Inggris, 31 Mei 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

SEKOLAH DI INDONESIA CUMA DICEKOKI & CAPRES YANG HANYA CARI MUKA DI JAWA & BALI SAJA
Peace Org
INGGRIS.

 

MEMANG ITU SEKOLAH DI INDONESIA CUMA DICEKOKI & CAPRES YANG HANYA CARI MUKA DI JAWA & BALI SAJA

Mungkin memang masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak mengerti kenapa GAM 'memberontak', dulu saya juga tidak mengerti.

Bagaimana bisa mengerti kalau selama ini, ketika bersekolah di Indonesia, kita cuma dicekoki dengan berbagai materi pelajaran yang sangat 'represif' bukan cuma pada mata pelajaran sejarah, untuk pelajaran fisika, kimia, biologi, aljabar dsb, kita cuma dikasih kacamata kuda sama 'para pendidik'.

Bagaikan robot yang hanya bisa menurut apa kata 'atasan', keingintahuan kita dibungkam, sikap kritis kita ditumpulkan, kebebasan berpikir kita tidak difasilitasi, sungguh bertolak belakang dengan jargon pendidikan nasional 'tut wuri handayani', mendorong dari belakang untuk kemajuan peserta didik.

Dalam konteks seperti itu rakyat Indonesia menjadi gagap terhadap perubahan kita bingung dengan fenomena transformasi yang melanda dunia beberapa tahun terakhir ini. Kita bingung terhadap informasi yang membanjiri kita setiap hari bahkan setiap jam, menit, detik. Kita gamang untuk mengambil sikap, maka satu hal yang sangat mungkin terjadi, kita terbawa ke mana arus pergi-menjadi seorang oportunis-menjadi taklid-menjadi seorang munafik.

Bagaimana tidak, kebenaran yang selama ini kita percayai tiba2 digugat oleh orang lain ibarat katak dlm tempurung, begitu tempurung pecah, kita baru sadar betapa bodohnya kita selama ini -itu juga syukur kalau bisa sadar.

Rasanya sikap bijak yang patut kita lakoni dalam keadaan seperti itu adalah berusaha untuk introspeksi diri, melihat kembali berbagai pemahaman kita, paradigma kita, analisa kita, jangan sampai kebodohan hati kita maujud dalam sebuah kebodohan tangan kita, ketika kita ayunkan untuk menohok semua orang yang kita anggap berbeda dengan kita.

Saya rasa sejak reformasi, kita telah tersadarkan betapa 'bodohnya' kita, maka alangkah bahagianya jika kita bisa mengambil manfaat dari kebodohan kita yang lalu untuk tidak mau lagi dibodohi dan menjadi bodoh.

Menjadi orang Indonesia adalah menjadi orang yang 'bodoh', tetapi hanya orang yang berwatak bodoh saja, yang tidak bisa mengambil pelajaran dari ke-'bodoh'-annya sendiri.

Menyinggung masalah Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden.

Saya melihat memang sepertinya Capres-Cawapres kita saat ini memang agak2 carmuk/cari muka. Tetapi saya juga melihat seperti yang pak Ahmad Sudirman katakan, mereka hanya mendekati potensi terbesar penyokong suara mereka, yakni masyarakat Jawa-Bali. Toh mereka mungkin bisa berkilah bahwa mereka juga ada menyempatkan diri berkunjung ke berbagai wilayah di Indonesia lainnya, ya, mereka memang hanya 'berkunjung'.

Isu2 dan program2 yang diangkatkan pun masih sangat Jakarta sentris. Apa yang menjadi polemik di Jakarta itu yang mereka tonjolkan. Bagaimana memperbaiki 'kondisi/image' Jakarta itu yang mereka kampanyekan. Isu2 daerah dan kedaerah hanya akan disinggung ketika menyangkut masalah Jakarta, di luar itu, rasanya hampir tidak ada.

-dikotomi sipil/militer
-pemberantasan KKN
-penegakan hukum
-disintegrasi bangsa

Topik2 yang menjual di atas hanya dilihat dari kacamata Jakarta. Rasanya capres/cawapres ini hanya berambisi untuk memuaskan dialektika Jakarta. Toh, itupun mungkin memang hanya sebatas dialektika, ajang diskusi, arena debat, wahana kampanye tok, tidak lebih dari itu.

Menjadi politisi adalah menjadi selibriti-mungkin juga sebaliknya, tapi ingat, apa yg ditampakkan tidaklah selalu sama dengan kenyataan.

Peace Org

miranda_hnf@yahoo.co.uk
Inggris