Stockholm, 31 Mei 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

SUMITRO & NETTY ITU TIMTIM DICAPLOK KELIHATAN PBB, ACHEH DICAPLOK DULU BARU MASUK KE PBB
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

SUMITRO & NETTY ITU TIMTIM DICAPLOK KELIHATAN PBB ACHEH DICAPLOK DULU BARU MASUK KE PBB

"Pak Ahmad Sudirman. Tapi sayang GAM lupa bahwa Aceh tidak sama dengan Timor Laste....kalau Timor memang tidak terdaftar di PBB sebagai kesatuan dengan NKRI makanya Habibie waktu itu melepaskannya tapi..kalau Aceh ( ma'af loh pak ) ..coba tengok ke PBB..ternyata Aceh itu termasuk dalam NKRI makanya tidak ada satupun negara didunia ini yang mendukung GAM karena mereka sadar bahwa Aceh itu murni NKRI, gitu loh pak ?" (Sumitro, mitro@kpei.co.id , Mon, 31 May 2004 08:52:27 +0700)

"Pak Ahmad, mendingan Pak Ahmad kesini / ke Indonesia aja lah - bikin masalah ini menjadi tuntas - tas - tas. Orang2 seperti Pak Ahmad adalah produk jaman dulu (maaf lho) sehingga tahu banyak mengenai sejarah Aceh tercinta - idealisme ttg referendum harus dipertahankan - mungkin itu yang terbaik untuk Aceh (siapa tahu ?). Tapi masalahnya Pak Ahmad Sudirman cs harus punya tindakan real - maka dari itu ke Indonesia - siarkan opsi ttg ini - bikin orasi yang disiarkan di seluruh TVRI dan swasta - biarkan masyarakat Aceh yang memilih. Sehingga debat di mail seperti ini tidak terjadi lagi, masak pake bawa2 hidung segala hihihi. Apakah Bapak setuju dengan apa yang saya sampaikan - lha kalau ga mau ke Indonesia, nuntaskan masalah ini caranya bagaimana Pak ?" (Netty Suwarto, nettysuwarto@yahoo.com , Sat, 29 May 2004 03:19:21 -0700 (PDT))

"Tindakan yang nyata itu misalnya saja Bapak sekali2 main ke Indonesia - yaaa gimana lah caranya (Bapak kan lebih ngerti) trus bikin orasi kayak demo gitu lho Pak - kan asiik paling2 Bapak dipenjara tapi toh cuma sebentar (kayak Xanana G - Timor Timur itu lho) - cuma tindakan ini kan akan memperkuat masyarakat (orang2) yang memang ingin keluar dari RI (seperti yang Bapak bilang) menjadi berani bersikap - berani mengatakan, mengajukan pilihan ketegasan yaaa saya ingin merdeka dari RI .... gitu Pak. Lha kalo orang2 yang pintar dan vokal dan yang katanya tahu banyak ttg kesengsaraan Aceh (seperti a.l Bapak) cuma di luar negeri, koar2 dari sana - yaaaa kita2 yang (misalnya) berniat merdeka dari RI jadi kehilangan nyali - kehilangan keberanian - ga berani berkoar2/berbicar a sendiri dari sini." (Netty Suwarto, nettysuwarto@yahoo.com , 29 maj 2004 09:51:06)

Baiklah saudara Sumitro di Jakarta, Indonesia dan saudari Netty Suwarto di Jakarta, Indonesia.

Pertama saya akan bicara dengan saudara Sumitro.
Begini, dalam diskusi di mimbar bebas ini saya sendiri tidak emosi dan tidak menghujat. Kalau bicara sedikit keras, itu biasa. Kemudian kalau saya mengatakan hidung saudara Sumitro ditarik Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu, itu bukan menghujat, tetapi kenyataan. Coba saja perhatikan, hampir tiap hari rakyat di NKRI dibombardir dengan propaganda sepihak Penguasa NKRI dan TNI tentang Acheh melalui media massa. Mana ada itu cerita ASNLF dan GAM yang sebenarnya disiarkan dalam media massa di NKRI. Nah, dengan percayanya kepada propaganda TNI dan Penguasa Mbak Mega tanpa disaring dengan pikiran yang kritis, itu namanya, sama dengan hidung sudah ditarik oleh TNI, khususnya oleh Ryacudu, Sutarto dan Mbak Mega.

Kemudian, itu Timor Timur memang kelihatan dengan jelas ditelan dan dicaplok mentah-mentah oleh Jenderal Soeharto bersama TNI-nya pada tanggal 8 Desember 1975, sembilan hari setelah Timor Timur diproklamasikan berdiri bebas dari Portugal pada tanggal 28 November 1975, dan PBB-pun menyaksikan penelanan dan pencaplokan yang dilakukan oleh Jenderal Soeharto dengan TNI-nya itu.

