Stavanger, 25 Maret 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

PLUS I + JAWA SI PENJAJAH ATAU SI PENJAJAH INDONESIA JAWA
Omar Putéh
Stavanger - NORWEGIA.

 

PLUS I + JAWA SI PENJAJAH ATAU SI PENJAJAH INDONESIA JAWA

Dibawah ini, kita semua dapat melihat gambar wajah tentara Jawa, Arek-Arek Suro Buoyo, tentara upahan KNIL Belanda, yang sedang berdiri tegak diatas jenazah bangsa Acheh, yang baru saja mereka sembelih dengan kejam, dengan biadab dan dengan tidak berprikemanusiaan!

Oleh para Sejarahwan Dunia, Anak-Anak Jawa, Arek-Arek Suro Buoyo yang menjadi tentara upahan KNIL Belanda, dilabelkan sebagai Black Dutchmen, sebagai si Belanda Hitam. Kepada keturunan-keturunan Black Dutchmen, si Belanda Hitam, anak Jawa si Penjajah itulah, kemudian Ratu Juliana menyerahkan ex-Wilayah Jajahannya. Malahan keturunan-keturunan Black Dutchmen, si Belanda Hitam ini, juga telah dilabelkan sebagai Black Dutchmen, si Belanda Hitam seperti: Soekarno, Suharto, Habibie Arupoloko, Abdurrahman Wahid Gusdur, Megawati Soekarnoputri dan seterusnya.

Soekarno, Suharto, Habibie Arupoloko, Abdurrahman Wahid Gusdur, Megawati Soekarnoputri adalah Black Dutchmen! Megawati Soekarnoputri-pun dinamakan sebagai Black Dutchman! Mengapa? Karena perempuan ini, sebagai perempuan tukang jagal juga, sebagai perempuan algojo juga, seperti Black Dutchmen, seperti si Belanda Hitam!

Ingat dan kembali catat! Si Megawati Soekarnoputri, si Black Dutchman, Perempuan si Belanda Hitam ini, anak Jawa si Penjajah ini, ketika ditepung tawari pada hari pelantikannya sebagai "Lurah Semar Jawa si Penjajah", sebagai Presiden Penjajah Indonesia Jawapun, telah direnjis dengan darah sembelihan 34 nyawa rakyat sipil Acheh dari Kampung Bumi Flora, Wilayah Peureulak, Darul 'Akla.

Selain itu, perlu juga ditelusuri wajah-wajah Black Dutchmen, si Belanda Hitam pada gambar-foto tersebut diatas atau pada gambar-gambar foto dokumentasi lainnya yang sehubungan itu, dan kemudian silakan menoleh pada wajah-wajah anak Jawa si Penjajah yang kini dalam Kabinet Gotong Royong-Megawati Soekarnoputri, dalam DPR-Akbar Tanjung, dalam MPR-Amien Rais dalam personil ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Jawa si Penjajah atau Penjajah Indonesia Jawa!

Wajah-wajah mirip macam Endriartono Sutarto, Ryamizard Ryacudu, Bambang Susilo Yudhoyono, Harisabarno, Da'i Bakhtiar, Endang Surwarya, Ditya Soedarsono, Lék Bakhrumsyah Kasman, Baby Dharmono, George Toisutta dll. Memang jelas ada disitu! Perhatikan dengan baik dan telitikan lagi wajah-wajah akan mereka!

Jika kita kembali ke sejarah silam bangsa Jawa, katakanlah saja sejak dari Mpu Sendok hingga kehari ini, maka dapatlah kita saksikan bagaimana "exploitation de l'home par l'home", pernah mengisi lembaran sejarah rakyat Jawa sendiri yang di exploit atau dijajah atau dihisap darah dan air sumsum mereka, baik yang lelaki maupun yang perempuan oleh Jawa si Penjajah: Raja-Raja Jawa si Penjajah, Bangsawan-Bangsawan Jawa si Penjajah, Tuan-Tuan Tanah Jawa si Penjajah, Lintah Darat-Lintah Darat Jawa si Penjajah dan antek-anteknya, sehingga terus menjadi miskin, terus tidak cukup makan, terus hidup sengsara turun-temurun hingga kehari ini.

Rakyat Jawa yang telah diexploit atau dijajah oleh: Raja-Raja Jawa si Penjajah, Bangsawan-Bangsawan Jawa si Penjajah, Tuan-Tuan Tanah Jawa si Penjajah, Lintah-Lintah Darat Jawa si Penjajah sejak masa Mpu Sendok itu, kemudian semakin diekploit atau semakin dijajah oleh "oknum-oknum" lain dari Jawa si Penjajah dan antek-anteknya, yang kemudian ditambah lagi dengan beban, sejak tahun 1596, atau sejak kedatangan White Dutchmen, si Belanda Bulek: Cornelis de Houtman dan de Keyzer dan antek-anteknya, yang ternyata meminta pula Royality ataupun Upeti sebagai Raja Jawa! Cornelis de Houtman dan de Keyzer, tercatat dalam sejarah Jawa sebagai Raja-Raja Jawa yang paling Agung.

