Stockholm, 16 September 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

SUMITRO INGIN DENGAR DAKHWAH DI MEKKAH, HIJRAH, SARYAH, GHAZWAH, PERANG, DAULAH ISLAM & GAM
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

SUMITRO MEMANG INGIN MENDENGAR DAKHWAH DI MEKKAH, HIJRAH, SARYAH, GHAZWAH, PERANG, DAULAH ISLAM & GAM

"Bang Ahmad, bagaimana dengan 5 pertanyaan saya kemarin. Apakah udah dapat referensinya belum. Kalau dapat, enggak usah nunggu janji saya dululah, karena apa yang saya janjikan itu akan tetap saya sampaikan. Bukan ada maksud apa2, apa lagi bang Ahmad mencurigai saya akan menjiplak apa yang bang Ahmad sampaikan. Tidak akan itu. Dan anda terlalu berlebihan kebanyakan curigai itu enggak baik loh? Lihat saja kemarin mengenai sejarah Rasulullah apa yang saya sampaikan beda dengan anda khan?" (Sumitro mitro@kpei.co.id , Thu, 16 Sep 2004 14:25:09 +0700)

Baiklah Sumitro di Jakarta, Indonesia.

Kelihatannya memang saudara Sumitro ini mau duduk dipinggir gelanggang mimbar bebas dulu sambil duduk bersila dihadapannya ada piring cembung yang diatasnya ada potongan-potongan kecil singkong rebus yang ditaburi parutan gula-merah. Sambil Sumitro duduk bersila dengan singkong rebusnya, disini Ahmad Sudirman akan sedikit menjawab apa yang dipertanyakan oleh saudara Sumitro yaitu:

"Bang Ahmad bisa anda jelaskan lebih lanjut : 1.Apakah yang mendorong Rasulullah dan Umat Islam berhijrah serta bagaimana proses Hijrah itu sendiri berlangsung? 2.Taktik Rasulullah memata-matai lawan seperti apa ? 3.Apakah wahyu Allah SWT pertama kali tentang perang? 4.Bagaimana sikap Rasulullah dan tindakan apa saja sich yang berhubungan dengan Daulah Islam terhadap musuh2 Islam ? 5.Apakah gerakan yang GAM/ASNLF nya Hasan Tiro melakukan gerakan kemerdekaan sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah? kalau iya seperti apa contohnya. (Sumitro, Thu, 16 Sep 2004 08:15:58 +0700)

Ada beberapa faktor yang menjadi dasar dorongan Rasulullah saw melakuan hijrah.

Pertama, adanya pertentangan ideologi, yakni antara ideologi Islam yang didalamnya tertanam aqidah, tauhid dengan ideologi non-Islam kaum Quraisy yang penuh dengan syirik dan kebatilan.

Kedua, adanya penentangan dan sikap permusuhan dari pihak penguasa Quraisy Mekkah atas misi Rasulullah saw dalam menyebarkan risalahnya.

Ketiga, adanya tindakan-tindakan yang berupa penyiksaan, usaha pembunuhan, penganiayaan, penghinaan terhadap Rasulullah saw dan orang-orang yang baru masuk Islam dari pihak penguasa Quraisy.

Keempat, adanya kesepakatan bersama antara Rasulullah saw dengan orang-orang Yatsrib, terutama dengan suku Aus dan suku Khazraj. Sebagaimana yang telah ditunjukkan ketika enam orang Yatsrib datang ke Mekah dan memeluk Islam di Aqabah pada tahun ke 10 Kenabian (tahun Masehi). Dan dilanjutkan dengan datangnya 12 orang Yatsrib pada tahun ke 11 Kenabian (tahun Masehi) dan melakukan ikrar Aqabah pertama. Kemudian dilanjutkan dengan datangnya 73 orang Yatsrib dari suku Khazraj dan Aus yang juga melakukan ikrar Aqabah kedua pada tahun ke 12 Kenabian (tahun Masehi).

Datangnya Risalah melalui penyampaian Wahyu kepada Rasulullah saw inilah yang melahirkan ideologi Islam yang dikemudian hari bisa menghancurkan ideologi kaum Quraisy yang penuh dengan kesyirikan.

Ketika Rasulullah saw mendapat wahyu pertama yang sekaligus dideklarkan oleh Allah SWT sebagai Nabi dan Rasul bagi umat manusia yang dimulai di Mekkah tempat kelahiran Rasulullah saw. Dimana ayat pertama yang disampaikan melaui malaikat Jibril yang tertuang dalam QS, Al-Alaq, 96: 1-5 "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS, Al-Alaq, 96: 1- 5)

Inilah awal risalah dan pondasi pertama yang di wahyukan Allah SWT kepada Rasulullah saw melalui malaikat Jibril.

