Stavanger, 27 Juli 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

PLUS II + SAGIR ALVA KUDA KEPANG DITYA SOEDARSONO SI KECOA DARI JERMAN
Omar Puteh
Stavanger - NORWEGIA.

 

MASIH MENYOROT SAGIR ALVA KUDA KEPANG DITYA SOEDARSONO SI KECOA DARI JERMAN

"Bisnis Diplomasi"nya Agusto Pinochet itu adalah urusan diplomasi yang dibuat sebagaimana harapan ex- tangan kanannya: Jenderal-Jenderal tentara yang sedang berkuasa dan berpengaruh didalam angkatan bersenjata dulu dan sekarang, walaupun tidak sebulu dengan barisan kabinet pemerintahan sosialis, yang memerintah hari ini.

Kalangan Angkatan Bersenjata Chile itu, mengirim Agusto Pinochet itu, dengan kiraan akan dapat mempengaruhi kalangan angkatan bersenjata UK dan pemerintahannya, yang sedang dipimpin oleh PM Tony Blair dari Partai Buruh, untuk mendapatkan paket kelulusan logistik persenjataan.Karena mengingat "jasa baik" Agusto Pinochet pernah memberikan prioritas penggunaan pangkalan angkatan laut Chile untuk digunakan oleh angkatan laut UK khususnya, dan angkatan bersenjata UK umumnya, ketika menghadapi Argentina dalam prang Falkland dan pernah mempunyai hubungan baik dengan ex Perdana Menteri UK, Margareth Tatcher, dari Partai Konservative ketika prang Falkland berlangsung. Pantai Laut Chile, dikenal sebagai pantai laut yang terpanjang didunia.

Memang Margareth Tatcher, siapa yang pernah menikmati "jasa baik" nya Agusto Pinochet si diktator Chile itu, memberikan reaksi politik, dengan bantahan kerasnya terhadap penahanannya.

Sedangkan PM Tony Blair, tetap bersikras menjalankan kehendak kuasa hukum: British Act 1991, dan mengenyampingkan "jasa baik" sang diktator itu, karena hari ini Hak-Hak Azasi Manusia sangat disanjung tinggi oleh hukum atau oleh manusia dan dunia yang bertamandun! Hukum yang membela keagungan Hak-Hak Azasi Manusia lebih tinggi dari membela kejahatan perang!

PM Tony Blair cq Mahkamah UK, baru mau merendahkan dirinya, setelah Agusto Pinochet ex-Diktator dari Chile itu cq Tim Pembelanya juga menggunakan pendekatan elemen-elemen yang bisa mengimbangi tuntutan dari Pembela Hak-Hak Azasi Manusia, dengan mengepit surat bukti sakit dan sedang diserang sakit angin merah dari tim dokter palang merah.

Agusto Pinochet terus dikirim balik ke Santiago, dengan melengahkan permintaan pemerintahan Spanyol cq Pembela Hak-Hak Azasi Manusia Spanyol.

Sebaik pesawat yang membawa Agusto Pinochet si Diktator Chile itu dan rombongannya mendarat dan pintu bagasi belakang terbuka, dia terus turun dengan gagah dari kerusi rodanya sambil melemparkan kebelakang tongkat dari gengaman tangan kirinya, tampa menoleh kekanan dan kekiri, langsung menerkam "Jenderal"nya dan semua "letnan-letnan" nya.

Demikianlah kiranya juga kelicikan yang serupa yang telah dilakukan oleh Suharto Kleptokracy (si Pencuri ) ex-Diktator Jawa si Penjajah atau si Belanda Hitam itu, ketika dia langsung dengan gagah menerkam sahabatnya, Tun Dr Mahathir Muhammad, sebaik datang mendekat kehadapannya dalam suatu kunjungan sulungnya, tanpa memperdulikan tongkat atau kerusi rodanya.

Kejadian ini, dapat kita baca dari ribuan komentar-rungutan di media massa cetak dan elektronik termasuk interrnet dari rakyat Indonesia Jawa, yang dari awal-awal sememangnya telah jijik melihat lakonan Suharto Kleptokracy (si Pencuri) dan Tim Pembelanya yang kemudian menggunakan pendekatan Tim dokternya, yang untuk mempengaruhi Mahkamah Jawa si Penjajah yang dikenal oleh dunia peradilan dengan pemeo: Karena Uang Habis Perkara (KUHP), maka habis perkaranya Suharto Kleptokracy mencuri uang bangsa Acheh, Maluku, Papua Barat, dan Sulawesi:di Poso, di Minahasa dan Gorontalo serta dari wilayah-wilayah Melayu lain di Nusantara, dengan lakonannya itu!