Rakyat Jawa yang telah diexploit atau yang telah dijajah sejak Mpu Sendok di exploit atau dijajah lagi, sejak kedatangan Cornelis de Houtman dan de Keyzer. Kemudian sejak 1914, rakyat Jawa diexploit atau dijajah lagi, demi kepentingan ideologi Marxis yang diperkenalkan oleh Hendriks Sneevliet, Prof Baars dan Bransteder. Tahun 1920, rakyat Jawa, diexploit atau dijajah lagi oleh Marxis-Leninisnya KH Semaun yang baru saja balik dari Leningraad dan kemudian di tahun 1948, sekembalinya KH Musso, rakyat Jawa, diexploit atau dijajah lagi oleh Marxis-Leninis-Stalinis untuk kepentingan Internasionalisme-Komunisme: Lembaga Uni Soviet Union - Indonesia. Pada tahun 1927, PNI-Marxis-Leninis-Soekarnois-Marhenis pula coba "numpang" mengexploit atau menjajah rakyat Jawa untuk kepentingan Internasionalisme/Komunisme dan "nasionalisme?" tetapi tidak bertahan begitu lama, karena Soekarno, seorang yang dikenal sebagai penjual obat sakit urat, adalah seorang yang paling pengecut. Dan karena takut "dilekuk" oleh Penjajah Hindia Belanda walaupun KH Oemar Cokroaminoto, ex-calon bapak mertuanya (setelah "Inggit Ganarsih Affairs", terputuslah hubungan kekeluargaan Soekarno dengan HOS). HOS yang mempunyai hubungan baik dengan Volkraad-Belanda.

Partai Komunis Hindia, atau kemudian dikenal sebagai PKI-Partai Komunis Indonesia (resmi-register menjelang Pemilihan Umum 1955) yang tidak seberani Marxis-Lenisnis-Trotskys-Tan Malakais-Murbais. Sebagaimana PKH(I) begitulah juga kiranya PNI-Marxis-Lenisnis-Stalinis-Soekarnois-Marhenis, yang disifatkan sebagai pergerakan pengecut (latent).

Walaupun demikian, maka kemudian, setelah RI-Jawa Jokya merdeka, PNI-Marxis, Leninis, Stalinis dan Marhenis mengexploit atau menjajah lagi rakyat Jawa, tetapi kini bergabung dengan PKI , Soekarno Soekemi berrgabung dengan Dipo Negoro Aidit untuk kepentingan Internasionalisme/Komunis, untuk kepentingan poros Jakarta-Pyongyang-Peking sehingga bangsa Jawa di Pulau Jawapun dibunuh lebih 300.000 jiwa oleh Suharto, si Komunis Spirituil Embah Suro dengan mem Pancasila Saktinya.

Berbalik ke tahun 1641 ketika Cornelis van de Ljin dan Amangkurat I, membuat perjanjian, maka centeng-centeng Jawa si Penjajah pegawai dari: Raja-Raja Jawa si Penjajah, Bangsawan-Bangsawan Jawa si Penjajah, Tuan-Tuan Tanah Jawa si Penjajah dan Lintah-Lintah Darat Jawa si Penjajah, kemudian mulai direkrut oleh Penjajah Belanda sebagai Tentara Upahan Belanda (sipa'i).
Tentara-Tentara Upahan Penjajah Belanda ex Centeng-Centeng Jawa si Penjajah inilah, yang kemudian "diexport" untuk menyembelih bangsa-bangsa Melayu Nusantara di luar Pulau Jawa, ketika Penjajah Belanda sibuk meluaskan tanah jajahannya. Pada tanggal 26 Maret, Tentara Upahan Belanda (sipa'i), ex Centeng-Centeng Jawa-Jawa si Penjajah, inilah juga dikirim, untuk menyerbu Acheh pada tanggal 22 April, 1873 dan mereka terus bertugas disana hingga 1942, setelah menyembelih 100.000 jiwa lebih bangsa Acheh, untuk membantu Kerajaan (Negara) Penjajah Belanda menjajah/menduduki Kerajaan (Negara) Acheh.

Exploitaion de nation par nation! Exploitaion de Hollande par Roayaume D'Achem!

Jadi, Centeng-Centeng Jawa si Penjajah, atau keturunan-keturunannya yang dulu ditugaskan oleh: Raja-Raja Jawa si Penjajah, Bangsawan-Bangsawan Jawa si Penjajah, Tuan-Tuan Tanah Jawa si Penjajah dan Lintah-Lintah Darat Jawa si Penjajah yang dulu menjajah rakyat Jawa, rakyatnya sendiri, orangnya sendiri (Exploitation de l'home par l'holme), kemudian dikirim ke luar Pulau Jawa dan terakhir ke Acheh untuk menjajah rakyat Acheh dan bangsa Acheh (Exploitation de nation par nation).