Walaupun Timor Timur telah berhasil dimasukkan kedalam NKRI pada bulan Juli 1976 dan dinyatakan sebagai Propinsi Timor Timur. Tetapi jelas karena kerja Jenderal Soeharto yang menelan dan mencaplok Timor Timur itu kelihatan oleh PBB, dan ketika Jenderal Soeharto dijatuhkan pada tanggal 22 Mei 1998, digantikan oleh BJ Habibie, maka BJ Habibie tidak bisa berbuat banyak, kecuali menyetujui dilaksanakan jajak pendapat pada tanggal 30 Agustus 1999 dibawah pengawasan PBB. Dimana hasil jajak pendapat yang diumumkan 4 September 1999 itu, menyatakan 78,5% ingin merdeka dan sisanya, 21,5 %, tetap bergabung dengan RI.

Sekarang kembali kepada kasus Negeri Acheh. Tentang penelanan dan pencaplokan Negeri Acheh ini tidak kelihatan oleh PBB, karena memang itu RI yang menjelma menjadi NKRI belum menjadi anggota PBB. Mana ada negara lain yang melihat kelakuan Soekarno menelan dan mencaplok Negeri Acheh pakai RIS pada tanggal 14 Agustus 1950 dengan mempergunakan Peraturan Pemerintah RIS No.21/1950 Tentang Tentang Pembentukan Daerah Propinsi dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.5 tahun 1950 tentang pembentukan Propinsi Sumatera-Utara.

Setelah Negeri Aceh ditelan dan dicaplok Soekarno kemudian masuk kedalam perut RIS, diteruskan kedalam perut RI yang menjelma menjadi NKRI, maka Soekarno mengajukan permohonan kepada PBB agar NKRI menjadi anggota PBB. Kemudian pada tanggal 26 September 1950 Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi No.86 tahun 1950 yang menyatakan dan memberikan rekomendasi kepada Sidang PBB untuk menerima RI atau NKRI sebagai anggota PBB ke-60.

Nah, jelas, itu DK PBB dan Sidang Umum PBB, mana mengetahui sebelumnya, bahwa itu Negeri Acheh ditelan dan dicaplok Soekarno pakai RIS. PBB hanya mengetahui gambar peta NKRI yang terdiri dari bekas Negara-Negara Bagian RIS ditambah dengan Negeri Acheh dan Republik Maluku Selatan yang telah ditelannya.

Jadi saudara Sumitro, kalau saudara mengatakan: "coba tengok ke PBB..ternyata Aceh itu termasuk dalam NKRI makanya tidak ada satupun negara didunia ini yang mendukung GAM karena mereka sadar bahwa Aceh itu murni NKRI, gitu loh pak ?"

Itu pernyataan saudara Sumitro diatas adalah salah besar. Mengapa ?, karena memang Soekarno itu licik, sebelum masuk menjadi anggota PBB, itu Negeri Acheh ditelan dan dicaploknya dulu, baru lapor kepada PBB dengan membawa gembolan NKRI yang sudah gemuk karena makan Negeri Acheh.

Eh, saudara Sumitro, siapa yang "mengintimidasi, melakukan terror, mengancam bahkan membunuh rakyat sipil acheh" kalau bukan TNI/POLRI/RAIDER atas perintah Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu yang diteruskan kepada Mayjen TNI Endang Suwarya, dan dilaksanakan oleh Pangkoops TNI, Brigjen George Toisutta, yang sekarang karena di Acheh sudah menjadi Darurat Sipil dipindahkan ke pusat menjadi Pangdiv I Kostrad.

Mana ada rakyat sipil Acheh yang disandera TNA/GAM dan dijadikan tameng untuk menghadapi TNI sebagaimana yang dipropagandakan oleh pihak TNI. Coba tanya itu kepada rakyat Acheh yang katanya disandera TNA/GAM, bagaimana keadaan dalam sandera TNA/GAM.

Itu yang namanya rakyat sipil Acheh yang disandera TNA/GAM hanya propaganda kosong pihak Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu, Mayjen TNI Endang Suwarya, dan Pangkoops TNI, Brigjen George Toisutta saja.

Itu melambungkan propaganda Acheh memang kerjaannya Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu, dan Mayjen TNI Endang Suwarya.

Jelas, itu rakyat Acheh memang sudah trauma terhadap bau-bau TNI/POLRI ini. Mereka rakyat Acheh sudah ditindas dari masa Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid dan sekarang Megawati bersama TNI-nya.

Jadi, itu rakyat sipil Acheh yang lebih dari 50 tahun ditekan, disiksa, dibunuh oleh TNI atas perintah Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid dan sekarang Megawati.

Coba pikirkan matang-matang, itu Negeri Acheh yang ditelan, dicaplok, diduduki, dan dijajah Presiden RIS Soekarno, Presiden RI Soekarno, Presiden NKRI Soekarno dianggap sebagai milik Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid dan Megawati.

