Stavanger, 6 Mei 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

HUSEN AL MUJAHID DAN SOEKARNA SOEKAEMI
Omar Putéh
Stavanger - NORWEGIA.

 

MELIHAT DARI DEKAT HUSEN AL MUJAHID DAN SOEKARNA SOEKAEMI

Kami agak susah juga untuk menjawab suatu persoalan kepada Saudra Iqbal Idris, secara keseluruhan mengenai kasus Helmi Mahendra al Mujahid, dari Idi Rajeuk itu, yang sekarang telah dicalonkan menjadi Senator MPR dari Negara Kolonialis Republik Indonesia (NKRI), yang juga sebagai cu'ak dan ketua militia ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Indonesia Jawa si Penjajah atau Penjajah Indonesia Jawa dan pernah terlibat langsung ketika penyembelihan 34 rakyat sipil di Bumi Flora, Wilayah Peureulak, Darul 'Aqla, persis di hari penepung tawaran pelantikan Megawati Soekarno Putri, menjadi Presiden Indonesia Jawa (NKRI).

Helmi Mahera al Mujahid inipun, pernah berkaok-kaok menentang Acheh Merdeka sejak awal lagi. Ketika issue Acheh Merdeka, masih lagi merupakan sebuah "issue" di Komplek LNG-Blang Lancang, Lhok Seumawe pada tahun 1976. Inikah salah satu kepantasannya untuk menjadi Senator?

Bagi kami, jika kita membicarakan kasus Helmi Mahera al Mujahid, maka menjadi patutlah juga kami dahulukan membicarakan kasus bandingannya dengan Soekarno Soekemi ayah dari Megawati Soekarno Putri.

Soekarno (dia lebih suka dipanggil Soekarna) yang telah mengenyam suasana hidup aman dan damai dialam penjajahan Hindia Belanda sebagaimana juga rakyat Jawa lainnya telah mengenyamnya turun temurun-selama tujuh generasi manusia atau hampir empat generasi negara atau sejak 1596-1949, yang ikut setiap hari menaikkan bendera tiga warna Merah-putih-biru. Ikut menyanyikan setiap hari lagu Wihelmus, Yuliamus. Ikut setiap hari memberi tabik hormat kepada The White Dutchmen, si Belanda-Bulek, kemudian ikut setiap pagi-hari membungkuk menghadap kiblat kesebelah Timur kearah Matahari Terbit, menyembah Teno Heika atau iktu setiap hari menaikkan bendera lambang Matahari Terbit, namun toh, kok dia bisa juga menjadi Presiden Indonesia Jawa!?

Soekarno pernah memaksa seorang pegawai pemerintahan di Salatiga menceraikan istrinya yang telah beranak lima, Hartini anak kelahiran Ponorogo itu dan kemudian mengawininya dan mempunyai dua anak, Guruh dan Bayu!.

Hartini ditemuinya ketika sedang memimpin majelis makan-makan untuk memeriahkan suasana penyambutan kedatangan Soekarno ke Salatiga.

Salah seorang anak Hartini, kemudian berhasil dididik menjadi Insinyur Perkapalan di Surabaya dan kemudian ke Rusia, Ir Herwindo.

Kalau Hussein al Mujahid ini, dia itu mengawini (merampok) istri keluarga Raja Arifin? Dari Kwala Simpang, setelah menggorok leher suaminya, salah satu aksi dari rentetan peristiwa "Prang Tjumbok" atau kemudian Jawa si Penjajah atau Penjajah Indonesia Jawa menamakan prang itu sebagai prang sosial. Ini bagaimana pula yang kemudian mempunyai anak diantaranya Helmi Mahera Husen al Mujahid?

Ustadz Ahmad Sudirman bagaimanakah persolannya dengan kejadian yang sama seperti Guruh, Bayu dan Helmi Mahera Husein al Mujahid ini?

Hussein al Mujahid atau lebih dikenal "Abu Nawas al Idi" ini, dosanya sangat besar terhadap bangsa Acheh. Dia telah membunuh Panglima Agung Teuku Ibrahim-anak cucu Iskandar Muda, ajudannya Purba anak dari tanah Batak itu dan pasukannya, dengan membuat tipu muslihat. Dengan cara mengundang Panglima Agung Teuku Ibrahim, ajudannya Purba dan seluruh pasukannya untuk menghadiri "Khanduri-Kesyukuran" atas keberhasilan Panglima Agung Teuku Ibrahim, ajudannya Purba dan pasukannya merebut semua senjata dari tangan tentara Jepang di Stasion Kereta Api Lhok Seumawe pada tahun 1945.

Senjata Jepang yang dimiliki Panglima AgungTeuku Ibrahim merupakan jumlah yang terbesar yang pernah dimiliki oleh mana-mana satuan anak negeri di Asia Tenggara, ketika itu. Sebahagian senjata-senjata ini kemudian pernah dikirim ke Bukittinggi.

Sebelum masuk kedalam bangunan itu, semua ribuan senjata-senjata yang dimiliki Panglima Agung Teuku Ibrahim dan pasukannya, yang berkali-ganda dari jumlah pasukannya itu, disarankan agar dihimpun saja semua di luar bagunan.

Maka sebaik semua, Panglima Agung Teuku Ibrahim, ajudannya Purba dan seluruh pasukannya telah berada didalam bangunan, dengan serta-merta pintu bangunan itupun ditutup!

.............terjadilah aksi pembunuhan massal dilakukan oleh Husen al Mujahid keatas Panglima Agung Teuku Ibrahim, ajudannya Purba dan seluruh pasukannya. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.