Ternyata dalam jangka waktu yang sangat singkat, selama 13 tahun, landasan dan pondasi pertama yang diwahyukan dalam QS, Al-Alaq, 96: 1-5 telah ditambah dengan pondasi lainnya dalam bentuk ayat-ayat aqidah dan ketauhidan yang merupakan dasar kekuatan iman bagi seorang muslim yang merupakan bagian dari kesatuan umat Islam secara keseluruhan.

Dilanjutkan dengan perintah Allah SWT yang diformulasikan dalam QS, Al-Muddatstsir, 74: 1-5 "Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan dan Tuhanmu agungkanlah dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah (QS, Al-Muddatstsir, 74: 1-5)

Dengan turunnya perintah ini kepada Rasulullah saw untuk tampil kepermukaan tanah Mekkah guna menyampaikan risalah yang telah diberikan oleh Allah SWT, kepada umat manusia yang dimulai di Mekkah agar mengagungkan Allah SWT, membersihkan diri dan meninggalkan perbuatan dosa.

Dimasa periode awal inilah yang sangat sulit dan susah bagi Rasulullah saw untuk meyakinkan kepercayaan masyarakat disekitarnya yang sudah terbelenggu dengan kepercayaan yang menyimpang dari apa yang telah dirisalahkan oleh Allah SWT kepada Rasulul-Nya Muhammad saw.

Dari sekian banyak masyarakat Quraisy yang ada di Mekkah, hanya beberapa orang sajalah yang tertarik kepada Islam yang telah dimulai disebarkan secara perlahan oleh Muhammad saw dengan dimulai dari keluarganya yaitu Istri beliau Siti Khadijah, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib putra Abu Thalib, dan saudara sepupu Rasulullah saw, Zaid bin Haritsah ra budak yang telah dibebaskan oleh Rasulullah saw, Ummu Aiman hamba perempuan yang pertama.

Ternyata selama dua tahun Rasulullah saw mulai melaksanakan dakhwah Islamnya ini, beberapa orang Mekkah yang masuk Islam. Dimana disamping dari 5 orang yang telah masuk Islam, sekarang ditambah dengan yang lainnya, seperti Ammar bin Yasir, Khabbab bin Al-Arat, Utsman bin Affan, Abdurrahmanin bin Auf, Sa'd bin Abi Waqqas, Thalha, Arqam, Sa'id bin Zaid, Abdullah bin Mas'ud, Utsman bin Mazh'un, Ubaidah, Shuhaib Al-Rumi.

Barulah pada tahun ke 3 Kenabian (Ibnu Hisyam, As-Sirah an-Nabawiyyah, Jil. I, hal. 262) setelah turun perintah dalam QS, Al-Hijr, 15: 94 "Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (QS, Al-Hijr, 15: 94). Dan QS, Asy-Syu'ara, 26: 214 "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat" (QS, Asy-Syu'ara, 26: 214)

Nah, inilah ayat deklarasi dari Allah SWT yang diturunkan kepada Rasulullah saw setelah dua tahun dalam masa periode dakhwah perlahan dan secara tertutup, diantara keluarga dan kawan dekat saja.

Tetapi setelah turunnya deklarasi QS, Al-Hijr, 15: 94 yang memerintahkan menyampaikan risalah secara terang-terangan dan supaya berpaling dari orang-orang musyrik, maka mulailah Rasulullah saw tampil dengan penuh semangat tanpa merasa takut lagi berhadapan dengan orang-orang musyrik Mekkah.

Setelah deklarasi QS, Al-Hijr, 15: 94 inilah timbul penentangan dan sikap permusuhan dari pihak penguasa Quraisy Mekkah atas misi Rasulullah saw dalam menyebarkan risalahnya.

Dimana cacian, hinaan, kutukan, yang dilontarkan oleh penduduk Mekkah, tetapi Rasulullah saw tetap dengan tegas dan gamblang menyampaikan risalaahnya.

Coba perhatikan apa yang dikatakan Abu Lahab paman Rasulullah saw yang berteriak: "Celaka engkau hai Muhammad. Hanya untuk inikah engkau panggil kami?". (Ibnu Sa'd, Ath.Thabaqat al-Qubra, Jil. I, hal. 200) Dimana kejadian ini terjadi di bukit Shafa yang terkenal di Mekkah. Tempat memanggil orang. Sehinga ketika Rasulullah saw naik ke bukit Shafa ini untuk menjalankan dakhwahnya yang terang-terangan ini, banyaklah orang yang datang termasuk paman Rasulullah saw, Abu Lahab, yang mana Abu Lahab ini berteriak yang isinya mengutuk Rasulullah saw.

Sekarang, taktik strategi Rasulullah saw dalam berdakhwah ini adalah secara terbuka, tegar, tanpa mundur, kalau diserang orang, balik menangkis dengan senjata dakhwahnya. Akhirnya setelah banyak yang memeluk Islam karena metode dakhwah yang terang-terangan dan berani ini, ternyata memberikan akibat yang menegangkan yang menimbulkan permusuhan dari kalangan kaum Quraisy yang sangat berpengaruh di Mekkah.

