Sandnes, 25 Juni 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

TUJUAN HIDUP BANGSA ACHEH-SUMATRA BERBEDA DENGAN HINDUNESIA-JAWA
Husaini Daud Sp
Sandnes - NORWEGIA.

 

MENINJAU TUJUAN HIDUP BANGSA ACHEH-SUMATRA YANG BERBEDA DENGAN HINDUNESIA-JAWA

Dewasa ini banyak orang yang tidak memiliki tujuan hidup. Kendatipun mereka mengaku memiliki tujuan hidup, namun tujuan hidup mereka keliru 180 derajat. Hal ini disebabkan tujuan hidup yang mereka emban adalah menurut pikiran mereka masing-masing bukan menurut Pemilik Dunia ini.

Sebagian dari mereka memang meyakini tujuan hidupnya berdasarkan apa yang dikatakan Pemilik Dunia ini, namun mereka masih saja keliru dalam menafsirkannya. Agar lebih jelas mari kita teliti apa yang dikatakan Pemilik Dunia ini dalam hal tujuan hidup : "Wamaa khalaqtul Jinna wal Insa illaa liya`buduuni" (Q.S. 51:56). Yang artinya: Tidaklah Ku jadikan Jin dan Manusia kecuali untuk tunduk pa tuh kepada Ku. Mereka keliru dalam menafsirkan arti dari "liya`buduuni" yaitu "untuk menyembah Ku". Akibatnya mereka memfocuskan hidup ini pada "Sembahyang" semata-mata.

Sementara yang lain menterjemahkan arti dari "liya`buduuni" seperti ini: "untuk ber I`badah kepada Ku". Akibatnya mereka memfocuskan Tujuan hidup ini pada Shalat, zakat, puasa, naik haji, baca-baca Al Qur-an, tahlil, sama diah, wirit yasin, kenduri dan berdo-a.

Itulah yang dikatakan agama satu dimensi, yaitu dimensi ritual dan mereka mengabai kan dimensi sosial. sedangkan Allah sendiri mengutamakan hablum minannas diatas hablum mi nallah. Buktinya: "Tidak beriman salah seorangkamu yang tidur kenyang sementara tetangganya lapar"(Hadist). "Tidak beriman salah seorangkamu sehingga mengasihi saudaranya sebagaimana mengasihi dirinya senderi" (Hadist).

Orang yang sudah terlalu tua dapat menggantikan puasanya dengan membayar fidyah kepada fakir-miskin (Hadist) Golongan yang keliru dalam menterjemahkan ayat Allah tersebut diatas sama saja dengan golongan yang tidak memiliki tujuan hidup, sementara mereka kerapkali menjadi penjajah bagi golongan yang memiliki tujuan hidup yang benar menurut Allah sendiri.

Lihatlah bagaimana orang-Hindunesia-Jawa mengaku diri sebagai orang Islam namun berada dibawah pimpinan Suharto/Suhartoisme (baca Gusdur atau Megawati).

Lihatlah bagaimana mereka bersatu untuk menjajah bangsa Acheh, bagaimana mungkin mereka menjadi pembunuh, penzina/memperkosa rakyat Acheh, pencuri/merampas harta bangsa Acheh. Masihkah mereka menganggap diri sebagai orang Islam ?

Bagaimana mungkin mereka disebut orang Islam. Kalau ada diantara mereka yang mengaku diri sebagai u`lama lalu berfatwa bahwa TNI yang mati di medan tempur juga disebut syahid, yang berfatwa itu bukan U`lama tapi Bal- a`m.

Tahukah anda siapakah bal-am itu? U`lama warasatusy-Syaithan yang tunduk patuh kepada Fir- aun dan berfatwa untuk kelanggingan kekuasaan Fir-aun. (baca kisah Fir-aun dan Bal-am dlm Qur-an) Tunduk patuh kepada Allah bukan sebatas ibadah ritual, apalagi hanya shalat. Tundukpatuh kepada Allah adalah "Amar ma`ruf nahi`mungkar"(Q.S.3: 104). Tunduk patuh kepada Allah adalah "Kaf- fah" (Q.S. 2 : 208). Tunduk patuh kepada Allah terdiri dari Ibadah Ritual dan Sosial (baca hablum minallah wa hablum minannas). Ibadah ritual/ hablum minallah yang terbesar dan utama adalah "mengucap duakali mah syahadah dengan lidah, mentasdiqkan dengan hati serta merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari (aksi) sedangkan Ibadah sosial/ hablum minannas yang terbesar dan utama adalah "mendirikan Delat Allah/ System Allah". Untuk apa? Agar hukum Allah dapat diberlakukan (Q.S. 5 : 44,45 dan 47). Untuk siapa ? Agar kaum dhua`fa dapat dibebaskan dari belenggu yang menimpa kuduk-kuduk mereka (Q.S. 7 : 157).

Andaikata kita menterjemahkan kata li ya`buduni, untuk beribadah kepada Ku memang tidak salah, tinggallagi kita harus memahami definisi daripada Ibadah dan Dymensinya, agar tidak melenceng dari esensinya.

Apa saja activitas manusia diatas permukaan planet ini mulai yang paling kecil seperti kedip mata, sampai yang terbesar mendirikan negara (daulah) adalah ibadah (memperhambakandiri).

Selanjutnya yang perlu kita ketahui bahwa alamat, kepada siapa kita beribadah hanya dua, yaitu Allah dan Thaghut. Kedipmata untuk lebih jelas sa-at membaca Al-Qur-an adalah ibadah kepada Allah, namun kedipmata saat melihat lawan jenis adalah beribadah kepada Thaghut. Mendirikan System Allah adalah beribadah kepada Allah (tundukpatuh kepada Allah) namun mendirikan System Thaghut adalah beribadah kepada Thaghut (tundukpatuh kepadaThaghut)

Kemudian Ibadah terdiri dari dua Dymensi, yaitu ibadah Ritual (hablum minallah)dan ibadah sosial (hablum minannas). Kedua dimensi ini tidakboleh diabaikan satusamalainnya, adalah bagaikan dua sisi mata uang, atau bagaikan Power dan Idiologi yang juga tidak boleh di abaikan satu samalainnya dalam suatu perjuangan mendirikan System Allah.

Tulisan ini saya tutup dengan Firman Allah:" Bukankah sudah kuperintahkan kepadamu hai Bani Adam agar kamu tidak tundukpatuh kepada syaithan? Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu. Dan tunduk patuhlah kepada Ku, inilan jalan yang selurus-lurusnya. Sesungguhnya syaithan itu telah menyesatkan sebahagian besar diantara kamu. Apakah kamu tidak memikirkan?"(Q.S,36:60-62).

Billahi fi sabililhaq.

Husaini Daud Sp

husaini54daud@yahoo.com
Sandnes, Norwegia
----------