Stockholm, 11 April 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

SAGIR HARUS TAHU ITU NKRI DITELAN KEPALA BANTENG & DITUTUPI POHON BERINGIN
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

SAGIR ALVA HARUS SADAR ITU NKRI DIIKAT RAJA KORUPTOR BULOG II MEMBAWA BENDERA POHON BERINGIN SAMBIL NAIK BANTENG BERKEPALA MONCONG PUTIH DITEPUKI MR BIG SBY TUKANG PUKUL SAMBIL TERIAK DEMOKRAT DEMOKRAT

"Saudara Ahmad, memang pemilu belum tentu akan membawa Akbar menjadi pimpinan di Indonesia, karena masih ada pemilihan presiden 5 juli nanti, dimana ini dikembalikan kepada masyarakat Indonesia untuk memilihnya. Dan siapapun yang terpilih sebagai presiden dan siapapun partai pemenang pemilu, maka harus dihormati. Bukan langsung menolak mentah-mentah. Dan saya yakin itu Indonesia kedepan lebih baik dari 5 tahun lalu, karena adanya perolehan suara dari partai yang cukup baik meningkat perolehannya sehingga ia boleh menjadi counter balance dari pemerintahan untuk membawa Indonesia menjadi lebih baik" (Sagir Alva , melpone2002@yahoo.com , Fri, 9 Apr 2004 22:08:58 -0700 (PDT))

Baiklah saudara Sagir Alva di Universitas Kebangsaan Malaysia, Selangor, Malaysia

Saudara Sagir harus mengerti dan sadar bahwa itu NKRI sudah ditutupi pohon beringin milik Mr Akbar Tandjung raja koruptor Bulog II dan sedang diinjak-injak banteng ketaton berkepala moncong putih milik Mbak Megawati.

Jelas itu Mr Akbar Tandjung raja koruptor Bulog II akan menyikut semua saingannya seperti tukang pukul dan pembunuh rakyat Aceh, mantan Panglima Abri Jenderal (Purn) Mr Wiranto asal Jawa, Muhammad Jusuf Kalla asal Bone yang berhasil menyedot suara rakyat Sulawesi Selatan, Sri Sultan Hamengku Buwono asli Jawa dari Keraton Yogya, Surya Paloh asal Aceh yang senang melihat Negeri Aceh dalam kerangkeng NKRI, Prabowo Subiyanto Djojohadikusumo asal Jakarta tukang pukulnya Soeharto akhli penculikan aktivis Mei 1998, dan Aburizal Bakrie konglomerasi PT Bakrie & Brothers, dalam usaha untuk meloncat menduduki kursi Presiden NKRI yang sekarang sedang diduduki oleh Mbak Megawati dari golongan partai kepala banteng bermoncong putih.

Tetapi jelas, kalau juga itu Mr Akbar Tandjung raja koruptor Bulog II tetap degil maju untuk dipilih jadi Presiden NKRI, maka akan disapu oleh Mr Big SBY tukang pukul Negeri Aceh dan pembunuh rakyat Aceh dengan pentungan Keppres No.28/2003 buatan Mbak Megawati, sambil berteriak demokrat, demokrat.

Yang tinggal tentu saja itu Mbak Megawati akhli menipu dan tukang jajah rakyat Aceh menghadapi Mr Big SBY tukang pukul Negeri Aceh dan pembunuh rakyat Aceh.

Dimana orang dua itu, Mbak Megawati dan Mr Big SBY, dengan hanya mengharapkan rakyat pemilih yang tinggal di Pula Jawa dan Bali saja sudah cukup, karena pemilih yang tinggal di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, ditambah Bali sudah mencapai 91.680.552 pemilih dari jumlah keseluruhan 145.701.637 pemilih. ( http://www.kpu.go.id/jumlah_penduduk/duklih_10_01_04.htm ) atau sama dengan 63 % dari jumlah keseluruhan pemilih.