Memang bodoh sekali itu para pimpinan NKRI ini. Negeri Acheh milih rakyat Acheh dianggap sebagai milik NKRI. Ini memang sudah keterlaluan. Bagaimana rakyat Acheh tidak bangkit dan memperjuangkan kemerdekaan Negeri Acheh.

Kemudian sudah berpuluh kali dimimbar bebas ini dinyatakan bahwa Ahmad Sudirman akan ke Negeri Acheh apabila, pertama, darurat militer dicabut dan TNI/POLRI/RAIDER ditarik tanpa syarat dari Negeri Acheh. Kedua, rakyat Acheh diberikan kebebasan untuk menentukan pendapatnya melalui cara jajak pendapat dengan dua opsi, yaitu opsi YA bebas dari NKRI dan opsi TIDAK bebas dari NKRI.

Itu saja persyaratan dari Ahmad Sudirman, mudah dan gampang.
Itu soal darurat militer telah diganti dengan darurat sipil, tetapi itu 50 000 TNI/POLRI/RAIDER masih tetap bercokol di Negeri Acheh tidak ditariknya keluar dari Acheh. Jadi apa bedanya darurat militer dengan darurat sipil, kalau itu TNI/POLRI/RAIDER masih tetap saja menduduki Negeri Acheh.

Jadi, Ahmad Sudirman tidak bisa ditipu oleh Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu, Mayjen TNI Endang Suwarya, dan Presiden Megawati.

Memangnya Ahmad Sudirman mau begitu saja datang ke Negeri Acheh dan NKRI, lenggang kangkung sambil cuap-cuap di NKRI, pusat tempat berkuasanya Mbak Mega, Sutarto dan Ryacudu. Itu mimpinya Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu, Mayjen TNI Endang Suwarya, dan Presiden Megawati.

Selanjutnya itu para mahasiswa yang pada tanggal 8 november 1999 melakukan tuntutan referendum dengan pertemuan raksasa yang dihadiri oleh 2.000.000 (dua juta lebih) massa yang salah satunya dipimpin oleh saudara Muhammad Nazar, Ketua Presidium Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA)yang telah divonis lima tahun penjara dalam kasus makar, dan pada hari Senin, 17 Mei 2004 telah dipindahkan ke LP Pulau Jawa untuk dikurung selama 5 tahun.

Jelas, itu Muhammad Nazar bukan ikut-ikutan Timor Timur yang telah melaksanakan referendum pada tanggal 30 Agustus 1999. Melainkan memang itu perjuangan rakyat Acheh yang sudah lama timbul sebelum Timor Timur dicaplok Soeharto pada bulan Desember 1975.

Seterusnya itu menyangkut soal senjata TNA, mana boleh diceritakan di mimbar bebas ini. Sama juga dengan itu Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu, mana mau mereka menceritakan darimana dibelinya senjata-senjata yang dipakai oleh TNI/POLRI/RAIDER, paling disebutkan dibuat oleh PINDAD.

Kembali menyinggung ladang ganja, itu kan sudah jelas siapa yang menguasai sebagian besar Negeri Aceh, TNA/GAM atau itu TNI dibawah Mayjen TNI Endang Suwarya, kalau sekarang dibawah Gubernur Acheh Abdullah Puteh ?. Apakah itu ladang ganja ada didaerah yang dikuasai oleh TNA/GAM atau yang dikuasai oleh TNI ?. Kemudian siapa itu yang menanam ganja tersebut, apakah para transmigrasi dari Jawa, atau penduduk asli Acheh ?. Itu cerita yang selalu ditayangkan dalam TV tentang GAM dan ganja, semua isinya hanya berupa propaganda isap jempol Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu, dan Mayjen TNI Endang Suwarya saja. Ahmad Sudirman mana bisa ditipu oleh propaganda isap jempol Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu, dan Mayjen TNI Endang Suwarya.

Coba saudara Sumitro kalau menulis itu cerita "dari hasil memeras rakyat aceh, merampok dan mencuti", mana fakta dan buktinya, apakah memang benar itu anggota ASNLF dan TNA yang melakukannya. Jangan membeberkan cerita yang dibuat oleh Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu, dan Mayjen TNI Endang Suwarya. Mereka bertiga itu pandainya hanya menipu dan berbohong saja. Rakyat di NKRI dan di Negeri Acheh terus saja ditipu dengan berbagai macam propaganda isap jempol made in Ryacudu dan Sutarto.

Jadi, mana ada itu para mahasiswa yang merasa dibodohi oleh ASNLF atau GAM, coba ceritakan mahasiswa dari mana di Negeri Acheh yang merasa dibodohi dan dibohongi oleh ANSLF atau GAM ?. Yang jelas, itu para mahasiswa dibohongi, ditekan, dipenjarakan oleh pihak Penguasa Darurat Militer Daerah Acheh dan sekarang oleh Penguasa Darurat Sipil Acheh yang ditunjang oleh TNI dibawah komando Mayjen TNI Endang Suwarya.

