Stavanger, 2 Juni 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

PLUS II + TENGKU LAMKARUNA DAN LARANTUKANYA
Omar Putéh
Stavanger - NORWEGIA.

 

TENGKU LAMKARUNA DAN LARANTUKANYA MENCOBA MENELAAH TULISAN PIKIRAN TENGKU HASAN DI TIRO SAMBIL MELETAKKAN FITNAH

Tengku Hasan di Tiro yang dilahirkan di Tanjung Bunga (Tanjong Bungong), Acheh, telah meletakkan nama di Tiro dibelakang namanya mengikut kehendak garis kebesaran dan kehormatan keluarga Rumôh Tiro. Tetapi Tuanku Imam Bonjol yang juga dilahirkan di Tanjung Bunga (Tanjung Bungo), Ranah Minang telah meletakkan nama Bonjol dibelakang namanya mungkin mengikut kehendak kemasyuran garis lintang Khatulistiwa itu?

Sejarah telah menuliskan bahwa kedua mereka, telah berjuang menentang penjajah asing: Tengku Hasan di Tiro menentang kuasa Jawa si Penjajah atau Penjajah Indonesia Jawa, The Black Dutchmen, si Belanda Hitam, sedangkan Tuanku Imam Bonjol menentang kuasa Belanda si Penjajah, The White Dutchmen, si Belanda Bulek dengan serdadunya anak-anak Jawa Madura, The Black Dutchmen, si Belanda Hitam juga!

Sebaliknya, sebagaimana jelas tampaknya, tengku Lamkaruna Fauzi Hasbi, sedang membuat tantangan terhadap warga Tanjung Bunga itu, mengikut kehendak garis lencong Pang Tibang, seorang pengkkhianat bangsa Acheh, turunan Tamil Naidu dan kemudian berlagak seperti seorang historian yang angkuh coba menela'ah tulisan pikiran Tengku Hasan di Tiro, sambil meletakkan fitnah yang jahat!

Sepatutnya tengku Lamkaruna tidaklah sampai berbuat demikian, sekalipun jika dia "menyalin" jejak ayahnya Fauzi Hasbi. Tentulah lebih baik dia memilih jalan laluan ayahwanya , As-syahid Tengku Dr Mukhtar Hasbi MD, suatu sosok tubuh dan juga prilakunya persis seperti nenek-perempuannya dari tengku Lamkaruna itu. Sedangkan sosok tubuh Fauzi Hasbi dan pri lakunya persis seperti tengku Hasbi, nenek lelakinya dari tengku Lamkaruna itu!

Buah kelapa jatuh, tidak jauh dari akar pokoknya! Pakriban u meunan minjeuek, pakriban du meunan aneuk?

Memang dalam konteks ini, prilaku Fauzi Hasbi itu, pada kenyataannya telah menjadi ikutan tengku Hasbi, sang ayah mengikut sang anak! Tengku Hasbi mengikut jejak anaknya Fauzi Hasbi! Kalaulah benar tengku Lamkaruna "menyalin" tingkah laku ayahnya, maka sementara ini, sudah menjadi sepasanglah anak murid Fauzi Hasbi! Ayah dan Anaknya menjadi murid Fauzi Hasbi!

Mengapa Fauzi Hasbi itu bisa menjadi seorang pengkhianat! Atau mengapa pula seseorang yang lain yang masih mau juga disebut sebagai bangsa Acheh, tetapi masih mau pula dengan tugas kembar: Diantaranya mengshowkan diri seperti seorang yang setia dan sekaligus sebagai seorang pengkhianat kepada bangsa Acheh dan perjuangannya?