Kaum Quraisy yang berasal dari nenek moyangnya yang bernama Fihr bin Malik ini terbagi kedalam beberapa bani diantaranya bani Hasyim yang menurunkan keturunan Rasulullah saw. Bani Umayyah, bani Naufal, bani Asad, Bani Ta'im, bani Makhdzum, bani Adi.

Karena dengan tampilnya Rasulullah saw dari keluarga bani Hasyim dengan risalahnya, maka menimbulkan ketidak senangan dari bani Umayyah yang didukung oleh Walid bin Mughirah pemimpin kaum Quraisy dari bani Makhdzum, Abu Jahal sepupu Walid bin Mughirah. Ditambah dengan meninggalnya Abul Muththalib dari bani Hasyim yang memegang kekuasaan bangsa Quraisy yang menimbulkan perebutan kekuasaan untuk menduduki jabatan tertinggi pemimpin pemerintahan Quraisy. Hampir semua tokoh-tokoh utama Quraisy ini menentang kepada Rasulullah saw. (Ibnu Hisyam, As-Sirah an-Nabawiyyah, Jil. I, hal. 316)

Berbagai usaha yang dilakukan oleh para tokoh utama kaum Quraisy ini untuk meredam dan membujuk Rasulullah saw agar supaya tidak meneruskan dakhwah tauhid dan aqidah Islam-nya.

Seperti yang dilakukan oleh beberapa wakil penguasa Quraisy mendatangi Abu Thalib paman Rasulullah saw agar supaya menyetop dakhwah Rasulullah saw, karena kalau tidak akan menimpa kecelakaan atas diri Rasulullah saw. Tetapi usaha melalui Abu Thalib ini gagal. Karena Rasulullah saw langsung menjawab atas apa yang disampaikan oleh para pemuka penguasa Quraisy melalui Abu Thalib: "Wahai pamanku yang tercinta. Saya tidak akan berhenti dan meninggalkan misiku walaupun mereka meletakkan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku. Allah tentu akan menunjukkan keberhasilan atau aku mati syahid karenanya." (Ibnu Hisyam, As-Sirah an-Nabawiyyah, Jil. I, hal. 266; Ibu Jarir ath-Thabari, Tarikhul-Rusul wal-Muluk, Jil. II, hal. 324) Dimana Abu Thalib ini tersentuh hatinya sambil mengatakan: "Keponakanku teruskan dan katakan apa yang engkau sukai. Kini tak seorangpun yang dapat mengganggumu sedikitpun".

Nah, misi pertama untuk menjatuhkan Rasulullah saw melalui Abu Thalib Gagal. Kemudian disusul dengan misi kedua, melalui pengiriman utusan penguasa Quraisy seorang diplomat Arab yang ulung, Utbah bin Rabi'ah untuk menemui dan menjajagi Rasulullah saw.

Sesampai Utbah bin Rabi'ah kehadapan Rasulullah saw, langsung Utbah bin Rabi'ah melambungkan taktik licik dan penipuannya dengan menyatakan: "Hai Muhammad. Janganlah memecah belah begitu, biarkan bangsa Quraisy mengikuti jalan hidup mereka sendiri, sebagai gantinya terimalah apa yang engkau ingini. Bila uang yang engkau inginkan, maka ambillah sebanyak yang engkau butuhkan; bila istri cantik, pilihlah gadis Arab yang tercantik; bila kekuasaan, orang Quraisy dapat mengangkat engkau sebagai raja. Ambillah apa yang engkau inginkan, tetapi demi tuhan, hentikanlah misimu". (Ibnu Hisyam, As-Sirah an-Nabawiyyah, Jil. I, hal. 293-294; Syibli Nu'mani, Siratun Nabi, Jil. I, hal. 222)

Kemudian dijawab oleh Rasulullah saw dengan mengutip QS, Fushshilat, 41: 6 " Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepadaNya dan mohonlah ampun kepadaNya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya" (QS, Fushshilat, 41: 6)

Setelah selesai Utbah bin Rabi'ah mendengar dibacakannya QS, Fushshilat, 41: 6 oleh Rasullah saw, langsung saja Utbah bin Rabi'ah tanpa memberikan komentar lainnya mundur dan meminta diri, dan melaporkan hasil diplomasinya kepada pihak penguasa Quraisy. Dengan mengatakan: "Demi Allah, kata-kata Muhammad bukanlah puisi. Biarkanlah ia pada jalannya, bila ia berhasil tentu akan membawa kehormatan bagi anda semua, sebaliknya jika gagal tentu ia akan menghentikan misinya dengan sendirinya". Tetapi pihak penguasa Quraisy tidak mau mendegar usul dari Utbah bin Rabi'ah.

