Stockholm, 24 April 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

DITYA ITU TNI/POLRI TIDAK SANGGUP MENGHADAPI TNA DALAM PERANG MODERN DI ACEH
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

JELAS DITYA SOEDARSONO ITU TNI/POLRI TIDAK SANGGUP MENGHADAPI TNA
DALAM PERANG MODERN DI ACEH

"Kang Mamad kenapa anda maunya pulang ke Aceh, padahal anda kan bukan bangsa Aceh anda kan bangsa Sunda, Jawa, Hindunesia, kafir, kejawen. Apa mungkin anda diterima orang Aceh? Karena anda sudah berbusa-busa, bahkan berbisa-bisa yang telah mengakibatkan sesama saudara seiman saling membunuh di bumi Rencong ini. titik. Kenapa kang Mamad tidak pulang aja ke Sumedang? Disana aman kang dan tentunya sangat membutuhkan akang untuk memberikan kuliah, pelajaran, dan atau pengajian tentang Khilafah Islam, saya yakin kang bahkan haqul yakin apabila akang menyebarluaskan Khilafah Islam itu akan lebih baik daripada menebar benih-benih permusuhan diantara saudara seiman." (Ditya Soedarsono , dityaaceh_2003@yahoo.com , Sat, 24 Apr 2004 01:39:12 -0700 (PDT))

"Aku malah jadi ingin bertanya pada anda (Dahlan), mengapa anda terus bersuudhon dengan mengatakan darmil bisnis TNI sedang anda sendiri saat ini ngumpet di Australi, menggadaikan harga diri bangsa RI, kalau anda beriman mas Dahlan tak perlu harus menggadaikan harga diri anda ke Australi, dengan menceritakan kekurangan bangsa sendiri kalau anda memang bukan bangsa Indonesia, ya tak perlulah urusin negara dan bangsanya orang lain tapi bila anda masih bangsa RI segera datang kesini, lihat sendiri dengan kepala dan mata hati barulah ungkapkan suara hati. TNI bahkan sanggup menyelesaikan pemberontak GAM cukup satu minggu saja tentunya kalau sang pemberontak berani bertatap muka bukan lantas menanggalkan baju seragamnya, bersembunyi, menyamar sebagai masyarakat biasa dan berlindung serta menjadikan masyarakat sebagai tameng dan benteng hidup, apakah demikian tentara anda yang katanya telah dijamin sorga bila berkalang tanah." (Ditya Soedarsono , dityaaceh_2003@yahoo.com , Sat, 24 Apr 2004 03:38:31 -0700(PDT))

Baiklah Komandan Satuan Tugas Penerangan (Dansatgaspen) PDMD Kolonel Laut Ditya Soedarsono.

Jelas, Kolonel Laut Ditya, itu Kang Ahmad ingin datang ke Aceh, karena sudah lebih dari 50 tahun, itu rakyat Aceh terus saja ditipu, dimulai oleh Soekarno, terus oleh Soeharto, tidak ketinggalan oleh BJ Habibie, disusul oleh Abdurrahman Wahid, dan sekarang oleh Presiden NKRI Megawati dari partai politik kepala banteng moncong putih. Rakyat Aceh bukan hanya ditipu dan dobodohi saja, melainkan Negerinya ditelan, dicaplok, diduduki, dan dijajah pula.

Nah, Kang Ahmad, tidak bisa ditipu oleh para penerus Soekarno, oleh Mang Endang dan Kolonel Laut Ditya, apalagi oleh itu Ryamizard Ryacudu asal Palembang.

Karena itu, ketika Kang Ahmad mengatakan bahwa itu Negeri Aceh ditelan, dicaplok, diduduki, dan dijajah oleh Presiden RIS Soekarno dan diteruskan sampai sekarang oleh pihak NKRI, jelas para penerus Soekarno tercengang dan kelabakan. Mengapa ?

Karena mana diajarkan itu dibangku sekolah, bahwa Negeri Aceh itu sebenarnya ditelan, dicaplok, diduduki, dan dijajah Presiden RIS Soekarno. Paling yang diajarkan dalam buku-buku sejarah nasional NKRI, Aceh daerah istimewa di NKRI, Aceh serambi Mekkah, Aceh modal RI, Aceh tempat PDRI, Aceh punya kekayaan gas alam dan minyak bumi.

Jadi, ketika kang Ahmad membukakan kebohongan dan kelicikan tentang Presiden RIS Soekarno yang menelan, mencaplok, menduduki, dan menjajah Negeri Aceh, kehadapan seluruh rakyat di Negeri Aceh dan di NKRI, maka langsung saja itu para penerus Soekarno, termasuk Kolonel Laut Ditya dan Mang Endang Suwarya orang Sunda satu itu, mencak-mencak, sambil teriak-teriak: "kang Mamad bohong, kang Mamad mengadu domba, kang Mamad memecah belah NKRI".