Tun Dr Mahathir Muhammad mungkin tidak tahu dengan persis, siapa sebenarnya si Suharto Kleptokracy (si Pencuri). Kita tidak perlu menceritakan sebagaimana telah diceritakan oleh Pemimpin Redaksi sebuah majalah yang telah meng-interview pekerja-pekerja Istana Surakarta dan Jokyakarta, tempat dimana ibunya Suharto Kleptokracy (si Pencuri) selalu mundar mandir, menjumpai usahawan/saudagar China, terutama di istana Surakarta atau sebagaimana yang telah diceritakan kembali dalam internet oleh Mashuri SH, ex Mentri Pendikan dan ex Menteri Penerangan.

Atau sebagaimana yang telah kita baca dalam surat-surat kabar atau majalah-majalah, ketika Pemimpin Redaksi sebuah Majalah, yang dengan "nakal" nya telah menyelidik asal usul orang tua lelaki Suharto Kleptokracy (si Pencuri) dipaksa menghadiri Mahkamah.

Tetapi kita ingin menceritakan kepada Tun Dr Mahathir Muhammad bahwa Suharto Kleptokracy (si Pencuri) telah menyembelih 50.000 jiwa bangsa Acheh semasa DOM, menyembelih 10.000 jiwa, para santri di- Tanjong Periok, Jakarta atau Talang Sari, Lampung, atau di project irigasi di Madura, dan pembunuhan secara misterius orang-orang yang bertatoo atau orang-orang yang dituduh berhubungan dengan orang-orang yang bertatoo, diseluruh Nusantara atau membunuh 3.000.000 ummat marxis/komunis (di Pulau Jawa saja sekitar 3.000 000 jiwa, menurut Hj Prinsen ketua hak-hak azasi manusia Indonesia Jawa).

Tun Dr Mahathir Muhammad, jumlah tersebut, melebihi dari kekejaman yang pernah dilakukan oleh Soekarno (si Penipu licik) dari Jawa si Penjajah, atau melebihi yang dilakukan Polpot dari Kampuchea, atau melebihi yang dilakukan oleh Slobodan Milosovic dari Serbia.

Mudah-mudahan Tun Dr Mahathir Muhammad pun tahu, bahwa ketika konfrontasi Malaysia dulu, Tengku Hasan di Tiro adalah sebagai penasihat tentang hal-ehwal Indonesia Jawa, kepada Perdana Menteri Tunku Abdurrahman, Perdana Menteri pertama Malaysia.

Dan Tengku Hasan di Tiro, juga sebagai rakan sahabat dari Tun Abdur Razak, Deputy Perdana Menteri. Kepada Tun Abdur Razaklah , Tengku Hasan di Tiro telah pernah menyumbangkan formula Dasar Ekonomi Baru, yang kemudian telah banyak membantu struktur kehidupan ekonomi bangsa Melayu-Malaysia dan pemimpinnya.

Sagir Alva, mengapakah kau dan penunggangmu si Kolonel (Laut) Ditya Soedarsono, kecoa Jerman saja yang tidak mau menyertai rakyat Indonesia Jawa lainnya untuk meberikan komentar, mengenai bagaimana rupa-nyata kelicikan Suharto Kleptokracy (si Pencuri) menipu keagunganan Mahkamah, sebagaimana Agusto Pinochet si Diktator Chile itu telah melakukannya atau sebagaimana petunjuk dari salinan rapi dan cermat dari apa yang Agusto Pinochet telah lakukan.

Nah, Sagir Alva, (kuda kepangnya Ditya Soedarsono), demikianlah juga bias lain dari menumpuknya kelicikan dalam diri Suharto Kleptokracy (si Pencuri) dan keluarganya yang telah mebangunkan sekian banyak institusi-institusi amal dengan kantong-kantong simpanan rahasia, dimana seluruh uang bantuan kesosialan dan kemanusiaan diisi kedalamnya, kemudian uang yang terkumpul itu disunglap, kemudian lagi uang itu masuk kedalam kantong-kantong gelap dan besar Suharto Kleptokracy (si Pencuri ) lainnya yang "mistirius". Itulah diantara cara Suharto Kleptokracy (si Pencuri) mencuri. Tetapi Sagir Alva, menggelarnya sebagai bapak pembangunan!

Sagir Alva, pernahkah kau melihat peta perusahaan-perusahaan Suharto Kleptokracy (si Pencuri) dan keluarganya diseluruh Nusantara. Kalau belum coba buat search dan setelah kau temui, lantas kau bisa berdiskusi dengan Ustadz Ahmad Sudirman, bagaimakah sebenarnya instrumen-instrumen pencuriannya ditebarkan dan digerakkan, termasuk yang dilakukan oleh antek-anteknya.