Kemudian, itu soal yang saudara Sumitro katakan: "Swedia akan menghukum Pak Hasan Tiro, loh ( dalam proses ) ..sabar saja yach pak Amad..karena Bapak akan mendapatkan giliran....saya dengar sich bapak yang ke lima urutannya"

Itu Teungku Hasan Muhammad di Tiro akan dihukum oleh pihak Pengadilan Swedia, apabila memang bukti-buktinya kuat, kalau tidak, hanya isap jempol TNI, maka mana bisa itu bukti-bukti dipakai menjerat Teungku Hasan Muhammad di Tiro.

Soal Ahmad Sudirman, mana bisa kena hukum di Swedia berdasarkan bukti isap jempol Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu, dan Mayjen TNI Endang Suwarya.

Sekarang saya akan bicara dengan saudari Netty Suwarto.

Kelihatannya saudari Netty ini memang seperti burung perkutut saja, bunyi nyaring, isinya kosong. Saya perhatikan tidak ada sedikitpun isinya yang mengandung fakta dan bukti, dasar hukum dan sejarah Negeri Acheh mengapa sampai berada dalam sangkar NKRI.

Ya, mungkin saudari Netty ini dari staf kesehatan, seperti dokter atau jururawat begitu. Pokoknya asal mulut bercuap-cuap saja. Yang penting bisa berdebat dengan Ahmad Sudirman, Imah Nor, Warwick, Sisinga Maharaja, Shahen Fasya, Prinze Adam, Omar Puteh.

Itu mengenai Ahmad Sudirman datang ke NKRI, telah saya kemukakan diatas kepada saudara Sumitro.

Memangnya Ahmad Sudirman mau datang sebagai turis sambil bersiul-siul di kandang Ryacudu dan Sutarto yang siap dengan senjata pentungan dan pistolnya buatan PINDAD ?. Ahmad Sudirman tidak bodoh. Mana mau itu Presiden Megawati, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu berdebat secara terbuka tentang Negeri Acheh yang ditelan, dicaplok, diduduki, dan dijajah Soekarno dan dipetahankan sampai detik ini oleh Presiden Megawati.

Belum apa-apa, mereka bertiga sudah menggelupur, karena memang tidak mempunyai alasan kuat fakta dan bukti, dasar hukum dan sejarah yang menyatakan bahwa Presiden RIS Soekarno tidak menelan, tidak mencaplok, dan tidak menduduki Negeri Acheh.

Karena kalau memang sudah ada buktinya, jelas dari pagi-pagi itu para sejarawan nasional NKRI sudah bercuap-cuap bahwa memang benar Negeri Aceh secara fakta dan bukti, dasar hukum dan sejarah milik NKRI, milik Soekarno, milik Mbak Mega, dan milik saudari Netty dari tim kesehatan ini.

Tetapi faktanya sampai detik ini tidak seorangpun akhli sejarah nasional NKRI yang tampil menghadapi dan mematahkan argumentasi Ahmad Sudirman mengenai fakta dan bukti, dasar hukum, dan sejarah tentang penelanan, pencapalokan, pendudukan, dan penjajahan Negeri Acheh yang dilakukan oleh Presiden RIS Soekarno pada tanggal 14 Agustus 1950 dengan memakai PP RIS No.21/1950 dan PERPPU No.5/1950.

Nah, walaupun Ahmad Sudirman tidak di daerah wilayah kekuasaan NKRI untuk melakukan perdebatan, tetapi perdebatan terbuka bisa saja dilaksanakan terbuka lewat udara, apakah memakai jalur satelit yang dipancarkan keseluruh dunia, saya duduk di Stockholm, Presiden Megawati, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu duduk di Jakarta. Sedangkan rakyat di NKRI dan di Negeri Acheh duduk menonton didepan layar TV dan mendengar lewat radio dan bisa melihat lewat WEB internet.

Jadi, bisa saja, kita lakukan perdebatan secara terbuka lewat satelit. Hanya masalahnya, maukah itu Presiden Megawati, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu berdebat melawan Ahmad Sudirman tentang Negeri Acheh ?. Jangan-jangan mereka bertiga belum berdebat sudah pada sakit demam, apalagi itu Mbak Mega.

Nah ini kan merupakan "tingkah laku yang real" kalau memang lewat email dan diskusi di internet tidak digubrisnya, kita bisa bicara langsung lewat satelit disaksikan oleh seluruh rakyat di NKRI dan di Negeri Acheh. Coba berani atau tidak itu Mbak Mega, yang katanya sebentar lagi mau kampanye untuk dipilih jadi presiden NKRI lagi, rupanya enak jadi presiden.

