedalam Negara RI-Jawa-Yogya, dengan menetapkan satu dasar hukum Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah Propinsi tanpa mengadakan dialog, diskusi, bertanya apakah semua rakyat dan pimpinan rakyat Aceh, khususnya Teungku Muhammad Daud Beureueh setuju dan rela negeri Aceh dimasukkan kedalam Propinsi Sumatera Utara." ( http://www.dataphone.se/~ahmad/030816.htm )

Adapun orang-orang Aceh yang berada diluar negeri, khususnya di Swedia, tidaklah mereka itu seperti yang ditulis dan digambarkan oleh saudara St Sabri: "enak-enakan di Swedia menikmati apartemen, santunan sosial, mungkin mobil mewah, makan enak, siaran televisi, listrik dll. Dari tempat yg nikmat tsb teriak-teriak soal hak rakyat Acheh."

Karena mereka itu adalah rakyat biasa yang tinggal di Swedia, hidup sederhana, bekerja seperti biasa, tidak bermewah-mewah. Tentu saja karena mereka itu adalah orang Aceh yang tinggal di Swedia, maka wajar dan logis kalau mereka menyuarakan haknya sebagai orang Aceh yang negerinya diduduki oleh pihak Soekarno dan diteruskan oleh para penerusnya seperti Presiden Megawati Cs yang ditunjang oleh pihak TNI.

Adapun masalah yang ditulis saudara St Sabri: "Aku tidak tahu apakah Rakyat Acheh ingin 'merdeka', ingin menjadi bagian RI atau tidak, karena aku tidak mampu menanyakan satu per satu. Yang mereka inginkan adalah perdamaian, hidup enak seperti sampeyan di swedia."

Jelas, memang saudara tidak tahu rakyat Aceh ingin merdeka, karena memang sampai detik ini pihak presiden Megawati Cs, Ketua DPR Akbar Tandjung dan Ketua MPR Amien Rais tidak memberikan kesempatan kepada seluruh rakyat Aceh untuk menyampaikan pendapat dan sikapnya dalam bentuk penentuan sikap apakah ingin tetap berada dalam wilayah kekuasaan RI-Jawa-Yogya ataukah berdiri menentukan nasibnyanya sendiri.

Adapun soal yang diungkapkan saudara St Sabri: "tidak ada negara yg diakui PBB bernama RI-Jawa-Yogya itu karangan anda yg mungkin terlalu banyak minum wisky hingga mabuk dan nulis nggak karu-karuan. Yang ada Republik Indonesia."

Memang, karena Soekarno Cs yang menggunakan taktik dan strategi peleburan Negara-Negara bagian Republik Indonesia Serikat kedalam Negara RI yang menurut hasil perjanjian Renville, Negara RI diakui mempunyai wilayah kekuasaan secara de facto dan de jure di sekitar daerah Yogyakarta di Jawa Tengah, yang selanjutnya saya sebut Negara RI-Jawa-Yogya, tidak mau menyebutkan Negara RI Jawa Yogya, sebagaimana Negara-Negara bagian RIS lainnya, seperti Daerah Kekuasaan Istimewa Kalimantan Barat, Negara Indonesia Timur, Negara Madura, Daerah Kekuasaan Banjar, Daerah Kekuasaan Bangka, Daerah Kekuasaan Belitung, Daerah Kekuasaan Dayak Besar, Daerah Kekuasaan Jawa Tengah, Negara Jawa Timur, Daerah Kekuasaan Kalimantan Tenggara, Daerah Kekuasaan Kalimantan Timur, Negara Pasundan, Daerah Kekuasaan Riau, Negara Sumatra Selatan, dan Negara Sumatra Timur.

Melainkan Soekarno Cs menamakan Negara-Negara bagian RIS yang dilebur kedalam Negara RI yang berwilayah kekuasaan sekitar Yogyakarta dengan nama "Negara Kesatuan Republik Indonesia"

Padahal awalnya Negara RI Yogyakarta Jawa tengah, karena telah menjadi gemuk, maka namanya oleh Soekarno Cs disesuaikan dengan bentuk tubuh wilayah-nya menjadi "Negara Kesatuan Republik Indonesia".

Dan jelas ini bukan karangan saya yang mengada-ada, tetapi suatu fakta, sejarah dan hukum yang mendasari ketika sejarah itu berlangsung.

Tentu saja sebagai seorang muslim diharamkan minum wisky oleh Allah SWT. Karena memang tidak minum wisky, maka saya bisa memberikan pencerahan dan penjelasan tentang fakta, sejarah dan hukum yang mendasari ketika berlangsungnya sejarah pembentukan Negara RI-Jawa-Yogya.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se
----------

From: "St Sabri" <imam_jr@indo.net.id>
To: padhang-mbulan@yahoogroups.com
Cc: <ahmad@dataphone.se>, <falwyni@hotmail.com>
Subject: Re: [padhang-mbulan] BIARKAN RAKYAT ACEH MENETUKAN SIKAP YA ATAU TIDAK MENJADI BAGIAN RI-JAWA-YOGYA
Date: Sun, 17 Aug 2003 08:55:11 +0800

Sdr Ahmad Sudirman yg budiman,
barangkali ini bagian dari penggunaan cyber space sebagai alat propaganda. Judul tulisan anda sudah sangat RASIALIS.

Aku keturunan orang Jawa, lahir di Jawa dan berbicara bahasa Jawa, tapi tetap bisa merasakan bahwa rakyat Acheh (berikut seluruh sub-rasnya) adalah saudaraku. Bila anda adalah salah satu petinggi GAM, dan dengan bangga menyatakan diri sebagai wakil rakyat Acheh, benarkah anda mendapatkan mandat tsb? apakah anda mendapatkan mandat untuk MEWAKILI RAKYAT ACHEH?

Rakyat tidak perlu dilibatkan dalam pertarungan perebutan kekuasaan dan fulus, rakyat sudah cukup menderita dengan dipalak TNI dipalak GAM, mereka terjepit oleh dua kekuatan bersenjata.

Sampeyan enak-enakan di Swedia menikmati apartemen, santunan sosial, mungkin mobil mewah, makan enak, siaran televisi, listrik dll. Dari tempat yg nikmat tsb teriak-teriak soal hak rakyat Acheh.

Aku tidak pernah merasa takut datang ke Acheh karena aku tahu rakyat Acheh tidak membenci orang Jawa, hanya GAM menggunakan sentimen rasial untuk menjadi topeng tujuan mereka yg sebenarnay (entah apa); shabat-sahabatku banyak yg asli Aceh, mitra kerjaku banyak yg asli Acheh, mitra bisnis juga dari Acheh.

Sampeyan perlu belajar sejarah lebih banyak tidak ada negara yg dikaui PBB bernama RI-JAWA-JOGYA itu karangan anda yg mungkin terlalu banyak minum wisky hingga mabuk dan nulis nggak karu-karuan. Yang ada Republik Indonesia. Aku tidak tahu apakah Rakyat Acheh ingin 'merdeka', ingin menjadi bagian RI atau tidak, karena aku tidak mampu menanyakan satu per satu. Yang mereka inginkan adalah perdamaian, hidup enak seperti sampeyan di swedia.

wassalam

St Sabri

Jakarta, Indonesia
imam_jr@indo.net.id
----------