Diantaranya karena:
1. Tidak segan dan malu melanggar sumpah-janji kepada Allah SWT.
2. Lemah struktur iman perjuangannya dan tidak mau berjihad dijalan Allah SWT.
3. Tidak ikhlas dan tidak murni tujuan dari cita-cita perjuangannya.
4. Tidak sempurna ideologynya dan terlalu angkuh walaupun mampu mengapplikasikan gaya lama perjuangannya.
5. Telah memilih garis kepengkhianatan, sebagai upaya hidupnya.
6. Mabok pangkat, tidak sabar sebagai Kopral, mau terus menjadi Letnan.
7. Ka bangai, ka jawai dan ka pungoë sahingga hana djitusoë lé droë djih pat djimeuasai-usui atawa sebagoë loss generation.
8. Tidak setia dan sememangnya mempunyai latar belakang sejarah warisan sebagai si pengkhianat atau berteteskan darah si pengkhianat.
9. Memang dilahirkan untuk menjadi sebagai seorang pengkhianat-born to be a traitor!
10. Manusia jenis itu (sipengkhianat itu ), masih juga tidak paham bahwa perjuangan bangsa Acheh hari ini adalah perjuangan antara hidup atau mati bangsa Acheh dan generasinya, sebagai perjuangan kemerdekaan! Peumeurdehka bangsa dan peudong deelat negara kôn but djeut meuén tjilet-tjilet! Perjuangan memerdekakan bangsa dan mendaulatkan negara menghendaki segala bentuk dan sifat pengorbanannya: Harta, pikiran, tenaga, darah, nyawa dan do'a!
11. Sesungguhnya masih juga ada yang tidak bisa memahami, bagaimana bahayanya bermain kayu tiga dengan musuh. Atau mereka sengaja berkawan dengan musuh bangsa dan negara!
12. Tidak tahu adat dan adab menghormati pemimpin perjuangan!
13. Dipaksa oleh Jawa si Penjajah atau Penjajah Indonesia Jawa, the Black Dutchmen, si Belanda Hitam untuk menjadi pengkhianat!

Jadi tidaklah heran, jika seseorang itu, yang telah merobah dirinya menjadi seorang pengkhianat lantas mempersalahkan Tengku Hasan di Tiro, seperti e_mail tricknya, tengku Lamkaruna bersubject: Betulkah Hasan Tiro Murni Berjuang? dari Abupase-tengku Lamkaruna bin Fauzi Hasbi bin tengku Hasbi, Mai, 22,2004 10:39:44 dan beberapa e_mail trick lainnya.

Disini kembali dipermaklumkan, bahwa Tengku Hasan di Tiro, baru menyadari bahwa, bangsa Acheh sesungguhnya sedang dijajah, tidak lama setelah beliau meraih PhDnya, gelar Doktornya. Atau 26 tahun setelah The White Dutchmen, si Belanda Bulek menyerahkan Wilayah Hindia Belanda kepada The Black Dutchmen, si Belanda Hitam, anak-anak Jawa Madura ex-tentara upahan KNIL Pejajah Belanda atau setelah pencaplokan oleh Soekarno Cs si penipu licik itu dengan memakai proxcy U.U:No 21/14/08/1950.

Inipun tidak mengherankan, sebagaimana kita lihat sejarah, bahwa diantaranya Haiti merdeka sebelum prang dunia I, Arab Saudi merdeka sebelum prang dunia I, banyak negara-negara didunia merdeka setelah prang dunia II, Malaysia Merdeka setelah prang Korea. Maka setelah prang Vietnam banyak pula negara-negara didunia memikirkan kemerdekaan bangsa dan negranya, diantaranya Acheh agaknya! Jadi mengapa? Itukan hak mutlak bangsa Acheh sebagaimana yang telah diisyarat dan diamanahkan oleh Endatunya!

Terlalu banyak juga negara-negara merdeka setelah berakhirnya prang dingin-cold war!
NB: Bandingkan Jawa si Penjajah baru bangun setelah 349 (tiga ratus empat puluh sembilan) tahun, pada 17 Agustus 1945 atau secara "hukumnya" setelah The White Dutchmen, si Belanda Putih menyerahkan "Hindia Belanda" pada 27 Desember, 1949 kepada The Black Dutchmen, si Belanda Hitam, anak-anak Jawa si Penjajah!