Jelas Ahmad Sudirman bukan seperti Xanana G dari Timor Timur dulu. Ahmad Sudirman mana bisa disekap dan divonis hukuman oleh Mbak Mega lewat para jaksa dan hakim-nya. Jadi, jangan harap, Ahmad Sudirman disekap model Xanana G dan model Soekarno dulu oleh Belanda. Dulu sebentar-sebentar Soekarno disekap Belanda. Soekarno memang tidak berjuang, kerjanya hanya membiarkan dirinya dipenjara oleh Belanda saja. Keluar masuk penjara, itulah kerja Soekarno.

Jadi, Ahmad Sudirman berada di luar Acheh, itu memang lebih baik ketimbang ada dalam penjaranya Ryacudu dan Sutarto. Makanya itu dua Jenderal ini, pusing tujuh keliling. Mana ada para petinggi ASNLF atau GAM yang berhasil dimasukkan kedalam LP di Pulau Jawa. Makanya itu, Mbak Mega pusing tujuh keliling. Dipikirnya Pemerintah Swedia akan mampu dibujuk untuk menangkap para petinggi ASNLF atau GAM untuk diserahkan kepada Mbak Mega, Ryacudu dan Sutarto.

Justru rakyat Acheh yang mendengar, melihat, memperhatikan bahwa para petinggi ASNLF atau GAM masih tegar berjuang tidak mudah tunduk dan patuh kepada Mbak Mega, Sutarto, dan Ryacudu, jelas merasa senang dan gembira. Teungku Hasan Muhammad di Tiro bukan seperti Soekarno yang kerjanya keluar masuk penjara Belanda. Setelah diakui kedaulatan RIS oleh Belanda, eh, tahu-tahu ditelannya semua Negara-Negara Bagian RIS pakai mulut RI Negara Bagian RIS, termasuk Negeri Acheh dan daerah Maluku Selatan. Itulah kelicikan Soekarno.

Jadi, sekarang rakyat Acheh sudah bisa mengerti, kalau memang itu Presiden Megawati, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu punya kemampuan untuk mempertahankan Negeri Acheh yang telah ditelan, dicaplok, dan diduduki oleh Soekarno, silahkan tampil dan berdebat secara terbuka lewat satelit. Kita pergunakan teknologi mutakhir sekarang ini. Bukan hanya sekedar duduk atau berdiri berhadap-hadapan, itu sudah ketinggalan zaman.

Tetapi, kenyataannya sekarang, itu Presiden Megawati, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu tidak akan mungkin berani tampil berdebat secara terbuka model begini. Mengapa ? Karena mereka bertiga ini pandainya menyembunyikan kebusukan dan keborokan Soekarno. Negeri Acheh jangan dibongkar-bongkar lagi. Itu kan Negeri Acheh sudah masuk dalam sangkar NKRI. Dimana Negeri Acheh itu berada dalam kerangka NKRI.

Nah, itukan alasan yang biasa didengar dari pihak Penguasa NKR dan TNI.

Mana rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasibnya sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara Pancasila atau NKRI terkatung-katung, dan juga mereka tidak munafik. Mana ada rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasibnya sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara Pancasila atau NKRI mengaku bangsa Indonesia dan dibalik itu menyatakan ingin merdeka.

Paling itu rakyat Acheh pendatang yang bisa dicekoki dengan propaganda isap jempol Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu.

Seterusnya, kalau saudari Netty mengatakan: "Saya memang ga punya data statistik yang pasti berapa orang Aceh yang mengakui senang dan berbahagia sebagai bangsa Indonesia, karena untuk saat ini jawaban itu kan letaknya di hati Pak."

Itu kalau hanya jawabannya ada di hati, bukan statistik namanya, melainkan hanya nerka-nerka saja, seperti itu kepandaiannya Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu. Mana ada kepandaiannya orang dua itu. Namanya saja Jendral, begitu benar-benar digebrak oleh Teungku Ishak Daud, sudah lari kucar-kacir.

Lalu itu soal status darurat militer diturunkan menjadi status darurat sipil, tetapi kenyataannya, sama saja, karena itu pasukan TNI/POLRI/RAIDER yang lebih dari 50 000 masih tetap tidak ditarik dari Negeri Acheh, alasan untuk menumpas TNA/GAM. Memang kerjanya bohong saja itu Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu.

Rakyat Acheh mana bisa berdemonstrasi. Coba perhatikan apa yang digertakkan oleh Kapolda Nanggroe Aceh Darussalam, Irjen Pol Drs Bahrumsyah SH: "Tapi nanti dulu. Kita tidak akan beri kesempatan lagi kepada GAM itu untuk come back. Salah satu kebiasaan yang mereka lakukan kini sudah terlihat. Unjuk rasa dimana-mana. Ada unjuk rasa, alasannya menolak meliterisme. Padahal mereka melaksanakan unjuk rasa lebih meliter dari militer. Itu harus kalian waspadai." (Kapolda Irjen Pol Bahrumsyah, arahannya, di gedung Serbaguna komplek kediaman Kapolda, Rabu, 26 Mei 2004).

