Stockholm, 7 September 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

SUMITRO INI MIMBAR BEBAS TEMPAT DISKUSI & BERDEBAT BUKAN ALAT UNTUK PERMUSUHAN
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

SUMITRO HARUS MENYADARI BAHWA MEMIBAR BEBAS INI TEMPAT DISKUSI & BERDEBAT BUKAN ALAT UNTUK PERMUSUHAN

"Coba baca dab renungkan baik2 apa yang saudara Rokhmawan tulis. Disitu awal2 tidak ada yang salah dari tulisannya bahkan tidak ada yang kasar disitu dan beliau hanya menyatakan bahwa orang yang gampang mengelompokkan kafir padahal nyata2 orang tersebut islam maka dikatakan merupakan ciri dari kaum khawarij. Dan selanjutnya diskusi tersebut berkembang dimana kelompok kalian nyata2 menyatakan "seseorang" bukan kelompok lagi seperti Megawati, Soeharto, Amien Rais, Gus Dur dll sebagai kafir sedangkan Rokhmawan makin yakin dengan pendapatnya bahwa kalian yang berani menyatakan "seseorang Gus Dur, Amien Rais dll sebagai kafir maka kalian digolongkan sebagai kaum khawarij. (sayangnya komentar anda tidak dicantumkan sama sekali yang dicantumkan justru balasan dari Rokhmawan saja padahal apa yang rokmawan sampaikan adalah akibat dari sebab dimana sebabnya adalah kalimat2 atau tulisan2 kelompok kalian)" (Sumitro mitro@kpei.co.id , Tue, 7 Sep 2004 08:02:20 +0700)

Baiklah Sumitro di Jakarta, Indonesia.

Sumitro, Ahmad Sudirman yakin, saudara tidak akan memiliki data informasi lengkap apa yang ditulis oleh Rokhmawan selain yang ada dan disimpan oleh Ahmad Sudirman dan dipublikasikan di http://www.dataphone.se/~ahmad/opini.htm .

Dalam situs inilah kata perkata yang dikemukakan oleh Rokhmawan, dan kata perkata yang diungkapkan oleh Ahmad Sudirman sebagai tanggapan atas apa yang dikemukakan oleh Rokhmawan. Begitu juga kata perkata yang dikemukakan oleh Sumitro dan kata perkata apa yang disanggahkan oleh Ahmad Sudirman terhadap apa yang dikemukakan oleh Sumitro tersebut.

Sumitro apa yang Ahmad Sudirman tampilkan tersebut adalah tercantum dengan jelas dan terang dalam kumpulan tulisan Rokhmawan dan tanggapan Ahmad Sudirman yang terkumpul dalam tulisan-tulisan yang judul tulisannya ada memakai kata Rokhmawan yang dipublikasikan mulai pada 17 Juni 2004.

Begitu juga apa yang ditulis oleh saudara Husaini Daud, Mohammad Al Qubra, Ham Am, Teguh Harjito, Mazda lengkap tanpa dikurangi. Tinggal cari dengan mudah karena nama-nama yang menulis itu dimasukkan dalam nama judul tulisan tersebut. Jadi tidak susah untuk mencarinya.

Kalau mau apa pendapat dan tulisan Sumitro, tinggal pilih saja kalau ada judul yang didalamnya ada nama Sumitro. Itu pasti didalamnya ada menyangkut tulisan Sumitro.

Jadi silahkan teliti dengan cermat. Fakta dan bukti ada dengan lengkap, tinggal menggalinya saja. Apa yang diungkapkan Ahmad Sudirman, dan apa yang dikemukakan oleh Rokhmawan. Tidak perlu menerka-nerka dan menduga-duga. Karena Ahmad Sudirman yakin itu Sumitro tidak akan memiliki dokumentasi yang lengkap, utuh, tentang tulisan dan pendapat Rokhmawan dari sejak pertama kali muncul di mimbar bebas ini dibandingkan dengan apa yang ada pada Ahmad Sudirman.

Karena itu Ahmad Sudirman tidak perlu lagi memberikan komentar atas apa yang dikemukakan oleh Sumitro. Karena tidak ada gunanya. Mengapa ? Karena Sumitro kalau menampilkan sesuatu menurut orang lain tidak pernah ditampilkan sumber dan kapan itu terjadi. Misalnya apa yang diungkapkan oleh Rokhmawan, mana itu Sumitro mencantumkan referensinya, artinya kapan itu Rokhmawan mengatakan hal itu.

Berbeda dengan Ahmad Sudirman, setiap Rokhmawan menampilkan sesuatu yang terjadi sebelumnya, Ahmad Sudirman selalu menyertakan nama Rokhmawan dan tanggal bila dia mengatakan hal tersebut. Biar mudah untuk mencek kebenaran dari informasi yang dikemukakan.

