Stockholm, 10 juni 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

RUSMANTO & HUTOMO COBA TERUS DUKUNG MEGA & TNI UNTUK TETAP DUDUKI ACHEH
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

RUSMANTO ISMAIL & BAMBANG HUTOMO MENCOBA TERUS DUKUNG MEGA & TNI UNTUK TETAP MENDUDUKI DAN MENJAJAH ACHEH

"Bang Mamad, mana ada angkatan bersenjata (TNI) itu tidak berkutik melawan orang macam anda, orang seperti anda 1000 orang pun TNI tidak bakal kalah, apalagi yang dihadapi hanya milisi-milisi yang dipersenjatai senapan ringan macam M-16, AK-47 dll mana mungkin TNI kalah dan kalang kabut, bukti menunjukkan dilapangan malah orang-orang GSA yang kabur pontang panting nggak karuan menyelamatkan diri dari kejaran TNI, kalo lo liat di Televisi itu orang-orang GSA banyak yang terbunuh oleh TNI kenapa? karena mereka itu bodoh-bodoh, udah tahu TNI itu punya RANPUR Modern, emang GSA punya ape? paling si Hassan Muhammad Leube Tanjung Bungong ngasih duit ke GSA nggak seberapa untuk beli senjata, sisanya telen sendiri buat anak bininye, ame bagi-bagi untuk coro-coronye macem lo lah gitu." (Rusmanto Ismail , toto_wrks@yahoo.com , Thu, 10 Jun 2004 02:37:25 -0700 (PDT))

"Emangnye "otak-otak" mr.bule Sudirman? Alhamdulillah otak saya masih berfungsi dgn baik, dan dari hasil pelajaran yg saya serap hingga saya tulis di email ini, insya Allah Sejarah NKRI sudah mendarah daging dan otak mr bule Sudirman perlu di "kalibrasi" he he. Sebaiknya Mr Sudirman-lah ini mesti 'Otak-atik" sejarah swedia, siapa tahu Swedia ini termasuk bagian "kekuasaan rakyat Galia" dan mr. bule bisa memanfaatkan ramuan "dukun Panoramix" supaya otaknya lebih "Greeeenk." Hee hee "Rawe-rawe rantas. Malang-malang putung, Sekali berkibar "merah putih" di persada Nusantara. Berkibarlah selamanya. Pantang turun sepanjang hayat rakyat Nusantara." (Bambang Hutomo W., bambang_hw@re.rekayasa.co.id ,Thu, 10 juni 2004 11:36:24)

Baiklah saudara Rusmanto Ismail di California, USA dan saudara Bambang Hutomo W di Jakarta, Indonesia.

Saudara Rusmanto Ismail kalau Ahmad Sudirman mengatakan dalam tulisan sebelum ini: "Kolonel Laut Ditya Soedarsono adalah salah seorang dari pihak PDMD yang habis-habisan menghantam GAM. Tetapi tidak berkutik menghadapi Ahmad Sudirman. Itu Kolonel Laut Ditya Soedarsono, untuk membela pendudukan dan penjajahan Negeri Acheh apapun dilakukannya. Tetapi, tidak lama, akhirnya ia terjungkir bersama Mang Endang Suwarya, yang sekarang masih tetap bercokol di Acheh, karena masih dipertahankan oleh Ryamizard Ryacudu."

Memang benar terbukti, ada fakta dan buktinya. Coba lihat di www.dataphone.se/~ahmad/opini.htm

Dan itu Kolonel Laut Ditya Soedarsono dan Mayjen TNI Endang Suwarya sekarang sudah terjungkir dari kursi Penguasa Darurat Militer Daerah Acheh. Itu jabatan Penguasa Darurat Militer Daerah Acheh sudah hilang lenyap dari tangan Kolonel Laut Ditya Soedarsono dan Mayjen TNI Endang Suwarya, yang tinggal adalah jabatan Penguasa darurat Sipil Daerah Acheh yang dipegang oleh Gubernur Abdullah Puteh.