Ternyata misi kedua yang dilakukan oleh Utbah bin Rabi'ah gagal total menghadapi benteng QS, Fushshilat, 41: 6.

Setelah misi yang dikirimkan oleh pihak penguasa Quraisy ini gagal, maka timbullah tindakan-tindakan yang berupa penyiksaan, usaha pembunuhan, penganiayaan, penghinaan terhadap Rasulullah saw dan orang-orang yang baru masuk Islam.

Dimana para pimpinan penguasa Quraisy pada turun tangan untuk melakukan tindakan yang menjurus kepada penghinaan, penyiksaan, penganiayaan. Seperti Abu Jahal yang pada suatu hari meletakkan kotoran-kotoran unta dileher Rasulullah saw ketika beliau sedang melakukan sujud dalam shalat. Sedangkan Uqbah bin Muhhit mencoba melilitkan tali kain keleher Rasulullah saw dengan maksud untuk mencekiknya. Abu Lahab, Walin Bin Mughirah, Umayyah bin Khalaf dan Ash bin Wa'il adalah mereka yang sangat keras menentang kepada misi risalah Rasulullah saw. (Muhammad Yusuf Kandzlawi, Hayatus Shahabah, Jil. I, hal. 241-286)

Bukan hanya Rasulullah saw yang mendapat perlakuan kasar, penghinaan, rencana pembunuhan, melainkan juga kepada orang-orang muslim yang baru memeluk Islam. Juga terhadap para hamba sahaya yang telah menyatakan diri masuk Islam. Misalnya perlakuan yang kejam yang ditimpakan kepada Bilal, budak dari Abyssinia milik seorang kafir Mekkah yang dipaksa tidur telentang diatas pasir yang membara ditengah terik matahari, dan dadanya ditindihi batu besar sehinga ia tidak dapat menggerakkan anggota badannya. Ketika Bilal ditanya untuk melepaskan keyakinannya pada Islam, tetapi dijawab Bilal dengan mengatakan: "Ahad, Ahad". Kemudian Abu Bakar membeli budak ini dan memerdekakannya. Begitu juga yang ditimpakan kepada orang-orang Islam, seperti Sumayyah, Khabbah, Ammar bin Yasir, Shuhaib, Abu Faqih. (Ibnu Sa'd, Ath.Thabaqat al-Qubra, Jil. I, hal. 203 & Jil. III; Ibnu Hisyam, As-Sirah an-Nabawiyyah, Jil. I, hal. 317-321)

Setelah penguasa dan tokoh-tokoh Quraisy melakukan penyiksaan, penghinaan, percobaan pembunuhan terhadap orang-orang yang baru masuk Islam, dilanjutkan dengan pemboikotan terhadap bani Hasyim dan seluruh keluarganya. Dimana seluruh pimpinan Quraisy Mekkah membuat suatu kesepakatan bersama untuk melakukan pemboikotan terhadap keluarga bani Hasyim. Tidak seorangpun dibenarkan untuk melakukan hubungan dengan bani Hasyim. Termasuk menjual bahan-bahan makanan. (Ibnu Sa'd, Ath.Thabaqat al-Qubra, Jil. I, hal. 208-209; Ibnu Hisyam, As-Sirah an-Nabawiyyah, Jil. I, hal. 350). Dimana pemboikotan ini berlangsung selama 3 tahun. (Ibnu Sa'd, Ath.Thabaqat al-Qubra, Jil. I, hal. 209)

Disaat-saat umat Islam yang baru tumbuh ini sedang mengalami penyiksaan, penindasan, ancaman, usaha pembunuhan, muncullah orang-orang Yatsrib yang datang ke Mekkah pada tahun ke 10 Kenabian (tahun Masehi) untuk memeluk Islam dan melakukan kerjasama dan kesepakatan dengan diawali melakukan ikrar bersama Rasulullah saw.

Dengan adanya kesepakatan bersama antara Rasulullah saw dengan orang-orang Yatsrib, terutama dengan suku Aus dan suku Khazraj makin terbukalah jalan untuk melakukan hijrah keluar dari Mekkah pergi menuju Yatsrib. Sebagaimana yang telah ditunjukkan ketika enam orang Yatsrib datang ke Mekah dan memeluk Islam di Aqabah pada tahun ke 10 Kenabian (tahun Masehi). Dan dilanjutkan dengan datangnya 12 orang Yatsrib pada tahun ke 11 Kenabian (tahun Masehi) dan melakukan ikrar Aqabah pertama. Kemudian dilanjutkan dengan datangnya 73 orang Yatsrib dari suku Khazraj dan Aus yang juga melakukan ikrar Aqabah kedua pada tahun ke 12 Kenabian (tahun Masehi).

Detik-detik awal berlangsungnya hijrah Rasulullah saw meninggalkan Mekkah menuju Yatsrib.