NB: Dari peristiwa pahit inilah TNA, Tentara Negara Acheh, tidak mau mengalami peristiwa pahit seperti yang pernah menimpa Panglima Agung Teuku Ibrahim, ajudannya Purba dan seluruh pasukannya berulang ketika ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Jawa si Penjajah atau Penjajah Indonesia Jawa, meminta TNA, Tentara Negara Acheh menggudangkan senjata mereka.

Karena, kemudian ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Jawa si Penjajah atau Penjajah Indonesia Jawa juga akan menyembelih Panglima Prang Muzakir Manaf, ajudannya Sofyan Daod dan seluruh pasukannya seperti yang pernah dialami Panglima Agung Teuku Ibrahim, ajudannya Purba dan seluruh pasukannya! Apalagi kita ketahui Jawa si Penjajah atau Penjajah Indonesia Jawa The Black Dutchmen, si Belanda Hitam itu terlalu licik!

Teungku Daud Beureuéh setuju seperti yang dilakukan oleh Husen al Mujahid keatas Panglima Agung Teuku Ibrahim, ajudannya Purba dan pasukannya, karena Panglima Agung Teuku Ibrahim, ajudannya Purba dan seluruh pasukannya, akan membakar merah putih yang coba dikibarkan di bumi Acheh dan akan menentang rencana jahat empat "oelama" yang akan mengeluarkan "Pernyataan 15 Oktober, 1945" dan juga akan menantang Teungku Daud Beureuéh yang menimbulkan Prang Tjumbok untuk coba membunuh Teuku Abdullah Tjumbok dan Hulubalang-Hulubalang Acheh-cucu Iskandar Muda pada tahun 1946, ketika Perang Tjumbok (Prang Sosial?) atau akan menghalang Teungku Daud Beureuéh menjual Negara Acheh dan menukarnya dengan Propinsi ala Jawa si Penjajah atau Penjajah (sebagaimana hari Senin, 3 Mei 2004, telah diluruskan kembali oleh saudara Ahmad Sudirman terhadap usaha-usaha lain, dari usaha pembelokan sejarah bangsa Acheh oleh si bekicot Jawa si Penjajah atau Penjajah Indonesia Jawa, Mayor (Purnawirawan) M.Nur el Ibrahimi penduduk Jakarta itu!

Menyambung kembali ke "tingkah" Husen al Mujahid, yang pernah menjadi "Direktur Utama Permina", sebelum Pangkalan Brandan dibumi-hanguskan, atau sebelum Letjen Ibnu Sutowo, mengambil alih membangun kembali Pangkalan Brandan, menyuling minyak Acheh, (yang kemudian diakui sendiri oleh Letjen Ibnu Sutowo, sebagai modal pertama perusahaan Pertamina hari ini-baca majalah Pertamina).

Untuk mendapatkan pensiunannya sebagai Direktur Utama Permina, selain pensiunannya sebagai "kolonel TNI atau DI/TII, dia pernah membeli sekodi kain merah dan putih, kemudian menjahit sebahagiannya menjadi sebagai sebuah bendera dan kemudian menyewa sebuah tempat dibangunan yang tinggi, dilaluan ulak-alik Soeharto Kleptokracy dari Istana Merdeka ke Bina Graha dan mengibarkannya disana.

Soeharto Kleptokracy kemudian menyuruh ajudannya memanggil Husen al Mujahid ke Istana Merdeka menjumpainya, setelah diberitahukan bahwa seorang "kolonel" dari Acheh yang punya bendera itu. Dari sejak pertemuan itulah kemudian "Abu Nawas Idi" ini menerima pensiunan extra dari jabatannya sebagai Direktur Utama Permina.

Walaupun begitu, dia tetap dikenal sebagai "Abu Nawas Idi", sebagaimana tingkah lakunya dengan berjas komplet, tetapi tetap berkaki ayam ketika berjalan sepanjangan jalan yang dilaluinya di Kota Medan dan banyak lagi diantaranya dia selalu bermake-up dan berdandankan sebagaimana make-up dan dandanan yang biasanya dipakai oleh orang yang tidak pernah mandi ataukah itu sebagai yang telah diperlihatkan oleh Allah SWT , sebagai kutukanNya atas kejahatan Husen al Mujahid sebelum itu, keatas ayah si Cu'ak, si Ketua Militia atau si calon Senator MPR Jawa si Penjajah atau Penjajah Indonesia Jawa?

Teungku Daud Beureuéh, yang kita hormati itu, ayah dari Kolonel (Purnawirawan) TNI atau DI/TII Hasballah Daud dan bapak mertuanya Mayor TNI atau DI/TII (Purnawirawan) Nur el Ibrahimi, juga mengawini istri korban Prang Tjumbok (Prang Sosial), dari Meulaboh, tetapi bukanlah seperti yang dilakukan model Husein al Mujahid atau Soekarno Soekemi, tetapi ikut mengambil tanggung jawab lain.

Sebagaimana Soekarno Soekemi, maka Teungku Daud Beureuéh pun bertanggung jawab lain juga mendidik anak dari istri Meulabohnya menjadi insinyur petrolia di Amerika, Ir Sulaiman Daud (beliau menyematkan nama Teungku Daud, dibelakang nama beliau juga), seorang paling gentlemen, paling baik dan paling simpatik kepada setiap pemuda-pemuda Acheh, dan tidak seperti Kol (Purnawirawan)TNI atau DI/TII Hasballah Daud dan Mayor (Purnawirawan) TNI atau DI/TII Nur el Ibrahimi yang sombong dan angkuh itu!

(bersambung ke Plus I + Husen al Mujahid dan Soekarna Soekemi)

Wassalam

Omar Putéh

om_puteh@hotmail.com
Norway
----------