Dan tentu saja, pasukan TNI/RAIDER karena bos-bosnya sudah mundur dari Jabatan Penguasa Darurat Militer Daerah Acheh, maka jelas itu TNI walaupun masih ada dan masih mau bertempur, tetapi karena bos-bosnya sudah menghilang, seperti Pangkoops TNI, Brigjen George Toisutta ditarik ke Jakarta untuk menjabat Pangdiv I Kostrad, maka terpaksa harus mundur. Walaupun pasukan TNI/POLRI masih ada ditempatkan di Negeri Acheh, tidak ditarik mundur.

Jadi saudara Rusmanto Ismail walaupun saudara mengatakan: "Bang Mamad, mana ada angkatan bersenjata (TNI) itu tidak berkutik melawan orang macam anda, orang seperti anda 1000 orang pun TNI tidak bakal kalah, apalagi yang dihadapi hanya milisi-milisi yang dipersenjatai senapan ringan macam M-16, AK-47 dll mana mungkin TNI kalah dan kalang kabut, bukti menunjukkan dilapangan malah orang-orang GSA yang kabur pontang panting nggak karuan menyelamatkan diri dari kejaran TNI"

Memang dilihat dari segi peralatan senjata pihak TNI lebih baik dan lebih lengkap dibanding dengan pihak TNA. Tetapi, semangat perjuangan yang menggelora dari rakyat Acheh yang siap membebaskan Negeri Acheh yang dijajah RI lebih hebat dan lebih kuat dibanding dengan semangat TNI/POLRI/RAIDER yang disumpah untuk setia pada pancasila dan UUD 1945.

Karena itu, mana mampu itu TNI/RAIDER menghadapi semangat TNA dengan cara perang gerilya. Akhirnya, apapun alasannya itu Presiden Megawati menggantikan status Darurat Militer menjadi status Darurat Sipil, walaupun TNI tidak ditarik dari Acheh. Hal ini dilihat dari sudut politis, pihak RI memang menanggung beban berat menghadapi pihak GAM dan TNA. Dilihat dari sudut militer memang kenyataan sudah setahun pihak TNI/RAIDER/POLRI tidak mampu menghancurkan kekuatan TNA dan GAM sebagaimana yang dijanjikan oleh Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu pada awal diterapkannya Keppres No.28/2003.

Memang banyak dari pihak pejuang Acheh yang gugur sahid, semoga diterima amal ibadahnya oleh Allah SWT, amin, dan banyak yang dijebloskan kedalam LP-LP di Jawa dan di Acheh. Tetapi, semangat juang rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila atau NKRI tetap terus menggelora.

Nah semangat juang rakyat Acheh yang mengelora untuk membebaskan negerinya yang ditelan, dicaplok, diduduki, dan dijajah oleh RI inilah yang menjadi dorongan motivasi untuk terus bangkit menghadapi pihak penjajah RI. Dan tentu saja, para pejuang Acheh ini bukan orang-orang bodoh yang bisa ditipu dan ditarik hidungnya oleh Presiden Megawati, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu.

Selanjutnya saudara Rusmanto menyatakan: "Satu lagi kalo ngomong dimimbar bebas jangan diulang-ulang donk nggak ada kata-kata lagi ape? kalo nggak "penelanan, pencaplokan, pendudukan, dan penjajahan Negeri Acheh oleh pihak RIS yang dilanjutkan oleh RI yang menjelma menjadi NKRI".

Jelas, itu adalah dasar hukum, fakta dan bukti, sejarah yang benar. Dan harus diulang-ulang. Selama, tidak seorangpun dari pihak RI yang mampu menjatuhkan alasan tersebut.

Sedangkan dari saudara Rusmanto Ismail sendiri tidak ada alasan yang kuat dilihat dari sudut fakta dan bukti, dasar hukum, dan sejarah untuk mempertahankan bahwa apa yang dilakukan oleh Presiden RIS Soekarno terhadap Negeri Acheh adalah bukan tindakan penelanan dan pencaplokan.