Begitu juga, telah menjadi catatan umum, mengapakah perlembagaan Jawa si Penjajah bisa menjadi elastis, sehingga ditarik mundur dan ditolak maju untuk meluluskan Abdurrahman Wahid Gusdur, bisa lewat dengan mudah melangkahi prasyarat ketat kelayakan dan kesempurnaan anggota tubuh-badan bagi calon ketua ekskutip negara, yang kemudian bisa membiarkan pula dia menjalankan kerja-kerja kepresidenannya dengan cara duduk sambilan tidur, berdiri sambilan tidur, malahan berjalan juga sambilan tidur tetapi tidak pernah menjadi permasalahan bagi undang-undang konstitusi NKRI, si Jawa si Penjajah, tetapi juga tidah pernah menjadi permasalahan bagai kau, Sagir Alva, sekalipun sebagai kuda kepangnya atau tunggangan si Kolonel (Laut) Ditya Soedarsono!

Atau Sagir Alva, mengapakah sipenderita angin merah atau sroke, seperti Abdurrahman Wahid Gusdur dibiarkan menipu perlembagaan atau undang-undang atau peraturan pencalonan kepresidenan NKRI, Jawa si Penjajah?

Lama baru diambil tindakan hukum konstitusi NKRI oleh MPR, karena memanipulasikan dana kemanusiaan sebesar US $ 2.000.000 (dua juta dolar Amerika Serikat) untuk bangsa Acheh dari anugrah DYMM Sultan Hassanah Bolkiah, Sultan Brunei, Darussalam dan kasus Bulog, dana yang diperuntukan untuk biaya makan minum penampungan pengungsi-pengungsi bangsa Acheh di kemah-kemah pengungsian, yang kemudian dilaporkan hanya diberikan nasi bercampur singkong yang sudah masuk angin atau karena diingat mungkin Abdurrahman Wahid Gusdur sedang tidur dan semua apa yang sedang dilakukannya, sebagai sebahagian jalan cerita dalam mimpinya itu?

Baru setelah berbulan-bulan kemudian, Amien Rais dan Megawati Soekarno Putri memasang perangkap yang menjebaknya dalam sessi undang-undang perlembagaan (konstitusi) NKRI.

Amien Rais dan Megawati Soekarno Putri, tidak sedikitpun simpatik keatas Abdurrahman Wahid Gusdur, sekalipun dia mengadvokasi dirinya itu dengan memakai celana kolor antiknya, (Sagir Alva coba kirimkan kepada kami gambar bersejarah itu dan tolong tuliskan dibawah gambar itu: Abdurrahman Wahid Gusdur, Presiden ke 4, Jawa si Penjajah yang berseragam celana kolor antik ini sebagai kenangan-kenangan akibat serangan angin merah atau stroke!) malahan mengusirnya dengan ancaman:

"Kalau kau, Abdurrahman Wahid Gudur, tidak keluar dengan kehendak sukarela, tetapi terpaksa digunakan forces, maka tindakan susulan akan diambil: Biaya perawatan khusus matamu, di Amerika Serikat yang menghendaki persetujuan seorang Presiden akan tidak pernah diberikan lagi...", maka dengan kolor antiknya dan berbajukan kaos kutang yang dipadankan dengan belangkon Ronggowasito, keluarlah dia dengan meu 'tjoh-'tjoh.

Nah, kalau kau, Sagir Alva, masih dengan sinis mempersoalkan perihal Dr Tengku Hasan di Tiro, yang benar sakit diserang angin ahmar atau angin merah atau stroke, seperti yang telah diceritakan oleh Ustadz Sudirman, maka cobalah kau, bandingkan dengan sedikit warna-warni senario kejadian dua kepala negara Jawa si Penjajah atau si Belanda Hitam itu seperti tersebut diatas.

Dan Jawa si Penjajahpun memang sudah mengetahui, tentang kondisi kesehatan beliau sedemikian rupa, sejak 1996 atau sejak 8 tahun yang lalu, atau sejak rampasan kuasa, yang dilakukan oleh sekelompok pengkhianat bangsa Acheh di Swedia, sebagaimana yang dimaksudkan oleh Wiryono Sastrohandoyo, si Belanda Hitam, dalam tulisannya, yang telah dimuat dalam Harian Umum Sore "Sinar Harapan".

Untuk pengetahuanmu, Sagir Alva, bahwa dihari kejadian itu saya ada disana dan tentu saja terhadap apapun "ocehan fitnah" mu itu, tentang perkara kesehatan Tengku Hasan di Tiro, yang telah dijawab dengan benar dan tepatnya oleh rakan saya yang budiman: Ustadz Ahmad Sudirman, maka sudah tentulah, tidak perlu ditambahi lagi rempah ratusnya!