1. Tetapi mengapakah Tengku Hasan di Tiro yang pernah "terlibat" menaikkan si dua warna: Merah dan putih ketika berumur 16 tahun tetapi kau, tengku Lamkaruna dan juga si Ditya Soedarsono, The BlackDutchmen, si Belanda Hitam mempersoalkannya, seolah-olah Tengku Hasan di Tiro tidak berhak untuk hidup dan berpikir kepada kelangsungan dan kehidupan yang sesungguhnya politik anak bangsa Acheh!? Sebenarnya apa yang telah dilakukan oleh Tengku Hasan di Tiro itu merupakan suatu kerja besar dan paling mulia!

2. Tetapi bandingkanlah:
a.bagaimanakah dengan Soekarno, si Penipu licik itu, yang telah menaikkan si tiga warna-merah, putih dan biru, sejak dia berumur 6 tahun di tahun 1907 hingga menjelang tahun 1942, ketika umurnya mencecah 41 tahun, selama 36 tahun dan juga telah menyanyikan lagu Whihelmus dan Yulianamus (Ratu Yuliana baru mati beberapa bulan yang lalu, berkejar-kejaran dengan si Hartini Soekarno) atau setiap pagi menaikkan bendera mata hari terbit dan menungging menyembah Teno Heika dan pernah mengangap Maharaja Jepang Kaisar Hirohito di Tokyo, sebagai pemimpin mereka yang kedua mereka setelah Whihilmina dan Yuliana di Den Haag, dan kemudian bisa juga menjadi apa yang dinamakan Presiden Indonesia Jawa si Penjajah atau Penjajah Indonesia Jawa.

Dan bandingkan lagi:
b.Bagaimanakah Soeharto yang telah menjadi tentara KNIL Belanda ketika berumur 19 tahun selama tiga tahun dan kemudiaan menjadi tentara Heiho Jepang ketika berumur 21tahun, hingga menjelang tahun 1945 yang telah menaikkkan bendera tiga warna merah, putih dan biru selama puluhan tahun juga dan menyanyikan lagu Wihelmus dan Yulianamus kemudian menaikkan bendera matahari terbit dan kemudian juga menungging setiap pagi menyembah Teno Heika dan pernah mengangap Ratu Belanda Whihilmina dan Yuliana sebagai pemimpin Utamanya dan kemudian Maharaja Jepang, Kaisar Hirohito di Tokyo menjadi pemimpin keduanya bisa juga menjadi Presiden Jawa si Penjajah atau si Penjajah Indonesia Jawa.

Lantas, juga kau tidakkah kau, tengku Lamkaruna, merasa malu dengan mengatakan bahwa, Tengku Hasan di Tiro mendapat beasiswa dari pemerintah RI.

Apakah tidakkah kau ketahui, bahwa Megawati Soekarno Putri dibesarkan dengan uang bangsa Acheh; kantong Soekarno, si Penipu licik itu dan kantong menteri-mentri kabinetnya diisi dengan uang bangsa Acheh; uang biaya perjalanan dan makan-minum perutusan RI-Jawa Jokya cq Duta Besar Indonesia Jawa ke India untuk mendapat pengakuan International dari India cq Pandit Jawa Harlal Nehru dengan uang bangsa Acheh; biaya, makan minum Duta Besar Indonesia Jawa di PBB dengan uang bangsa Acheh, begitu juga beli pesawat terbang dan lain-lain logistik "pemerintah" RI-Indonesia Jawa , juga dengan uang bangsa Acheh!

Mengenai bagaimana Tengku Daud Beureuéh terhadap Tengku Hasan di Tiro, dapatlah saya jelaskan dengan mengutip saja secebis cuplikan dari apa yang pernah dikatakan oleh Tan Sri Sanusi Juned (suami dari cucu perempuan Tengku Daud Beureuéh) yang ketika itu sedang didampingi oleh nenek lelakimu, tengku Hasbi, di Wisma Belia Malaysia, Kuala Lumpur, ketika dia memperkatakan "macam-macam" kepada Tengku Hasan di Tiro bahwa: ....... ....... Tengku Hasan di Tiro adalah anak emas Tengku Daud Beureuéh!