Coba, kalau memang tidak mau kata-kata itu diulang-ulang dalam tulisan saya, cari itu alasan dasar untuk mempertahankan Negeri Acheh. Ubrak abrik itu perpustakaan di seluruh Jakarta, dan bertanya kepada para akhli sejarah nasional. Masa tidak ada seorangpun akhli sejarah nasional RI yang sanggup mematahkan argumentasi Ahmad Sudirman tentang penelanan, pencaplokan, pendudukan, dan penjajahan di Negeri Acheh.

Jadi, saudara Rusmanto selama argumentasi Ahmad Sudirman tidak bisa dipatahkan, maka selama itu kata-kata penjajahan, pendudukan, pencaplokan, dan penelanan Negeri Acheh akan terus bergema di mimbar bebas ini.

Itulah sebabnya, karena Ahmad Sudirman telah membaca, mempelajari, mengubrak-abrik sejarah Negeri Acheh, ASNLF atau GAM dan TNA, maka pihak RI tidak mampu menipu, membodohi, dan membohongi, apalagi menjatuhkan argumentasi Ahmad Sudirman.

Nah, kalau saudara Rusmanto Ismail malas membaca sejarah Acheh, dan sejarah RI yang benar, bukan hanya sejarah hasil karangan para penerus Soekarno, maka jangan harap mampu menjatuhkan argumentasi Ahmad Sudirman di mimbar bebas ini.

Terakhir saudara Rusmanto Ismail menulis: "Bang Mamad, (sori kaga pake assalamualaikum soalnye percuma ngasih salam ame lo kelakuannye kaya setan/iblis yang apabila disampaikan kebenaran kaga mau denger)

Yah, itu terserah kepada saudara Rusmanto mau memakai Assalamu'alaikum atau tidak kalau ingin berdiskusi dan berdebat dengan Ahmad Sudirman. Tetapi kalau masih sebagai seorang muslim dan berbicara dengan seorang muslim lainnya, seharusnya mengucapkan assalamu'alaikum.

Kemudian, itu soal Ahmad Sudirman terus mempertahankan argumentasi, artinya bukan "kaga mau denger" kebenaran yang disampaikan orang lain. Melainkan apa yang disampaikan itu memang tidak memiliki kekuatan fakta dan bukti, dasar hukum, dan sejarah yang kuat dan benar. Jadi, selama orang-orang RI yang mendukung penjajahan di Negeri Acheh itu tidak memiliki dasar fakta dan dbukti, dasar hukum, dan sejarah yang kuat dan benar, jelas selama itu Ahmad Sudirman akan terus bertahan.

Ahmad Sudirman bukan tidak mau dengar pendapat orang lain, atau "kebenaran" orang lain. Masalahnya yang dinamakan "kebenaran" oleh orang lain itu ternyata tidak mempunya fakta dan bukti, dasar hukum, dan sejarah yang kuat dan benar.

Jadi, kalau Ahmad Sudirman tetap bertahan dengan argumentasi yang dimiliki, karena yang dinamakan "kebenaran" oleh orang lain itu ternyata tidak mempunya fakta dan bukti, dasar hukum, dan sejarah yang kuat dan benar, itu bukan berarti "kelakuan Ahmad Sudirman kaya setan/iblis", seperti yang dituliskan oleh saudara Rusmanto Ismail, sehingga saudara Rusmanto tidak mau mengucapkan assalamu'alaikum kepada Ahmad Sudirman.

Yah, kalau saudara Rusmanto tidak mau mengucapkan assalamu'alaikum kepada Ahmad Sudirman, jelas yang rugi saudara Rusmanto sendiri, tidak akan mendapat pahala dari Allah SWT. Sedangkan Ahmad Sudirman sendiri tetap akan mengucapkan assalamu'alaikum kepada orang-orang yang ikut berdebat di mimbar bebas ini.

Sekarang saya jumpai kembali saudara Bambang Hutomo W.

Kelihatan itu saudara Bambang mengatakan sambil cekikikan: "Alhamdulillah otak saya masih berfungsi dgn baik, dan dari hasil pelajaran yg saya serap hingga saya tulis di email ini, insya Allah Sejarah NKRI sudah mendarah daging dan otak mr bule Sudirman perlu di "kalibrasi" he he."