Setelah segala usaha yang dilakukan oleh pihak pengusa dan tokoh-tokoh Quraisy gagal untuk membunuh Rasulullah saw, maka pada tahun ke 13 Kenabian (tahun Masehi) pihak penguasa Quraisy berkumpul di Majlis Pertemuan (Darul Nadwah) membicarakan siasat dan strategi bagaimana untuk membunuh Rasulullah saw. Dimana semua tokoh-tokoh Quraisy harus ikut bersama-sama melakukan usaha pembunuhan terhadap Rasulullah saw.

Beberapa tokoh Quraisy seperti Utbah, Abu Sufyan, Jubair bin Muth'im, Nadhar bin Harits bin Kaldah, Abu Bakhtari, Ibnu Hisyam, Zama'ah bin Aswad bin Muththalib, Hakim bin Hizam, Abu Jahal, Nubaih, Umayyah bin Khalaf mereka mengepung rumah Rasulullah saw pada malam hari dan menunggu Rasulullah saw keluar dari rumah.

Karena Rasulullah saw telah mengetahui adanya bahaya melalui wahyu Allah SWT, maka malam itu tidak tidur ditempat tidurnya, melainkan meminta kepada Ali bin Abi Thalib untuk tidur di kamarnya. (Ibnu Hisyam, As-Sirah an-Nabawiyyah, Jil. I, hal. 482). Pada malam itu juga Rasulullah saw dengan kekuatan imannya yang tinggi pergi keluar rumah tanpa diketahui oleh para pengepungnya yang sudah sedemikian bernafsu untuk membunuh Rasulullah saw. (Ibnu Hisyam, As-Sirah an-Nabawiyyah, Jil. I, hal. 482). Karena mereka tidak tahan menunggu sampai lama, maka pada pajar hari menyerbulah para pengintai kaum Quraisy ini menyerbu kedalam rumah Rasulullah saw, tetapi ternyata yang mereka temukan adalah sosok tubuh Ali bin Abu Thalib.

Setelah para tokoh Quraisy gagal membunuh Rasulullah saw, maka diumumkanlah kepada masyarakat, yaitu bagi siapa saja yang bisa menangkap atau membunuh Rasulullah saw akan diberi hadiah 100 ekor unta. Disamping itu penguasa Quraisy mengerahkan pasukan beregu untuk mencari jejak Rasulullah saw.

Sedangkan Rasulullah saw pada siangnya bertemu Abu Bakar dan menceritakan keinginan Allah SWT (Ibnu Hisyam, As-Sirah an-Nabawiyyah, Jil. I, hal. 485). Abu Bakar menyiapkan dua ekor unta. Untuk menghindari pengejaran pasukan beregu Quraisy Rasulullah saw bersama Abu Bakar
bersembunyi dalam gua di Gunung Tsaur selama tiga hari tiga malam. (Ibnu Hisyam, As-Sirah an-Nabawiyyah, Jil. I, hal. 485).

Pada hari keempat Rasulullah saw dan Abu Bakar keluar dari gua dan membayar seorang kafir Mekkah yang dapat dipercaya, Abdullah bin Uraiqith untuk menjadi penunjuk jalan ke Yatsrib. (Muhammad Zurkani, Syarhul Mawahib al-Laduniyah, Jil. I, hal. 409). Mereka hanya berjalan pada malam hari tidak melalui jalan umum. Pada siang harinya mereka beristirahat.

Dalam perjalanannya ke Yatsrib pernah Rasulullah saw dan Abu Bakar terlihat oleh Suraqah bin Malik seorang pemuda kekar dari Mekkah. Karena tergiur hadiah 100 ekor unta, maka langsung Surakah bin Malik mengejar Rasulullah saw dengan kudanya, tetapi ketika ia hampir mendekati Rasulullah saw kaki kudanya tersandung batu, namun ia meloncat kembali ke punggung kuda untuk meneruskan pengejaran, tetapi kembali terantuk batu. Walaupun begitu ia tidak putus asa bahkan memasang anak busur dan anak panah hendak membidik Rasulullah saw lalu kaki kudanya tersandung batu lagi yang ketiga kalinya. Setelah itu Surakah bin Malik mengurungkan niatnya untuk membunuh Rasulullah saw. Dan mendekati Rasulullah saw sambil meminta maaf. Lalu Rasulullah saw sambil tersenyum memaafkan. Dan Abu Bakar menulis surat perintah pengampunan diatas sepotong kulit. (Ibnu Hisyam, As-Sirah an-Nabawiyyah, Jil. I, hal. 488-490)

Pada saat itu, Rasulullah saw memberikan ramalan: "Satu saat nanti kamu akan memakai gelang ornamen Kaisar Persia terbuat dari emas" (Muhammad Zurkani, Syarhul Mawahib al-Laduniyah, Jil. I, hal. 419). Ternyata benar apa yang ramalkan Rasulullah saw, yaitu 24 tahun kemudian ketika kekaisaran Persia jatuh ketangan kaum muslimin pada masa Khalifah Umar bin Khattab, Surakah bin Malik diutus Khalifah ke Persia lalu diberi hadiah gelang ornamen. (Muhammad Zurkani, Syarhul Mawahib al-Laduniyah, Jil. I, hal. 419).