Sumitro, mimbar bebas ini adalah tempat untuk saling tukar menukar informasi, mendiskusikan, mendebatkan, menampilkan, mengungkapkan, segala yang ada hubungannya dengan Acheh, referendum, pertumbuhan dan perkembangan Negara RI dan negeri Acheh, perkembangan yang terjadi di RI yang ada hubungannya dengan Acheh, sistem Negara RI, perangkat kelembagaan RI dan para pelaksanannya.

Jadi Sumitro, kalau itu terjadi perdebatan atara Sumitro dengan yang lainnya, antara Rokhmawan dengan Ahmad Sudirman dan yang lainnya. Ini adalah masalah biasa. Kadang kadang dalam diskusi dan berdebat ini melambung keatas, kadang kadang meluncur kebawah, kadang kadang tenang. Itu semua jangan dimasukkan kedalam hati dan terlalu dilibatkan subjetifitas.

Karena itulah mimbar bebas ini adalah juga dipakai sebagai tempat mengasah kemampuan daya berpikir, daya anlisa, daya pemahaman dalam menampilkan, mengemukakan, menganalisa, sesuatu persoalan, yang dilihat dari berbagai sudut. Bisa dilihat dari sudut agama, bisa dilihat dari sudut hukum, bisa dilihat dari sudut politik, dan sebagainya.

Jadi, itu kalau saudara Rokhmawan menarik diri dari mimbar bebas ini, kita harus hargai dia. Jangan dipaksakan, dan memang dia memiliki alasan yang menurut dia sendiri bagus.

Kemudian soal minta maaf. Apa yang perlu meminta maaf. Toh, kita ini dalam berdiskusi. Tidak ada yang menang dan kalah dalam diskusi dan debat di mimbar bebas ini. Yang ada adalah siapa yang memiliki kemampuan dalam memberikan dan menggambarkan sesuatu permasalahan dengan dilihat dari berbagai sudut pandang dalam rangka mencari titik sasaran yang sama guna mencarikan pemecahannya yang baik dibanding dengan pemecahan yang sudah-sudah.

Nah, karena yang dibicarakan oleh Rokhawan sebagian besar adalah masalah yang menyangkut masalah keyakinan, akidah, tauhid, manhaj dalam Islam, maka jelas kadang-kadang timbul, sikap dan dorongan subjetifitas yang tinggi. Tetapi tidak berarti hal tersebut adalah sumber perpecahan.

Ahmad Sudirman tidak menganggap saudara Rokhmawan karena dia lawan diskusi dan debat, dan karena dalam debat itu kadang-kadang suara keras, tetapi itu tidak berarti Rokhmawan sehabis debat menjadi musuh dan lawan Ahmad Sudirman. Itu tidak demikian yang ada dalam pikiran dan pandangan Ahmad Sudirman.

Jadi, Sumitro, karena Ahmad Sudirman menghargai sikap dan keputusan yang diambil Rokhmawan untuk mundur dari mimbar bebas inilah, maka Ahmad Sudirman tidak memaksa-maksa dia untuk kembali lagi.

Mimbar bebas ini namanya juga bebas. Siapa saja boleh tampil. Siapa saja boleh duduk mendengar. Siapa saja boleh berdiri mendengar. Tidak ada paksaan. Mau memukul, pukulah situ, tetapi harus tahu resikonya. Mau menyerang, seranglah situ, tetapi harus sadar bahwa hal itu bisa menjadi senjata makan tuan. Mau mencaci, cacilah situ, tetapi harus tahu akibatnya.

Inilah saudara Sumitro. Di mimbar bebas ini tidak ada yang salah, tidak ada yang kalah, tidak ada yang menang, tidak ada yang benar semua. Jadi, mengapa harus bersusah hati, untuk meminta maaf. Kita harus saling menghormati pendapat dan keyakinan seseorang. Tetapi kalau sedang berdiskusi dan berdebat lain persoalan. Kita boleh menyampaikan apa saja pendapat, pemikiran, argumentasi, tetapi harus sadar bahwa itu hanyalah dalam dunia perdebatan saja, jangan melibatkan emosi dan menjadikan sumber perpecahan. Disinilah kita diuji kematangan pikiran dan keteguhan jiwa dalam menghadapi dan menyelesaikan suatu persoalan, tanpa melahirkan sikap permusuhan.

Terakhir saudara Sumitro menyatakan: "Ma'af, kalau enggak salah H. Oemar Said Tjokroaminoto namanya bukan "Umar" atau "Omar"."