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad.swaramuslim.net
ahmad@dataphone.se
----------

From: Sumitro mitro@kpei.co.id
To: Ahmad Sudirman <ahmad@dataphone.se>, mitro@kpei.co.id, dityaaceh_2003@yahoo.com, yuhe1st@yahoo.com, mr_dharminta@yahoo.com, habearifin@yahoo.com, editor@jawapos.co.id, suparmo@tjp.toshiba.co.jp, siliwangi27@hotmail.com, sea@swipnet.se, solopos@bumi.net.id, Padmanaba@uboot.com, kompas@kompas.com, webmaster@detik.com, waspada@waspada.co.id, redaksi@waspada.co.id, redaksi@satunet.com, redaksi@kompas.com, redaksi@detik.com
Subject: RE: HIDUNG RUSMANTO & SUMITRO SUDAH DITARIK RYACUDU & SUTARTO
Date: Mon, 31 May 2004 08:52:27 +0700

YTH Pak Ahmad Sudirman......

Saya membayangkan suatu waktu bapak jadi seorang pemimpin...wah....saya ragu kalau bapak akan menjadi pemimpin yang baik dan benar. Bagaimana tidak ? wong baru diskusi seperti ini, dikritik dan diberi pertanyaan2 yang keras gitu saja bapak sudah emosi luar biasa dan bapak malah menghujat segala ( ma'af kata2nya enggak berpendidikan ) . Sebaiknya SE nya dibuanga saja pak yach ?. Bagaiamana memimpin rakyat aceh..wong segelintir orang azah enggak mampu bapak redam emosinya.

Saya setuju dengan Ibu netty bahwa tindakan GAM selama ini tidak sesimpatik Timor-timor ( xanana G ). Kalau di Timor mereka sama rakyat dekat dan benar2 melakukan kegiatan yang sifatnya simpatik sehingga rakyat timor menyatu dengan mereka. Sedangkan GAM malah sebaliknya....mereka mengintimidasi , melakukan terror, mengancam bahkan membunuh rakyat sipil aceh terutama kalau rakyat aceh tidak mau menyumbang untuk GAM, ini fakta loh pak Ahmad....bagaiman rakyat aceh simpatik sama GAM kalau caranya seperti itu? Belumlagi banyaknya rakyat sipil ditangkap, disandera kemudian mereka dijadikan tameng untuk melawan TNI ( kalau mereka para sandera mati maka dibilang yang bunuh adalah TNI ) padahal mereka itu dijadikan tameng oleh GAM. Nach apakah Pak Ahmad tahu hal itu...? bagaiaman anda tahu kalau anda diluar negeri? dari Informasi anak buah Bapak ? ha...ha...ha.....kalau pun itu informasi dari anak buah bapak dan informasi tersebut dibikin-dibikin menyatakan bahwa mereka mati murni karena TNI lalu Bapak akan berkoar lagi diluar negeri bahwa TNI telah membunuh rakyat sipil dan para sandera padahal faktanya mereka ( rakyat ) dijadikan tameng oleh GAM. Atau jangan2 Bapak sendiri justru yang memerintahkan supaya para sandera ( rakyat sipil ) dijadikan korban ( tameng )?

Pak Ahmad....sudahlah....mendingan Bapak ke Acehh terus bangun Aceh seperti yang diharapkan ( aman tentram dan makmur ) atau bapak terjun ke dunia politik dan menjadi anggota dewan atau bisa saja jadi Presiden di Indonesia sehinggak cita2 Bapak terwujud yakni untuk kesejahteraan aceh. Atau bapak ke Aceh dengan bukti nyata membangun Aceh bersama2 rakyat aceh dan Indonesia umumnya, sia-sia loh Pak bapak berkoar2 seperti ini diluar negeri.

Oh yach...waktu itu Mahasiswa yang dipelopori oleh GAM dulu pernah menuntut diadakan referendum pada saat mengetahui Timor-timur berhasil memisahkan diri dari NKRI . Melihat peristiwa tersebut GAM langsung bertindak..dengan operasi rahasianya ..GAM menyusupkan orangnya untuk mempengaruhi dan memprovokasi sehingga terjadi demo besar2an menuntuk reverendum. Tapi sayang ..GAM lupa bahwa Aceh tidak sama dengan Timor Laste....kalau Timor memang tidak terdaftar di PBB sebagai kesatuan dengan NKRI makanya Habibie waktu itu melepaskannya tapi..kalau Aceh ( ma'af loh pak ) ..coba tengok ke PBB..ternyata Aceh itu termasuk dalam NKRI makanya tidak ada satupun negara didunia ini yang mendukung GAM karena mereka sadar bahwa Aceh itu murni NKRI, gitu loh pak ?