Jadi, saudara Sagir, itu kursi Presiden kalau tidak diduduki lagi oleh Mbak Megawati tukang tipu licik seperti ayahnya, Soekarno, akan diduduki oleh Mr Big SBY tukang pukul dan pembunuh rakyat Aceh yang teriak-teriak demokrat, demokrat itu.

Bagi rakyat Aceh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara Pancasila atau NKRI, apakah itu Mbak Megawati yang berlabel kepala banteng bermoncong putih atau Mr Big SBY tukang pukul dan pembunuh rakyat Aceh yang akan menduduki kuris Presiden NKRI adalah sama saja.

Kemudian kalau saudara Sagir mengatakan: "saya yakin itu Indonesia kedepan lebih baik dari 5 tahun lalu, karena adanya perolehan suara dari partai yang cukup baik meningkat perolehannya sehingga ia boleh menjadi counter balance dari pemerintahan untuk membawa Indonesia menjadi lebih baik"

Oh, itu Partai Keadilan Sejahtera yang saudara Sagir Maksudkan.
Ah, mana mampu itu PKS yang hanya memperoleh tidak lebih dari 7% menjadi counter balance Mbak Megawati tukang tipu licik dan Mr Akbar Tandjung akhli korupsi Bulog II di gelanggang DPR.

Oh, mau digabung dengan partainya Amien Rais keturunan Arab itu yang memperoleh kurang dari 7%, mana mampu menghadapi banteng ketaton yang berlindung dibawah pohon beringin tempat para koruptor berjingkrak-jingkrak.

Oh, mau ditambah dengan partainya Mbah Abdurrahman Wahid yang harus dituntun jalannya itu. Ah, mana mau itu Mbah Abdurrahman Wahid bergabung dengan Amien Rais yang suaranya keras tidak menentu dan sukanya naik helikopter itu.

Oh, mau disatukan dengan Tuan Hamzah Haz. Ah, Tuan Hamzah ini lebih senang dan suka berada dibelakang buntut Mbak Megawati.

Jadi, saudara sagir Alva, apa yang saudara harapkan diatas itu, tidak akan terlaksana.
Yang jelas, itu DPR akan menjadi gelanggang adu banteng yang diteduhi oleh rindangan daun-daun beringin dan tempat berjingkrak-jingkraknya para koruptor.

Kemudian itu soal kemelut di Maluku, Poso, dan Minahasa adalah akibat bom waktu yang dipasang oleh Presiden RIS Soekarno, Negara Bagian RI, dan Negara Bagian Negara Indonesia Timur (NIT). Dimana masalah Maluku ini telah saya kupas dalam tulisan "Melihat Soumokil dengan RMS-nya dari sudut fakta & bukti, dasar hukum & sejarah" ( http://www.dataphone.se/~ahmad/040322a.htm )

Selanjutnya soal yang disinggung oleh saudara Sagir: "jika di Indonesia tidak terjadi pembunuhan demokrasi, itu Uni Eropa, Australia, Jepang, US serta PBB melalui UNDP tidak akan membantu terselenggaranya pemilu di Indonesia. Tapi kenyataannya berlainan mereka malah membantu Indonesia untuk belajar berdemokrasi."

Saudara Sagir, pihak NKRI bukan mau belajar demokrasi, melainkan membenamkan demokrasi, lihat saja di Negeri Aceh yang berlaku Darurat Militer, mana bisa dilaksanakan Pemilu 5 April 2004, rakyat dipaksa dengan todongan senjata digiring ke TPS untuk mencoblos. Jadi sebenarnya di Negeri Aceh tidak perlu dilaksanakan Pemilu. Karena Pemilu 5 April 2004 itu adalah pemilu akal-akalan dan akal bulus Penguasa Darurat Militer Pusat Presiden Megawati dari PDI-P yang dibantu oleh Penguasa Darurat Militer Daerah Aceh Mayjen TNI Endang Suwarya saja.