Nah, kalau otak saudara Bambang Hutomo masih berfungsi dengan baik dan sudah diisi dengan ilmu pengetahuan sejarah Acheh dan sejarah nasional RI. Sekarang saya mau bertanya, sekali saja cukup. Coba tunjukkan fakta dan bukti, dasar hukum, dan sejarah yang menyatakan bahwa Negeri Acheh resmi masuk kedalam tubuh RI dengan kerelaan, keikhlasan persetujuan seluruh rakyat Acheh dan pemimpin rakyat Acheh ?.

Untuk menjawabnya, ubrak-abrik dulu itu perpustakaan yang ada diseluruh Jakarta, atau bertanya kepada para akhli sejarah nasional RI sebelum menjawab kepada Ahmad Sudirman. Karena kalau salah menjawabnya, akan kena pukul argumentasi Ahmad Sudirman. Dan Ahmad Sudirman menunggu jawaban saudara Bambang Hutomo.

Kemudian itu soal yang ditanyakan oleh saudara Bambang: "Sebaiknya Mr Sudirman-lah ini mesti 'Otak-atik" sejarah Swedia, siapa tahu Swedia ini termasuk bagian "kekuasaan rakyat Galia" dan mr. bule bisa memanfaatkan ramuan "dukun Panoramix" supaya otaknya lebih "Greeeenk."

Itu sejarah Swedia, begitu Ahmad Sudirman menginjakkan kaki di bumi Swedia, beberapa hari kemudian langsung belajar bahasa Swedia. Setelah pandai bahasa Swedia, diubrak abrik itu sejarah dan hukum Swedia. Ternyata tidak ditemukan ada pengklaiman dari rakyat di daerah atau di negeri lain yang merasa diduduki dan dijajah oleh Swedia.

Terakhir saudara Bambang Hutomo berpantun ala jawa sambil cekikikan: "Hee hee "Rawe-rawe rantas. Malang-malang putung, Sekali berkibar "merah putih" di persada Nusantara. Berkibarlah selamanya. Pantang turun sepanjang hayat rakyat Nusantara."

Yah, kalau tetap terus mau mengibarkan bendera merah putih silahkan saja, tetapi jangan lupa itu Negeri Acheh jangan terus diduduki dan dijajah. Karena itu Negeri Acheh bukan milik RI, apalagi milik Soekarno, atau milik Mbak Mega bersama Ryacudu dan Sutarto.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad.swaramuslim.net
ahmad@dataphone.se
----------

Date: Thu, 10 Jun 2004 02:37:25 -0700 (PDT)
From: Rusmanto Ismail <toto_wrks@yahoo.com>
Subject: Re: SUMITRO JANGAN BINGUNG GUNAKAN OTAK & HUTOMO PELAJARI SEJARAH RI DAN ACHEH
To: Ahmad Sudirman <ahmad@dataphone.se>, Ditya Soedarsono <dityaaceh_2003@yahoo.com>, Yuhendra <yuhe1st@yahoo.com>, Matius Dharminta <mr_dharminta@yahoo.com>, Habe Arifin <habearifin@yahoo.com>, MT Dharminta <editor@jawapos.co.id>, Suparmo <suparmo@tjp.toshiba.co.jp>, Hidajat Sjarif <siliwangi27@hotmail.com>, SEA <sea@swipnet.se>, Solo Pos <solopos@bumi.net.id>, Padmanaba <Padmanaba@uboot.com>, KOMPAS <kompas@kompas.com>, Detik <webmaster@detik.com>, Waspada <waspada@waspada.co.id>, JKamrasyid@aol.com, arie_wo@yahoo.com, editor@jawapos.com
Cc: mitro@kpei.co.id, bambang_hw@re.rekayasa.co.id

Bang Mamad, (sori kaga pake assalamualaikum soalnye percuma ngasih salam ame lo kelakuannye kaya setan/iblis yang apabila disampaikan kebenaran kaga mau denger)

Bang Mamad wrote : "Jelas, saudara Sumitro, itu Kolonel Laut Ditya Soedarsono adalah bekas corongnya Penguasa Darurat Militer Daerah Acheh. Dimana ia adalah salah seorang dari pihak PDMD yang habis-habisan menghantam GAM. Tetapi tidak berkutik menghadapi Ahmad Sudirman. Itu Kolonel Laut Ditya Soedarsono, untuk membela pendudukan dan penjajahan Negeri Acheh apapun dilakukannya. Tetapi, tidak lama, akhirnya ia terjungkir bersama Mang Endang Suwarya, yang sekarang masih tetap bercokol di Acheh, karena masih dipertahankan oleh Ryamizard Ryacudu."