Sebelum sampai ke Yatsrib Rasulullah saw singgah di Quba kira-kira 3 mil jaraknya dari Yatsrib, dan membangun masjid pertama yang diberi nama masjid Quba. Di Quba Rasulullah saw tinggal selama empat hari. Dan pada hari Jumat 12 Rabi'ul Awwal 1 H bertepatan dengan 24 September 622 M Rasulullah meninggalkan Quba menuju Yatsrib.

Sesampai di Yatsrib Rasulullah saw menjalankan taktik dan strateginya yaitu pertama membangun masjid Nabawi. Diteruskan mengadakan Pakta Perjanjian antara kaum muslimin dan Yahudi yang dikenal dengan Undang Undang Madinah yang menjadi konstitusi Daulah Islamiyah atau Negara Islam pertama di Yatsrib.

Rasulullah membangun baitul mal atau pembendaharaan umum. Dimana dicanangkan masyarakat menyumbangkan hartanya untuk dana umum guna dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat, pertolongan, dan lain-lain.

Turunnya perintah Allah SWT untuk mempertahankan diri dari serangan pihak musuh dengan mengangkat senjata melalui jalan perang.

Setelah melakukan Pakta Perjanjian antara kaum muslimin dan Yahudi, maka tidak lama setelah itu turunlah QS, Al-Baqarah, 2: 190 "Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (QS, Al Baqarah, 2: 190) yang membolehkan kaum Muslimin mengangkat senjata dan mempertahankan diri.(Ibnul Qayyim, Zadul Ma'ad, Jil. I, hal. 314)

Inilah perintah pertama Allah SWT untuk mengangkat senjata mempertahankan Daulah Islamiyah, Islam, dan kaum muslimin di Yatsrib atau Madinah.

Dalam usaha mempertahankan agama, rakyat dan Negara dalam periode awal hijrah ini, Rasulullah saw telah membuat langkah-langkah sebagai berikut:

Pertama, mengirimkan sepasukan kecil untuk mengamati gerakan orang Quraisy disekitar Yatsrib sehingga informasi yang lengkap dan tepat tentang rencana pihak Quraisy dapat diserap.

Kedua, Mengadakan hubungan baik dengan suku-suku lain disekitar Yatsrib untuk terus dibina, sehinga mereka tidak berpihak kepada pihak musuh Islam. Dimana caranya dengan melakukan perjanjian bersama.

Ketiga, mempersempit jalur perdangan Quraisy dari Mekkah ke Syria sehingga mereka tidak bisa membeli senjata dan perlengkapan untuk perang.

Ada dua cara yang dilakukan oleh Rasulullah saw sebelum menghadapi perang, yaitu cara yang dinamakan ghazwah dan cara yang dinamakan saryah. Ghazwah adalah merupakan bentrokan senjata yang kecil, dimana pihak musuh dihadapi dalam tempat pertempuran terbuka, yang biasanya terjadi pada siang hari. Dan pada saat ghazawah ini kalau tidak terjadi bentrokan sejata, maka dilakukan perjanjian damai. Sedangkan Saryah adalah melakukan gerakan secara rahasia, atau dengan istilah lain memata-matai. Fungsi utama saryah atau memata-matai ini adalah untuk mencari informasi tentang gerakan musuh. Untuk memata-matai dan untuk menyerang musuh diwaktu lengah.

Misalnya contoh saryah atau memata-matai sebelum pecah perang Badr pada tahun ke 2 Hijrah adalah yang ditugaskan Rasulullah saw kepada Hamzah bin Abdul Muthalib pergi ke Laut Merah, yaitu jalur perdagangan yang selalu dilewati orang Mekkah ketika pergi ke Syria. Juga saryah yang ditugaskan kepada Ubaidah bin al-Harist untuk meneliti kalau ada kemungkinan serangan orang Quraisy, dimana pengintaian ini menuju jalur yang lain ke arah Mekkah. Juga saryah yang ditugaskan Rasulullah saw kepada Abdullah bin Jahsy. Dimana Abdullah bin Jahsy ditugaskan pergi ke Nakhla (antara Mekkah dan Tha'if) untuk memata-matai gerak-gerik orang Quraisy, kemudian melaporkannya kepada Rasulullah saw, agar supaya Rasulullah saw dapat mengikuti perkembangan kegiatan orang Quraisy hari demi hari.