Ditya Soedarsono, Kecoa dari Jerman dan Mathius Dharminta, Cacing dari NKRI bahwa, keturunan-keturunan orang yang menjadi Centeng-Centeng Jawa si Penjajah, yang pernah membantu Raja-Raja Jawa si Penjajah, Bangsawa-Bangsawan Jawa si Penjajah, Tuan-Tuan Tanah Jawa si Penjajah, Lintah-Lintah Darat Jawa si Penjajah dan antek-anteknya yang pernah mengexploit-menjajah rakyat Jawa, itulah kemudian menjadi Jawa si Penjajah atau Penjajah Indonesia Jawa yang kini sedang menjadi mandataris penjajah Belanda yang sedang melaksanakan penjajahan keatas bangsa Acheh di Acheh, keatas rakyat Jawa di Jawa dan bangsa-bangsa Melayu ditempat-tempat lain.

Jadilah komunitas rakyat Jawa menjadi bangsa Jawa. Maka dengan demikian kalian rakyat Jawa akan paham bagaimana Pemimpin Partai Islam Jawa menipu rakyat Jawa, bagaimana Partai Komunis Hindia (kemudian didaftarkan sebagai PKI ,menjelang Pemilu 1955) menipu rakyat Jawa dan bagaimana Partai Nasional Indonesia, juga menipu Rakyat Jawa. Yang mungkin konsekwen, membela bangsa Jawa adalah Sutan Syahrir, anak Barus itu dengan PRSI atau setelah difusikan menjadi Paratai Sosialis, sewaktu zaman Volksraad dulu!

Pada tanggal 16 Agustus, 1945, mereka Trio Sumatra: Dr Chairul Saleh, Pak Buyung Nasustion dan Adam Malik) dari Partai Sosialis Trotskys (Murbais jugalah yang memaksa Soekarno Soekemi, dengan pistol mereka, agar segera membuat Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Jawa.

Soekarno itu, dalam keadaan kritis demikian masih juga memilih menjadi sebagai sipenakut! Inilah si penipu licik dari RI-Jawa Jokya itu, yang oleh pengikut fanatiknya, dikatakan sebagai Pemimpin Besar Revolusi? Mashuri SH pernah mendesak Soekarno untuk menjawab: Apakah itu Revolusi yang belum selesai? Pencaplok, Penelan Wilayah Acheh itu, tidak sanggup menjawab!

Berkata seorang sejarahwan Prof Dr Taufiq Abdullah: Soekarno besar hanya dizamannya! Benar, Prof Taufik! Soekarno besar karena zaman "detente", di zaman cold war! Benar, Soekarno, besar karena kelicikannya agar dikepit, Inggit Ganarsih!

Makanya diserukan, kepada semua rakyat Jawa hari ini: Jadikanlah komunitas rakyat Jawa sekalian sebagai sebuah bangsa dan dirikanlah hari ini "Partai Bangsa Jawa", agar kalian kemudian bisa mendirikan Negara Jawa! Kalaulah kemudian, kalian mau menjadikan Jawa itu menjadi dua: Jawa Mataram dan Jawa Majapahit, tentulah kalian bisa mendirikan dua partai bangsa Jawa: 1. Partai Jawa Mataram dan 2. Partai Jawa Majapahit.

Kalianlah penghuni sebenarnya Pulau Jawa yang kalianlah yang berhak tinggal dan hidup di Pulau Jawa sampai mati!

Kalian bisa usir semua Pemimpin Partai lain, yang sedang antri melamar "kerja" di Pulau Jawa: Yang sekarang di DPR dan MPR, yang sekarang menyandang pangkat Jenderal dan lain-lain yang menjadikan Jawa si Penjajah atau yang menjadikan Penjajah Indonesia Jawa, karena ketika dizaman Belanda, orang-orang tua mereka kesemuanya, senantiasa bermain mata dengan penjajah Belanda. Tempat tinggal mereka yang sebenarnya adalah dilautnya-Laut Jawa sana!

Begitu juga halnya, bangsa Sunda dan bangsa Betawi dirikanlah Partai Bangsa Sunda dan Partai Bangsa Betawi atau Partai Bangsa Sunda Dan Bangsa Betawi!

Bangsa-Bangsa di luar Pulau Jawapun, bisa mendirikan juga partai-partai politik mereka misalnya: Partai Bangsa Bali, Partai Bangsa Flores, Partai Bangsa Minahasa dan Partai Bangsa Gorontalo!

Kami di Achehpun akan segera mendirikan Partai Bangsa Acheh, sebaik bangsa Acheh merdeka besok! Maka bangsa Achehpun akan mendirikan Partai Bangsa Acheh pula!

Lantas mulai hari ini, marilah kita tolak semua partai-partai Jawa si Penjajah atau Penjajah Indonesia Jawa, sipenipu itu, karena kita semua kini ,tidak membutuhkan lagi partai-partai yang sedang bersesak-sesakan itu. Kita akan tolak untuk ikut serta dalam aksi Pemilihan Umum Jawa si Penjajah atau Penjajah Indonesia Jawa.

Wassalam

Omar Putéh

om_puteh@hotmail.com
Norway
----------

tentarajawa.jpg (104511 bytes)