Untuk diketahui dan dimaklumi bahwa Tengku Hasan di Tiro tidak pernah memperkatakan sesuatu kepada Tengku Daud Beureuéh, yang beliau pandang, tetap sebagai orang tuanya dan sebagai yang masih patut terus dihormati!

Begitu juga terhadap nenek lelakimu tengku Hasbi, yang beliau pandang sebagai salah seorang yang pernah memanggil Tengku Hasan di Tiro kembali ke Acheh, (selain As-syahid Habib Amin yang kemudian telah disembelih oleh ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Jawa si Penjajah atau Penjajah Indonesia Jawa), dan juga selaku orang tua dari As-syahid Dr Mukhtar MD, sebagai PM dan Mentri Dalam Negeri kabinet pertama negara Acheh Sumatra, yang juga telah disembelih oleh ABRI-TNI/POLRI,Tentara Teroris Nasional Jawa si Penjajah atau penjajah Indoensia Jawa.

Tetapi mengapakah kau menyerang Tengku Hasan di Tiro? Apakah karena sebab ayahmu Fauzi Hasbi, yang telah meninggalkan sumpah-janjinya kepada Allah SWT, kemudian menjadi kaki busuk Mayjen Syafri Syamsuddin dan kemudian sebagai cu'ak ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Jawa si Penjajah atau Penjajah Indonesia Jawa dan kemudian lagi karena kau dapati namanya tidak pernah sekalipun tertulis dan digubris atau disebut-sebut dalam The Price of Freedom: The Unfinished Dairy of Tengku Hasan di Tiro?

Biarkanlah saya ceritakan sedikit prihal nenek lelakimu, tengku Hasbi, yang juga telah kau buat tuduhan bahwa bangsa Acheh di Malaysia coba meracuninya:

1. Sebelum nenek lelakimu, tengku Hasbi mulai "bertingkah", dia pernah datang menjumpai saya dan diantaranya menceritakan bagaimana Prof Dr Ismail Jakob MA, SH mengkhianati Tengku Daud Beureuéh dan DI/TII serta rakan-rakan seperjuangannya.

2. Setelah nenek lelakimu, tengku Hasbi mulai "bertingkah", atau juga setelah Tan Sri Sanusi Juned memanggilnya sebagai pendamping ketika memperkatakan sesuatu terhadap Tengku Hasan di Tiro sebagaimana disebutkan diatas.

3. Nenek lelakimu pernah memintakan saya menjumpainya pada hari yang telah ditentukannya, tetapi setelah hari itu tiba, namun dia tidak muncul juga ketempat yang telah ditentukannya sendiri. Saya tetap datang lagi keesokan harinya. Dihari keesokannya itu, baru dijelaskannya bahwa, dia gagal datang pada hari itu, karena telah bermalam diluar kota, suatu perkampungan di luar Kuala Lumpur.

Apakah yang sebenarnya yang diperlukannya agar saya datang menjumpainya? Dia perlu menceritakan bahwa Dia dan "Komando Jihad" kumpulan Zubil Usman ciptaan Jenderal Ali Murtopo itu akan memasukkan senjata yang masih lagi dalam "bungkusan" ke Sumatra via Medan untuk Negara Islam Federasi Sumatra?

Tetapi karena saya, hanya memberikan respon diam, dan hanya mendengar, maka kemudian nampaknya dia pun berpikir lain, atau dia merasakan bahwa "orang tua ini" sedang temberang, sedang ngibulin saya, tetapi anehnya pula dia terus cabut dan beredar, tampa "kom" tampa "salam", agaknya sama-persis seperti tingkah laku Fauzi Hasbi, ketika saya berhadapan dengannya, memberi respon bahwa saya tidak pernah mendapat kiriman sebarang surat dari dr Husaini Hasan (sekarang Ketua MP-GAM. Apa itu MP-GAM?) yang terus bangun langsung tegak ketepi tingkap, tampa mau menoleh kekiri-kanan dan maupun kebelakang.