Oh yach ampir lupa loh Pak Ahmad....Senjata2 Gam itu banyak dan canggih2 loh pak.? khan pasti harganya mahal ? loh..darimana biaya beli senjatanya pak ? terus ladang ganjanya masih banyak tidak yang katanya untuk biaya beli senjata...???? atau senjata2 itu dari hasil memeras rakyat aceh, merampok dan mencuti ?

Sekarang rakyat Aceh terutama Mahasiswa udah sadar akan kebohongan GAM makanya sekarang enggak ada lagi demo2 karena mereka sadar bahwa selama ini mereka telah dikibulin oleh GAM...bukan karena takut sam TNI loh Pak.....Beberapa elemen mahasiswa dan LSM telah menyatakan itu loh Pak Ahmad.

Oh yach..sebentar lagi Swedia akan menghukum Pak Hasan Tiro loh.....( dalam proses ) ..sabar saja yach pak Acmad..kerena Bapak akn mendapatkan giliran....saya dengar sich bapak yang ke lima urutannya ( ha..ha...ha....takuuuuuuuuuuuuuuuuuuuttttttttttttttttttttttttttt )

Wassalam.

Sumitro

mitro@kpei.co.id
Jakarta, Indonesia
----------

Date: Sat, 29 May 2004 03:19:21 -0700 (PDT)
From: netty suwarto nettysuwarto@yahoo.com
Subject: Re: HIDUNG RUSMANTO & SUMITRO SUDAH DITARIK RYACUDU & SUTARTO To: Ahmad Sudirman <ahmad@dataphone.se>, mitro@kpei.co.id, toto_wrks@yahoo.com
Cc: netty_suwarto@hotmail.com

Ass.wr.wb

Itulah .... Pak Ahmad, mendingan Pak Ahmad kesini / ke Indonesia aja lah - bikin masalah ini menjadi tuntas - tas - tas. Orang2 seperti Pak Ahmad adalah produk jaman dulu (maaf lho) sehingga tahu banyak mengenai sejarah Aceh tercinta - idealisme ttg referendum harus dipertahankan - mungkin itu yang terbaik untuk Aceh (siapa tahu ?). Tapi masalahnya Pak Ahmad Sudirman cs harus punya tindakan real - maka dari itu ke Indonesia - siarkan opsi ttg ini - bikin orasi yang disiarkan di seluruh TVRI dan swasta - biarkan masyarakat Aceh yang memilih. Sehingga debat di mail seperti ini tidak terjadi lagi, masak pake bawa2 hidung segala hihihi. Apakah Bapak setuju dengan apa yang saya sampaikan - lha kalau ga mau ke Indonesia, nuntaskan masalah ini caranya bagaimana Pak ?

Wassalam,

Netty Suwarto

netty_suwarto@hotmail.com
Jakarta, Indonesia
----------

From: netty suwarto nettysuwarto@yahoo.com
Date: 29 maj 2004 09:51:06
To: Ahmad Sudirman <ahmad_sudirman@hotmail.com>, padhang-mbulan@egroups.com, PPDI@yahoogroups.com, oposisi-list@yahoogroups.com, mimbarbebas@egroups.com, politikmahasiswa@yahoogroups.com, fundamentalis@eGroups.com, Lantak@yahoogroups.com, kuasa_rakyatmiskin@yahoogroups.com, netty_suwarto@yahoo.com, bas2806@kompas.com
Subject: kutunggu kehadiranPak Ahmad Sudirman yang baik :) Pak Ahmad Sudirman, di Indonesia :)

Pak Ahmad Sudirman yang baik :)

Saya memang ga punya data statistik yang pasti berapa orang Aceh yang mengakui senang dan berbahagia sebagai bangsa Indonesia, karena untuk saat ini jawaban itu kan letaknya di hati Pak. Kalau mereka ditanya pasti sebagian besar menjawab yaa ... indikatornya mungkin dari kemajuan pelbagai sektor di Aceh dan keamanan tentunya - belum lagi kalau mereka menjawab TIDAK nanti bakalan dapet masalah belum lagi sekarang keadaan Aceh "manis-manis" saja, buktinya status darurat militer aja sudah dicabut diganti darurat sipil kan artinya sudah mengarah ke arah yang lebih baik ..... lagian kalo ada yang menentang pasti kan ada demo dan sebangsanya, sekarang ini kan ga ada Pak - jadi kesimpulannya masyarakat Aceh sebagian besar memang sudah njooooooy sekali. :)

Yang ribut2 soal merdeka paling kita2 aja di milis ini, lha usaha begini kan ga ngaruh pak - ga keliatan oleh siapa2 walaupun surat ini sudah di tujukan ke semua orang termasuk redaksi para media terkemuka, paling2 mereka "delete" - buktinya Bapak bilang sempat negosiasi dengan para pemimpin negara ini dan dicuekin ..... mungkin negosiasinya lewat mail ini ya Pak .... wah ya jelas mereka cuek - itu udah bagus mereka sempat ngebales email bapak - mungkin lambat laun kalau ada mail dari Bapak langsung mereka delete : wah - saya jadi tersinggung - diskusi ini pasti ga dibaca mereka Pak :( ....... mangkanya menurut sayua harus ada tindakan nyata yang harus dibuat !! maksud saya jangan sekedar lewat mail2 kayak gini.