Adapun contoh ghazwah sebelum perang Badr seperti ghazwah pertama yang diikuti oleh Rasulullah saw dengan 60 orang pasukan ke Waddan dan Abwa pada bulan Safar 2 H / Agustus 623 H. Dan menandatangani perjanjian damai dengan bani Dhamrah. Disini tidak terjadi bentrokan senjata. Kemudian pada bulan Jumadil Awal 2 H / November 623 M Rasulullah saw bersama 200 pasukan pergi ke bani Mudlij dan membuat suatu perjanjian damai. Sama isinya seperti yang telah dilakukan dengan pihak bani Dhamrah. Dalam melakukan ghazwah memang membawa pasukan karena bisa terjadi bertemu dengan pihak musuh Islam. Tetapi dalam ghazwah ini tidak terjadi bentrok senjata dengan pihak musuh. Karena memang sudah diadakan dan dilakukan perjanjian damai.

Sikap dan tindakan Rasulullah saw terhadap pihak musuh Islam setelah dibangun Daulah Islamiyah adalah ditunjukkan dalam cara dan kegiatan yang penuh kehati-hatian dan siap siaga.

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas Rasulullah saw telah melakukan dua cara yaitu cara ghazwah dan cara saryah. Kedua cara ini dipersiapkan untuk menghadapi apabila pihak musuh Islam melakukan serangan dan mendeklarkan perang, seperti perang Badr pada Jumat pagi 17 Ramadhan 2 H / Maret 624 M; perang Uhud pada 15 Syawal 3 H / 30 Maret 625 M; Perang Bani Nadhir pada Rabiul Awwal 4 H / Agustus 625 M; Perang Ahzab (sekutu) atau Perang Khandaq (parit) pada bulan Syawal/ Zulkaedah 5 H / Februari/ Maret 626 M; Perdamaian Hudaibiyah pada Zulkaedah 6 H / Maret 628 M; Pembebasan Mekkah Ramadhan 8 H / Desember 629 M; Perang Hunain Syawal 8 H / Januari 630 M; Perang Tabuk 9 H / 630 M.

Pada perang Ahzab atau Khandaq terjadi penghianatan dari pihak bani Quraizhah dari kaum Yahudi yang membelot kepada pihak Quraisy, padahal bani Quraizhah telah melakukan perjanjian damai dengan Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw melakukan hukuman bagi bani Quraizhah setelah perang Ahzab atau Khandaq selesai. Dimana ketika bani Quraizhah sudah terkurung didalam benteng mereka, diajukanlah perjanjian dan dari pihak bani Quraizhah mengajukan usul agar pimpinan bani Aus, Sa'd bin Mu'adz diminta sebagai orang yang memutuskan perkara hukuman apa yang akan ditimpakan kepada pihak bani Quraizhah. Pihak bani Quraizhah memintakan pada pimpinan bani Aus, Sa'd bin Mu'adz, karena diantara mereka ada hubungan baik. Setelah permintaan pihak bani Quraizhah disetujui Rasulullah saw. Kemudian tampillah Sa'd bin Mu'adz memutuskan perkara pengkhianatan dengan menjatuhkan hukuman menurut Perjanjian Lama atau hukum Taurat. Dimana disebutkan keputusan ini menyatakan agar orang-orang yang menerjunkan diri dalam perang dipancung, wanita-wanita dan anak-anak menjadi tawanan, harta milik harus disita. (Ibnu Hisyam, As-Sirah an-Nabawiyyah, Jil. I, hal. 240)

Jadi kalau diperhatikan bahwa Rasullah saw dari sejak Daulah Islamiyah dibangun sampai menghadapi kembali kehadapan Allah SWT, tidak ada waktu atau masa yang senggang hampir dipenuhi dengan kesiap siagaan menghadapi musuh-musuh Islam. Dimana selama masa 10 tahun telah dilakukan 27 kali Ghazwah perang kecil atau ekspedisi diluar perang besar. Sedangkan kegiatan saryah (pengintaian dengan memata-matai) menurut Ibnu Hisyam sebanyak 39 kali. Adapun menurut Ibnu Sa'd sebanyak 47 saryah (pengintaian dengan memata-matai).

Nah sekarang dari apa yang telah dicontohkan Rasulullah dalam membangun Daulah Islamiyah atau Negara Islam ini dengan taktik dan strategi perang, ghazwah, dan saryahnya memang sangat banyak sekali yang bisa dijadikan contoh untuk dipakai sebagai acuan dalam usaha kaum muslimin membangun Negara Islam.

Kalau dihubungkan perjuangan rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan penjajah RI dengan mempertahankan daulah, agama, dan kaum muslimin dari pihak musuh Islam dalam hal ini pihak Quraisy dan sekutunya, maka adalah hak rakyat muslim dan muslimah Acheh untuk mempertahankan Negerinya dari penjajah RI yang menggunakan kekuatan senjata untuk menduduki dan menjajah Negeri Acheh.