Dan lagi suatu peristiwa...........
Setelah ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Jawa si Penjajah atau Penjajah Indonesia Jawa berhasil menyembelih bangsa Acheh masa DOM, dengan melempar jenazah bangsa Acheh yang disembelih itu, ketepi jalan, kedalam cerelung bukit, kedalam karung-karung goni, setelah dipotong-potong, dilempar ke pasar-pasar yang dikunjungi orang ramai, dilemparkan kedalam Sungai Ara Kundo, Sungai Bajeun, Sungai Teumiang, Sungai Besitang dan Pelawi, kehutan-hutan di Halaban Block dan Halaban Jati, kedalam-dalam perkebunan Karet dan Kelapa Sawit dan kedalam Hutan Bakau dan sebagahagian ditanam dalam tempat-tempat yang tertentu dan tersembunyi yang kesemuanya sekarang masih kita deteksi, maka suatu ketika dia berpapasan disebatang jalan Cow Kit tidak jauh dari persimpangan jalan Tuanku Abdurrahman, Kuala Lumpur, tengku Hasbi menoleh kepada saya , sambil mendongkakkan dagunya dan mencibirkan bibirnya kepada saya, lantas mengeluarkan ucapan: Nyan cok dan terus dia terus berlalu.

Ini membuat saya heran terpinga-pinga. Yah mengapa pula dia, berbuat demikian kepada saya, sedangkan saya tidak pernahpun mengatakan sepotong katapun terhadapnya yang tidak baik, walaupun saya telah ketahui, tengku Hasbi telah mengikut jejak Fauzi Hasbi, Abdullah Sungkar (Islam Jama'ah) kumpulan Komando Jihad Zubil Usman, bentukan Jenderal Ali Murtopo itu, malahan tetap berbicara seperlunya dengannya dan ummi, istriya, kecuali "peristiwa" respon diam, sebagaimana tercerita diatas!

Itulah kiranya lintasan terakhir dari suatu papasan antara tengku Hasbi dan saya. Dan kemudian terberita tengku Hasbi telah meninggal di Bandung, Jawa Barat.

Mengapakah tengku Hasbi bertingkah? Tengku Daud Hussein ataupun Daud Paneuk, pernah menceritakan kepada saya................. Wali ka neupeugah, neu ju saba siat dang-dang neuteumeueng peugôt kontak u "nanggroë" yang dak djeuet gobnjan dengôn mi bandua, teuma bah mangat geumeuibadah-ibadah keudroë geuh, sabab nanggroe Sweden leupi, hana paih keu gobnjan.

Demikian penjelasan yang diberikan oleh tengku Daud Husein atau Daud Paneuk, yang mungkin puncanya, karena ketidak sabarannya sendiri itu. Itulah pula maka dia terus mengikut langkah anaknya Fauzi Hasbi, dan kemudian bergabung dengan kelompok Abdullah Sungkar Cs (Islam Jama'ah?) dan kelompok Komando Jihad dari kumpulan Zubil Usman, bentukan Jenderal Ali Murtopo itu, kemudian saya pun tidak tahu lagi apa hendak saya katakan disini.

Makanya, saya tidak paham, mengapakah tengku Lamkaruna, sanggup menuduh bangsa Acheh di Malaysia coba meracuni orang tua itu, yang dari pihak Tengku Hasan di Tiro dan tengku Daud Husein atau Daud Paneuk sedikitpun tetap merasa hiba dan sungguh menyayangi orang tua itu...

Satu perkara lagi, diketahui umum bahwa, tengku Hasbi dan istrinya senantiasa bergabung dengan kumpulan Abdullah Sungkar Cs (Islam Jama'ah?) dan kumpulan Komando Jihad - Zubil Usman bentukan Jenderal ali Murtopo itu?

(bersambung ke "Plus III + Tengku Lamkaruna dan Larantukanya)
NB II. Harap hati-hati dengan kecoa "omar_puteh"@yahoo.com!

Wassalam

Omar Putéh

om_puteh@hotmail.com
Norway