Kalau memang mau merdeka yaaa nyatakan dengan tingkah laku yang real - omongan lewat mail gini kan ga ada artinya apalagi untuk menuntaskan masalah yang besar !!

Tindakan yang nyata itu misalnya saja Bapak sekali2 main ke Indonesia - yaaa gimana lah caranya (Bapak kan lebih ngerti) trus bikin orasi kayak demo gitu lho Pak - kan asiik paling2 Bapak dipenjara tapi toh cuma sebentar (kayak Xanana G - Timor Timur itu lho) - cuma tindakan ini kan akan memperkuat masyarakat (orang2) yang memang ingin keluar dari RI (seperti yang Bapak bilang) menjadi berani bersikap - berani mengatakan, mengajukan pilihan ketegasan yaaa saya ingin merdeka dari RI .... gitu Pak

Lha kalo orang2 yang pintar dan vokal dan yang katanya tahu banyak ttg kesengsaraan Aceh (seperti a.l Bapak) cuma di luar negeri, koar2 dari sana - yaaaa kita2 yang (misalnya) berniat merdeka dari RI jadi kehilangan nyali - kehilangan keberanian - ga berani berkoar2/berbicar a sendiri dari sini.

Niat baik untuk melepaskan masyarakat Aceh yang pro kemerdekaan atau mengembalikan sejarah aceh yang mengharu biru itu jadi pupus semua Pak, hilang !! Mail ini jadi tidak ada gunanya. Karena terus terang saja kita2 yang miskin ilmu, yang status sosial nya rendah bisanya hanya oportunis, mana yang baik dan kuat kita ikuti lha kalau ngomong yang sebaliknya ga bisa Pak, takuuuuut !!! :)

Jadi Bapak kalau memang benar2 berniat untuk membantu yaaa harus ke sini, ke Indonesia - selesaikan masalah ini. Masyarakat yang pro kemerdekaan pasti akan ikut berbicara karena pemimpinnya sudah ada didepan mata, apalagi pake di penjara segala .... wah heroik tuh !!

Terus terang saya kagum lho sama Xanana, 3 tahun saya di Timtim saya tahu persis keluarganya seperti apa - malah keponakannya yang dokter umum sempat jadi shohib / sahabat saya waktu di Timtim dulu.

Cuma yang saya sedihkan yaaa itu bukan pisahnya Timtim dari RI tapi masyarakat Timtim rasanya belum cukup kuat untuk mandiri - ini mah naluri saya saja - karena selama saya disana saya tahu persis bagaimana SDM nya, dan produktifitas kerja mereka - dan orang tua angkat saya (waktu itu yang juga orang Timtim - Fretilin pula)

Wah kok jadi ngomongin Timtim, jadi yaaa itu lah Pak - harus ada debat terbuka !! Kali2 keputusan merdeka dari RI memang pilihan yang tepat bagi masyarakat Aceh (kita kan tidak pernah tahu) dan kali2 aja malah pilihan yang buruk.

Semuanya itu akan terlihat jika ada debat terbuka Pak ....
Mangkanya Bapak kesini - ke Indonesia ....... wah saya udah membayangkan lho kalau Bapak kesini - pasti karismatik sekali kayak Xanana G itu lho - bener2 gentle, laki2, heroik, macho wah apalagi lah namanya.

Yang jelas - memang segala keputusan itu harus dikembalikan ke masyarakat Aceh sendiri - biarkan mereka memilih ; dan orang2 seperti Bapak ini harus jadi mediator.

Bimbing mereka untuk menentukan pilihan yang sesuai kata hati mereka tanpa dibayang2i rasa takut dll. Jangan sia2 kan harapan saya lho Pak .....

Kalau tidak yaaa , kita akan tetap terkatung2 - mau bebas tapi tetap mengaku bangsa Indonesia lha ini kan munafik namanya Pak ? Allah ga suka lho sama orang yang munafik - bilang di depan orang banyak tetap ingin jadi bangsa RI tapi hati menyatakan ingin merdeka ?
salam,

Netty Suwarto

netty_suwarto@hotmail.com
Jakarta, Indonesia
----------