Nah itulah, Kolonel Laut Ditya, kang Ahmad tidak ingin melihat rakyat Aceh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh Negara Pancasila atau NKRI, terus-terusan ditipu dan dibodohi oleh para penerus Soekarno, termasuk oleh Kolonel Laut Ditya dan Mang Endang.

Kolonel Laut Ditya, itu soal kang Ahmad mau ke Sumedang, itu soal gampang. Ke Sumedang hanya sekedar untuk makan tahu Sumedang, ah, menghabis-habiskan energi saja.

Selanjutnya, kalau kang Ahmad diizinkan "memberikan kuliah, pelajaran, dan atau pengajian tentang Khilafah Islam" di Sumedang, kemudian, kang Ahmad katakan kepada rakyat di Sumedang, mari kita bangun Khilafah Islam yang berpusat di Sumedang. Eh, tahu-tahu itu mang Endang yang didampingi oleh Kolonel Laut Ditya, langsung menyerbu dengan senjata buatan Pindad-nya ketempat kang Ahmad di Sumedang, sambil berteriak: "kang Mamad, itu tidak dibenarkan mendirikan Khilafah Islam di Kabupaten Sumedang, karena itu berarti kang Mamad mendirikan Negara dalam Negara".

Nah kan, terbongkar, kelicikan, Kolonel Laut Ditya.

Kolonel Laut Ditya menyuruh kang Ahmad balik ke Sumedang untuk "memberikan kuliah, pelajaran, dan atau pengajian tentang Khilafah Islam". Kemudian ketika kang Ahmad mengatakan bahwa itu mata pelajaran Khilafah Islam bukan hanya sekedar mata pelajaran, tetapi harus dilaksanakan dan diterapkan seperti yang dicontohkan Rasulullah saw. Kemudian ketika kang Ahmad mengatakan kepada rakyat di Sumedang, mari kita bangun Khilafah Islam yang berpusat di Sumedang. Maka langsung saja diblokir dan dihadang oleh Mang Endang dengan senapan laras panjang buatan pabrik senjata di Pindad Bandung itu, karena kalau memakai senjata buatan Amerika atau Inggris akan diprotes oleh Amerika dan Inggris, sambil berteriak: kang Ahmad, itu Khilafah Islam tidak dibenarkan dan dibolehkan oleh hukum pancasila didirikan di wilayah kekuasaan pemerintah daerah Kabupaten Sumedang yang berdasarkan pancasila hasil utak atik Soekarno.

Jadi, Kolonel laut Ditya, jangan macam-macam lah kalau berbicara dengan Kang Ahmad di Mimbar bebas ini. Semua pintu yang akan dimasuki oleh Kolonel Laut Ditya, sudah ditutup oleh Kang Ahmad.

Selanjutnya itu Kolonel Laut Ditya, mencoba mengutip ayat Al Quran Surat Al Maidah, ayat 26, "...(jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiah) itu. Sebab itu janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu"

Eh, rupanya, Kolonel Laut Ditya coba membuka itu cerita Nabi Musa dengan para pengikutnya untuk memasuki Palestina, tetapi para pengikutnya menolak masuk ke Palestina.

Dimana cerita Nabi Musa dengan para pengikutnya itu dihubungkan dengan Mbak Mega dengan Negeri Aceh.

Wah, sudah salah kaprah itu Kolonel Laut Ditya. Masa itu Negeri Aceh disamakan dengan Negeri Palestina. Mbak Mega disamakan dengan Nabi Musa as. Para pengikut Nabi Musa yang Yahudi itu disamakan dengan rakyat Aceh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara Pancasila atau NKRI.

Tidak betul itu Kolonel laut Ditya mengutip ayat Al Quran Surat Al Maidah ayat 26 itu. Tidak ada hubungannya dengan masalah penelanan, pencaplokan, pendudukan, dan penjajahan Negeri Aceh oleh NKRI.

Selanjutnya, Kolonel Laut Ditya menyinggung darurat militer di Negeri Aceh. Dimana menurut Kolonel, yang menginginkan perpanjangan darurat militer itu adalah para ulama dan rakyat Aceh, bukan TNI/POLRI/RAIDER.

Kemudian, ketika saudara Muhammad Dahlan menyebutkan bahwa itu darurat militer hanyalah bisnis TNI di Negeri Aceh, langsung saja Kolonel Laut Ditya menyanggahnya: "mengapa anda terus bersuudhon dengan mengatakan darmil bisnis TNI, sedang anda sendiri saat ini ngumpet di Australi, menggadaikan harga diri bangsa RI, kalau anda beriman mas Dhalan tak perlu harus menggadaikan harga diri anda ke Australi, dengan menceritakan kekurangan bangsa sendiri"

Jelas, kelihatan itu Kolonel Laut Ditya, makin terpojok. Sudah jelas, itu TNI/POLRI yang ingin tetap bisnis militer di Negeri Aceh terus berlangsung, tetapi dibelokkan pula kepada rakyat Aceh dan para ulama yang katanya menginginkan perpanjangan darurat militer.