Hanya sedikit perlu kami sampaikan disini, bahwa pada tanggal 18 Junui, 2004 atau tepatnya dihari pembebasan tanpa syarat Perdana Mentri Tengku Malik Mahmud dan Menetri Luar Negeri Tengku Dr Zaini Abddullah MD, telah tercatat juga sebagai hari yang akan menjadi sebuah nostalgia dalam hidup dan kehidupan Saudara Shaiman Abdullah dan putra sulung beliau Taqwa Shaiman Abdullah, yang telah lama berada dipengasingan. Dan pada hari yang bernostalgia itu mereka berdua itu, berkesempatan pula, datang berkumpul dan beramah mesra dengan Wali Negara (Presiden) Negara Acheh Sumatra, Tengku Hasan di Tiro.

Mereka berdua anak-beranak itu terus datang dan berkumpul dengan bangsa Acheh yang setia kepada pemimpin dan perjuangan mereka di Gedung Pengadilan Distrik Huddinge, Swedia dan sekali menyambut pembebasan kedua pemimpin tertinggi Negara Acheh Sumatra itu.

Kedua anak-beranak ini, disifatkan sebagai telah mengambil pengalaman dari Dr Shahfor Bakhtiar ex-Perdana Menteri terakhir Shah Reza Pahlevi yang telah menyerukan kepada seluruh bangsa Iran yang berada di pengasingan agar kembali dalam satu barisan, membela bangsanya dan mempertahankan negaranya dari serangan bala tentara Saddam Hussein atau ketika pemimpin bangsa Acheh diserang oleh Jawa si Penjajah dan antek-anteknya yang berkeliaran di Swedia.

Seperkara lagi untuk kau, Sagir Alva ketahui bahwa Dr Tengku Hasan di Tiro, baru diserang angin ahmar setelah beliau mencapai umur 70 tahun lebih atau setelah 21 tahun beliau memimpin perjuangan dan peperangannya berbanding dengan Dr Theodor Herzl dari Hungaria, ketika masih terbilang muda lagi, baru mencapai umur 41 tahun atau baru 10 tahun menghadapi ranjau-onak duri politik perjuangan yang telah kehilangan tanah airnya sejak 4000 tahun yang lalu + "tingkah laku" yang masih rumit dari masyarakat-kaumnya ketika itu atau tepatnya, 10 tahun setelah peristiwa Alfred Dreyfus dimahkamahkan di Mahkamah Perancis, telahpun diserang angin merah atau stroke dan akhirnya mengakhiri hidup beliau!

(bersambung ke Plus III + Sagir Alva Kuda Kepang Ditya Soedarsono Si Kecoa Dari Jerman)

Wassalam

Omar Puteh

om_puteh@hotmail.com
Norway
----------

From: sagir alva melpone2002@yahoo.com
Date: Thursday, July 22, 2004 7:33:29 AM
To: ahmad@dataphone.se
Cc: melpone2002@yahoo.com, mitro@kpei.co.id, om_puteh@hotmail.com
Subject: Hasan Tiro sakit?

Ass.Wr.Wb.

Selamat siang bapak Ahmad. Bagaimana kabar bapak sekeluarga? Semoga bapak sekeluraga baik-baik selalu serta selalu mendapat perlindungan Allah SWT. Bapak Ahmad kalo kita lihat apa yang dinyatakan oleh Thomas Lindstrand, bahwa penyelidikan terhadap Hasan Tiro karena kondisi kesehatannya yang sejak lama tidak memungkinkan lagi untuk memimpin perjuangan ASNLF dipengasingan, sehingga dinyatakan bahwa yang menjalankan itu adalah Zaini Abdullah dan Malik Mahmud, dan karena itu penyelidikan tetap dilanjutkan kepada kedua-dua tokoh tersebut.

Nah kalo dilihat dari penyataan bapak Ahmad, yang mengatakan bahwa Hasan Tiro sehat-sehat saja berdasarkan apa yang disiarkan oleh tv Swedia, dimana Hasan Tiro memberikan keterangan tentang perjuangannya. Bukankah ini sesuatu hal yang bertolak belakang?

So disini saya mau bertanya apakah benar Hasan Tiro sakit, kalo memang tidak sakit, mengapa Thomas Lindstrand menyatakan sakit?, selanjutnya apakah Hasan Tiro hanya pura-pura sakit untuk mengelabui Thomas Lindstrand, sehingga penyelidikan Hasan Tiro dihentikan karena alasan sakit?

Pak Ahmad, saya kira ini saja pertanyaan dari saya, disini saya tidak ingin menuduh siapa yang telah berbohong, tapi hanya ingin kejelasan, karena saya melihat disini ada 2 hal yang bertolak belakang.

Saya mengucapkan terima kasih kepada rekan rekan milis yang telah memberikan komentar baik yang positif ataupun negatif terhadap diri saya, dan saya mohon ma'af jika ada yang tersinggung terhadap komentar saya dalam milis ini.

Wassalam

Sagir Alva
----------