Bang Mamad, mana ada angkatan bersenjata (TNI) itu tidak berkutik melawan Orang macam anda, orang seperti anda 1000 orang pun TNI tidak bakal kalah, apalagi yang dihadapi hanya milisi-milisi yang dipersenjatai senapan ringan macam M-16, AK-47 dll mana mungkin TNI kalah dan kalang kabut, bukti menunjukkan dilapangan malah orang-orang GSA yang kabur pontang panting nggak karuan menyelamatkan diri dari kejaran TNI, kalo lo liat di Televisi itu orang-orang GSA banyak yang terbunuh oleh TNI kenapa? karena mereka itu bodoh-bodoh, udah tahu TNI itu punya RANPUR Modern, emang GSA punya ape? paling si Hassan Muhammad Leube Tanjung Bungong ngasih duit ke GSA nggak seberapa untuk beli senjata, sisanya telen sendiri buat anak bininye, ame bagi-bagi untuk coro-coronye macem lo lah gitu.

Satu lagi kalo ngomong dimimbar bebas jangan diulang-ulang donk nggak ada kata-kata lagi ape? kalo nggak "penelanan, pencaplokan, pendudukan, dan penjajahan Negeri Acheh oleh pihak RIS yang dilanjutkan oleh RI yang menjelma menjadi NKRI" , trus "sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara Pancasila atau NKRI adalah agar supaya Negeri Acheh yang telah ditelan, dicaplok, diduduki, dan dijajah oleh pihak RIS yang dilanjutkan oleh pihak RI yang menjelma menjadi NKRI diserahkan kembali kepada seluruh rakyat Acheh melalui penentuan pendapat dengan cara jajak pendapat atau referendum dengan memilih dua opsi, yakni opsi YA bebas dari RI dan TIDAK bebas dari RI".

Rusmanto

STMT Trisakti
Sea Transport Management
toto_wrks@yahoo.com
California, USA
----------

From: Bambang Hutomo W. <bambang_hw@re.rekayasa.co.id>
Date: 10 juni 2004 11:36:24
To: <politikmahasiswa@yahoogroups.com>, <padhang-mbulan@egroups.com>, <PPDI@yahoogroups.com>, <oposisi-list@yahoogroups.com>, <mimbarbebas@egroups.com>, <fundamentalis@eGroups.com>, <Lantak@yahoogroups.com>, <kuasa_rakyatmiskin@yahoogroups.com> Kopia: <mitro@kpei.co.id>
Subject: [OPOSISI] RE: [politikmahasiswa] SUMITRO JANGAN BINGUNG GUNAKAN OTAK & HUTOMO PELAJARI SEJARAH RI DAN ACHEH

Emangnye "otak-otak" mr.bule Sudirman? Alhamdulillah otak saya masih berfungsi dgn baik, dan dari hasil pelajaran yg saya serap hingga saya tulis di email ini, insya Allah Sejarah NKRI sudah mendarah daging dan otak mr bule Sudirman perlu di "kalibrasi".. he..he... Sebaiknya Mr Sudirman-lah ini mesti 'Otak-atik" sejarah swedia, siapa tahu Swedia ini termasuk bagian "kekuasaan rakyat Galia"..... dan mr. bule bisa memanfaatkan ramuan "dukun Panoramix" supaya otaknya lebih .." Greeeenk.." hee...hee "Rawe-rawe rantas. Malang-malang putung, Sekali berkibar "merah putih" di persada Nusantara, Berkibarlah selamanya, Pantang turun sepanjang hayat rakyat Nusantara."

Wassalam.

Bambang Hutomo W.

bambang_hw@re.rekayasa.co.id
Jakarta, Indonesia
----------