Stockholm, 9 Maret 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

DITYA & ENDANG BERBOHONG RAKYAT ACEH MAU MERDEKA DIKATAKAN HANYA KEINGINAN HASAN TIRO
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

BAGAIMANA ITU KOLONEL LAUT DITYA SOEDARSONO & MAYJEN TNI ENDANG SUWARYA BERBOHONG RAKYAT ACEH MAU MERDEKA DIKATAKAN ITU HANYA KEINGINAN HASAN TIRO

"Darurat Militer tahap II ini merupakan kesempatan bagi TNI/POLRI untuk mempersatukan hati dan pikiran rakyat. Dalam operasi lawan gerilya pihak yang didukung sepenuhnya oleh rakyat yang jadi pemenangnya. Setiap ada kesempatan, kapan saja dan dimanapun kita berada ajak saudara kita dan masyarakat yang simpati pada perjuangan GAM untuk kembali kepangkuan Ibu Pertiwi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tinggalkan keinginan Hasan Tiro yang selalu merampas, merampok, membunuh, menipu dan memutar balikkan fakta sehingga menjerumuskan masyarakat Aceh kedalam angan-angan munafiknya." (Redaksi Info PDMD Aceh, Kamis, 19 Februari 2004)

Kelihatannya itu Komandan Satuan Tugas Penerangan (Dansatgaspen) PDMD Kolonel Laut Ditya Soedarsono dan Penguasa Darurat Militer Daerah Aceh Mayjen TNI Endang Suwarya di Negeri Aceh dari tempat persembunyiannya, dibawah meja dikamar kerjanya, lewat corong media infonya yang bernama Info PDMD Aceh yang hanya sampai tangggal 19 Februari 2004 dan tidak pernah di update-nya lagi, secara gencar menulis: "Tinggalkan keinginan Hasan Tiro yang selalu merampas, merampok, membunuh, menipu dan memutar balikkan fakta sehingga menjerumuskan masyarakat Aceh kedalam angan-angan munafiknya"

Wah, bagaimana Kolonel Laut Ditya arek Suroboyo yang dibantu oleh budak Sunda Mayjen TNI Endang Suwarya telah berani mengatakan: "Tinggalkan keinginan Hasan Tiro yang selalu merampas, merampok, membunuh, menipu dan memutar balikkan fakta sehingga menjerumuskan masyarakat Aceh kedalam angan-angan munafiknya".

Eh, Kolonel Laut Ditya dan Mayjen TNI Endang, itu salah besar mengatakan keinginan penentuan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara Pancasila atau NKRI, bukan hanya keinginan Teungku Hasan Muhammad di Tiro saja, melainkan keinginan rakyat Aceh. Dari sejak Presiden RIS Soekarno menelan dan mencaplok Negeri Aceh pada tanggal 14 Agustus 1950 melalui mulut Propinsi Sumatera Utara dengan menetapkan dasar hukum Peraturan Pemerintah RIS No. 21 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah Propinsi dan PERPU No.5 tahun 1950 tentang pembentukan Propinsi Sumatera-Utara, tanpa mendapat persetujuan, kerelaan dan keikhlasan dari seluruh rakyat Aceh dan pemimpin rakyat Aceh.

Enak saja Kolonel Laut Ditya Soedarsono dan Mayjen TNI Endang Suwarya memutar balikkan fakta dan bukti, dasar hukum dan sejarah mengenai pencaplokan Negeri Aceh oleh Presiden RIS Soekarno pada tanggal 14 Agustus 1950.

Lagi pula yang munafik bukan Teungku Hasan Muhammad di Tiro, justru yang munafik itu Kolonel Laut Ditya Soedarsono dan Mayjen TNI Endang Suwarya. Mengapa ?

Karena, Teungku Hasan Muhammad di Tiro memang beliau adalah mengetahui benar sejarah Negeri Aceh yang ditelan dan dicaplok oleh NKRI. Karena itulah beliau memproklamasikan untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara Pancasila atau NKRI.

Sedangkan Kolonel Laut Ditya Soedarsono dan Mayjen TNI Endang Suwarya pura-pura baik kepada rakyat Aceh, eh, tahu-tahu dibelakang membawa pentungan Keputusan Presiden RI nomor 28 tahun 2003 tentang pernyataan keadaan bahaya dengan tingkatan keadaan darurat militer di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang dikeluarkan pada tanggal 18 Mei 2003 dan diberlakukan pada tanggal 19 Mei 2003 yang telah diperpanjang pada 19 November 2003 sampai 18 Mei 2004. Sedangkan isi pentungan dasar hukum Keputusan Presiden RI nomor 28 tahun 2003 itu didalamnya berisikan racun-racun Soekarno yang terkumpul dalam Undang-undang Nomor 23 Prp Tahun 1959 tentang Keadaan Bahaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1908) sebagaimana telah diubah dua kali, terakhir dengan Undang-undang nomor 52 Prp Tahun 1960 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 170, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2113).

Apalagi sekarang sudah musim Pemilu 5 April 2004. Pura-pura baik sambil senyum-senyum simpul kalau jumpa rakyat Aceh dijalan, kalau perlu diajak minum kopi kerumah, betul tidak Kolonel Laut Ditya ?. Biasanya itu Kolonel Laut Ditya Soedarsono yang rajin bawa-bawa rakyat Aceh kerumah dinasnya untuk diajak minum kopi dengan makan goreng singkong.

Kalau ada yang menuduh kepada Kolonel Laut Ditya dan Mayjen TNI Endang mengapa sudah mulai dekat-dekat sama rakyat dan itu PDIP-nya Megawati. Itu Mbak Megawati hari Minggu, 7 Maret 2004 datang ke Aceh. Eh, tahu-tahu itu Mayjen TNI Endang Suwarya angkat suara: "PDMD tidak akan intervensi Pemilu. PDMD tidak akan menyokong PDIP Mbak Megawati"

Jadi, Kolonel Laut Ditya Soedarsono dan Mayjen TNI Endang Suwarya, itu yang munafik bukan Teungku Hasan Muhammad di Tiro, melainkan Kolonel Laut Ditya arek Suroboyo dan Mayjen TNI Mang Endang budak Sunda. Pura-pura baik sambil senyum-senyum manis dihadapan rakyat Aceh, padahal tangan dibelakang membawa pentungan Keppres No.28 Tahun 2003 dan pentungan Keppres No.43 Tahun 2003. Sambil teriak-teriak : "sukseskan Pemilu 5 April 2004, PDMD tidak akan intervensi Pemilu".

Selanjutnya itu yang merampas, merampok Negeri Aceh adalah Presiden RIS Soekarno pada tanggal 14 Agustus 1950 satu hari sebelum RIS dilebur menjadi NKRI pada tanggal 15 Agustus 1950. Juga itu pihak TNI/POLRI/RAIDER yang sudah diperintahkan oleh Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) Da'i Bachtiar untuk menghabisi dan membunuh rakyat Aceh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara Pancasila atau NKRI.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad.swaramuslim.net
ahmad@dataphone.se
----------