Memang Ahmad Sudirman lupa menulis ejaan lama. Jadi benar yang ditulis oleh Sumitro, kata 'u', memang harus ditulis 'oe' menurut ejaan lama. Jadi bukan H. Omar Tjokroaminoto, tetapi seharusnya H. Oemar Tjokroaminoto. Dengan ini kesalahan tersebut telah diperbaiki.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad.swaramuslim.net
ahmad@dataphone.se
----------

From: Sumitro mitro@kpei.co.id
To: Ahmad Sudirman <ahmad@dataphone.se>, Serambi Indonesia <serambi_indonesia@yahoo.com>, Aceh Kita <redaksi@acehkita.com>, ahmad jibril <ahmad_jibril1423@yahoo.com>, balipost <balipost@indo.net.id>, waspada <newsletter@waspada.co.id>, PR <redaksi@pikiran-rakyat.com>, Pontianak <editor@pontianak.wasantara.net.id>, Hudoyo <hudoyo@cbn.net.id>, JKT POST <jktpost2@cbn.net.id>, Redaksi Detik <redaksi@detik.com>, Redaksi Kompas redaksi@kompas.com
Cc: Sumitro <mitro@kpei.co.id>, ahmad@dataphone.se
Subject: RE: SUMITRO ITU WAHABIYIN ROKHMAWAN YANG PERTAMA MENEMBAKKAN SALTO KHAWARIJNYA
Date: Tue, 7 Sep 2004 08:02:20 +0700

Dari Apa yang terjadi diatas sebenarnya jelas siapa yang mulai. Saudara Rokhmawan hanya menjelaskan atau meluruskan saja apa yang keliru dari kelompok kalian yang gampang mengkafirkan seseorang (ini bukan saya membela Rokhmawan). Coba baca dab renungkan baik2 apa yang saudara Rokhmawan tulis. Disitu awal2 tidak ada yang salah dari tulisannya bahkan tidak ada yang kasar disitu dan beliau hanya menyatakan bahwa orang yang gampang mengelompokkan kafir padahal nyata2 orang tersebut islam maka dikatakan merupakan ciri dari kaum khawarij. Dan selanjutnya diskusi tersebut berkembang dimana kelompok kalian nyata2 menyatakan "seseorang" bukan kelompok lagi seperti Megawati, Soeharto, Amien Rais, Gus Dur dll sebagai kafir sedangkan Rokhmawan makin yakin dengan pendapatnya bahwa kalian yang berani menyatakan "seseorang Gus Dur, Amien Rais dll sebagai kafir maka kalian digolongkan sebagai kaum khawarij. (sayangnya komentar anda tidak dicantumkan sama sekali yang dicantumkan justru balasan dari Rokhmawan saja padahal apa yang rokmawan sampaikan adalah akibat dari sebab dimana sebabnya adalah kalimat2 atau tulisan2 kelompok kalian)

Jadi menurut saya sebaiknya kalian saling minta ma'af dan kembali berdiskusi dengan baik dan benar dalam masalah agama. Awalnya saya juga ikut terhanyut didalamnya namun kemudian saya mundur karena saya takut dengan pengetahuan agamna saya yang minim malah bisa berakibat fatal bagi saya sendiri itulah makanya saya mundur berdiskusi masalah agama. Yang terus saya lakukan adalah diskusi mengenai politik saja. Jadi kalian semua jangan malu untuk mengakui kesalahan masing2 karena mengakui kesalahan bukan berarti kalah bukan? Dan tidak perlu malu.

Demikian dan terima kasih.

Sumitro

mitro@kpei.co.id
Jakarta, Indonesia
----------

From: Sumitro mitro@kpei.co.id
To: Ahmad Sudirman <ahmad@dataphone.se>, Serambi Indonesia <serambi_indonesia@yahoo.com>, Aceh Kita <redaksi@acehkita.com>, ahmad jibril <ahmad_jibril1423@yahoo.com>, balipost <balipost@indo.net.id>, waspada <newsletter@waspada.co.id>, PR <redaksi@pikiran-rakyat.com>, Pontianak <editor@pontianak.wasantara.net.id>, Hudoyo <hudoyo@cbn.net.id>, JKT POST <jktpost2@cbn.net.id>, Redaksi Detik <redaksi@detik.com>, Redaksi Kompas redaksi@kompas.com
Cc: pejuang_akhir_zaman@yahoo.co.uk, ahmad@dataphone.se
Subject: RE: WASPADA ITU TAHUN 1920 DIADAKAN KONFERENSI SAN REMO BUKAN KONFERENSI ISLAM DI MEKKAH
Date: Tue, 7 Sep 2004 09:43:10 +0700

Ma'af....kalau enggak salah H. Oemar Said Tjokroaminoto namanya bukan "Umar" atau "Omar"...

Demikian dan mohon ma'af kalau salah.

Sumitro

mitro@kpei.co.id
Jakarta, Indonesia
----------