Saudara Sagir, di Negeri Aceh itu harus diselesaikan oleh seluruh rakyat Aceh sendiri melalui penentuan pendapat, yang memberikan kebebasan kepada seluruh rakyat Aceh di negeri Aceh untuk menentukan sikap dan memberikan suaranya, YA bebas dari NKRI atau TIDAK bebas dari NKRI.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad.swaramuslim.net
ahmad@dataphone.se
----------

Date: Fri, 9 Apr 2004 22:08:58 -0700 (PDT)
From: sagir alva melpone2002@yahoo.com
Subject: -
To: ahmad@dataphone.se
Cc: melpone2002@yahoo.com

Ass.Wr.Wb.

Selamat siang saudara Ahmad:) bagaimana kabar anda sekarang ini? semoga anda sekeluarga dalam keadaan sehat selalu dan tetap mendapat lindungan Allah SWT.

Saudara Ahmad, memang pemilu belum tentu akan membawa Akbar menjadi pimpinan di Indonesia, karena masih ada pemilihan presiden 5 juli nanti, dimana ini dikembalikan kepada masyarakat Indonesia untuk memilihnya. Dan siapapun yang terpilih sebagai presiden dan siapapun partai pemenang pemilu, maka harus dihormati. Bukan langsung menolak mentah-mentah. Dan saya yakin itu Indonesia kedepan lebih baik dari 5 tahun lalu, karena adanya perolehan suara dari partai yang cukup baik meningkat perolehannya sehingga ia boleh menjadi counter balance dari pemerintahan untuk membawa Indonesia menjadi lebih baik.

Dan kepada Om Puteh, saya tidak pernah dengan bangga menyebutkan diri sebagai "emas dalam taik anjing" justru saya melihat Om Puteh sendiri yang dengan bangganya menyebut saya dengan "emas dalam taik anjing". Tapi itu hak anda menyebut saya seperti itu dan sebutan lain seperti Belanda hitam ataupun orang tidak kuat belajar dan sipemalas, tapi hak saya juga menyangkal semua itu. Dan anda tidak perlu menjadi provokator untuk membentuk Jawa merdeka dan sebagainya, karena cara itu sama saja dengan politik de vide et empera alias politik pecah belah yang digunakan oleh Belanda dalam menjajah dan menguasai bumi nusantara ini, dan karena ada orang-orang semacam anda jugalah bumi nusantara terjual kepada Belanda.

Dan mengenai apa yang terjadi di Maluku , Poso, Minahasa anda perlu banyak membaca lagi apa yang sebenarnya terjadi, disana justru yang menjadi algojo penyembelih adalah salah satu umat beragama, saya tidak perlu kata umat agama yang mana melakukannya, yang jelas yang menjadi korbannya adalah umat Islam, dan TNI dikirim kesana untuk meredakan konflik umat beragama, dan ini dipakai Alex Manuputy dan aktivis RMS lainnya yang menyatakan bahwa TNI membunuhi orang Maluku, padahal kalo mau objektif yang justru salah satu umat beragama dimaluku yang membantai umat Islam, dan justru orang-orang dari Jawalah (Laskar Jihad pimpinan Jakfar Umar Taleb) yang datang melindungi umat Islam untuk tidak terus dibantai dan diperkosa oleh salah satu umat beragama lainnya. Begitu juga yang terjadi Poso, justru umat beragama yang sama yang melakukan pembantain terhadap umat muslim yang ada disana.

Dan Om Puteh, jika di Indonesia tidak terjadi pembunuhan demokrasi, itu Uni Eropa, Australia, Jepang, US serta PBB melalui UNDP tidak akan membantu terselenggaranya pemilu di Indonesia. Tapi kenyataannya berlainan mereka malah membantu Indonesia untuk belajar berdemokrasi.

Saya kira ini saja yang dapat saya sampaikan, jika ada kata-kata saya yang menyinggung perasaan peserta mimbar bebas, maka saya mohon ma'af, dan saya juga mengucapkan terima kasih atas tanggapan yang diberikan kepada saya.

Wassalam

Sagir Alva

melpone2002@yahoo.com
Universitas Kebangsaan Malaysia
Selangor, Malaysia
----------