Nah sekarang begini, Kolonel Laut Ditya, itu pencabutan Keppres No.28/2003 adalah wewenang Presiden Megawati. Karena Presiden Megawati telah berjanji akan mencabut darurat militer di Negeri Aceh, maka itu para Jenderal TNI/POLRI harus mendukung kebijaksanaan politik, keamanan, pertahanan Presiden Megawati tentang pencabutan Keppres No.28/2003. Jangan disabot atau dihadang ditengah jalan.

Setelah Keppres No.28/2003 dan Keppres No.43/2003 dicabut, kemudian tarik itu semua pasukan TNI/POLRI/RAIDER yang dikirimkan sejak 19 Mei 2003 ke Aceh.

Seterusnya, di Negeri Aceh ini sedang berlangsung perang gerilya, Kolonel Laut Ditya, jangan pura-pura tidak tahu. Jadi wajar kalau TNA melakukan berbagai taktik dan strategi untuk menghadapi TNI/POLRI/RAIDER ini.

Jadi Kolonel Laut Ditya jangan mengatakan: "TNI bahkan sanggup menyelesaikan pemberontak GAM cukup satu minggu saja, tentunya kalau sang pemberontak berani bertatap muka, bukan lantas menanggalkan baju seragamnya, bersembunyi, menyamar sebagai masyarakat biasa"

Eh, Kolonel Laut Ditya, memangnya TNA itu bodoh-bodoh, bisa ditipu oleh Kolonel dan Mang Endang. Sekarang kan sedang berlangsung perang modern di Aceh. Perang bukan hanya menggunakan senjata dan baju seragam saja. Coba tanya kepada itu KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, apa itu yang dinamakan dan dimaksud dengan perang modern di Aceh?

Karena itu KASAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu sudah mempelajari sampai mendalam tentang perang modern di Aceh ini, maka itu, ia ciptakan Raider. Tetapi, ternyata itu Raider made in Ryacudu, masih belum sempurna untuk dipakai dalam perang modern di Aceh. Masih perlu dimodifikasi.

Jadi terakhir, Kolonel Laut Ditya, kenyataannya, secara fakta dan bukti, itu TNI/POLRI/RAIDER yang ditugaskan di negeri Aceh sampai detik ini tidak mampu menghadapi TNA dalam perang modern di Aceh ini.

Sehingga pihak TNI/POLRI/RAIDER menghendaki agar darurat militer masih perlu diperpanjang, bukan hanya untuk terus berusaha menghadapi TNA, tetapi juga agar itu bisnis TNI terus berjalan di Aceh, dan para Jenderalnya di Jakarta, tetap gembira bersuka ria, karena masih dapat kucuran dana via APBN Pusat dan APBN Daerah Aceh.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad.swaramuslim.net
ahmad@dataphone.se
----------

Date: Sat, 24 Apr 2004 01:39:12 -0700 (PDT)
From: Ditya Soedarsono dityaaceh_2003@yahoo.com
Subject: ORANG JAWA SUNDA KOK INGINKAN ACEH?
To: sadanas@equate.com
Cc: tang_ce@yahoo.com, asammameh@hotmail.com, om_puteh@hotmail.com, achehnews@yahoogroups.com, ilyas.abdullah@wanadoo.nl, fadlontripa@yahoo.com, balepanyak@yahoo.com.au, aneuk_pasee@yahoo.com

Assalamu'alaikum Wr Wb,
Bismillahirrahmanirrahim,

ORANG JAWA SUNDA KOK INGINKAN ACEH?

Kang Mamad kenapa anda maunya pulang ke Aceh, padahal anda kan bukan bangsa Aceh anda kan bangsa Sunda, Jawa, Hindunesia, kafir, kejawen. APA MUNGKIN ANDA DITERIMA ORANG ACEH? KARENA ANDA SUDAH BERBUSA-BUSA, BAHKAN BERBISA-BISA YANG telah mengakibatkan sesama saudara seiman saling membunuh di bumi Rencong ini. titik.

Kenapa kang Mamad tidak pulang aja ke Sumedang? Disana aman kang dan tentunya sangat membutuhkan akang untuk memberikan kuliah, pelajaran, dan atau pengajian tentang KHILAFAH ISLAM, saya yakin kang bahkan haqul yakin apabila akang menyebarluaskan Khilafah Islam itu akan lebih baik daripada menebar benih-benih permusuhan diantara saudara seiman.

WASSALAM,

Ditya

dityaaceh_2003@yahoo.com
ACEH NAD
----------