Kalau kita pelajari bagaimana Rasulullah saw tidak henti-hentinya hampir setiap saat melakukan saryah atau pengintaian untuk mengawasi gerak-gerik musuh, dan melakukan ghazwah untuk melakukan perjanjian damai dan menghadapi pasukan-pasukan musuh yang akan mengganggu Negara Islam Yatsrib. Disamping menghadapi perang besar seperti perang Badr, Perang Uhud, Perang Ahzab atau Khandaq, Pembebasan Mekkah, Perang Hunain, dan Perang Tabuk.

Itu semuanya adalah dalam rangka mempertahankan Daulah Islamiyah, Islam, dan umat Islam dari serangan musuh.

Begitu juga dengan rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan penjajah RI adalah haknya untuk membela agama, negeri, rakyat, dari penjajah RI dan dari pihak TNI yang membunuh rakyat Acheh dan menduduki negeri Acheh.

Negeri Acheh adalah bukan milik RI pada awalnya. Begitu juga Yatsrib atau Madinah bukan milik penguasa Mekkah. Tetapi pihak penguasa Mekkah ingin menyerang Yatsrib, mengepungnya, dan menghancurkannya. Tetapi tidak berhasil.

Sama juga dengan Acheh. Pihak Soekarno menduduki dan menjajah Acheh. Tetapi sampai detik ini tidak berhasil. Masih terus perjuangan rakyat Acheh mempertahankan Negeri, agama, rakyat Acheh dari penjajah RI.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
www.ahmad-sudirman.com
ahmad@dataphone.se
----------

From: Sumitro <mitro@kpei.co.id>
To: Ahmad Sudirman <ahmad@dataphone.se>, Serambi Indonesia <serambi_indonesia@yahoo.com>, Aceh Kita <redaksi@acehkita.com>, ahmad jibril <ahmad_jibril1423@yahoo.com>, balipost <balipost@indo.net.id>, waspada <newsletter@waspada.co.id>, PR <redaksi@pikiran-rakyat.com>, Pontianak <editor@pontianak.wasantara.net.id>, Hudoyo <hudoyo@cbn.net.id>, JKT POST <jktpost2@cbn.net.id>, Redaksi Detik <redaksi@detik.com>, Redaksi Kompas <redaksi@kompas.com>
Cc: ahmad@dataphone.se
Subject: Ahmad kalau referensi terlalu banyak bisa bertolak belakang loh argumennya...?
Date: Thu, 16 Sep 2004 14:25:09 +0700

Ass. War. Wab.

Bang Ahmad.
Kalau ingin merubah UUD, dasar negara dll itu harus melalui DPR dan atas persetujuan lembaga tersebut. Nach Dalam DPR itu sendiri anggotanya enggak semuanya moeslim tapi berbagaia macam elemen agama.Jadi apa bila suara DPR tidak memenuhi syarat yang ditetapkan maka perubahan itu tidak akan terwujud. Jadi dalam hal ini Presiden tidak bisa apa-apa. Terus bang Ahmad, penduduk Indonesia itu khan lebih kurang 300 jutaan yang tersiri dari lima agama dan bermacam-macam aliran kepercayaan.

Nach, itulah yang menjadi kesulitan terbentuknya daulah Islam di Indonesia. Kalau Anda teorinya sich gampang bang. Tapi prakteknya bang? (kalau bang Ahmad bandingkan dengan di Madinah, berapa penduduknya waktu itu.? sekitar 200 ribu orang khan?) jadi tingkat kesulitannya sedikit dibandingkan dengan Indonesia yang penduduknya 300 jutaan.

Selain itu waktu jaman Rasulullah tingkat pengetahuan dan kecerdasan serta tekhnologinya khan beda dengan sekarang bang? Jangan khan Indonesia yang begitu besar dan beragam wong Swedia azah enggak gampang memperlakukan Daulah Islam. Apakah bang Ahmad menyatakan saya pesimis dan tidak ada niat untuk daulah Islam diberlakukan di RI ? enggak tuh, yang saya sampaikan adalah itulah realita yang ada di sini.

Bang Ahmad, bagaimana dengan 5 pertanyaan saya kemarin. Apakah udah dapat referensinya belum. Kalau dapat, enggak usah nunggu janji saya dululah, karena apa yang saya janjikan itu akan tetap saya sampaikan. Bukan ada maksud apa2, apa lagi bang Ahmad mencurigai saya akan menjiplak apa yang bang Ahmad sampaikan. Tidak akan itu. Dan anda terlalu berlebihan kebanyakan curiga itu enggak baik loh? Lihat saja kemarin mengenai sejarah Rasulullah apa yang saya sampaikan beda dengan anda khan?

Bang Ahmad, bang Ahmad saya aku pengetahuan anda luas dan saya yakin banyak sekali referensi yang anda pake, tapi hati-hati loh karena kalau kebanyakan referensi, nanti bisa bertolak belakang loh, percaya dech?

Demikian dan sekali lagi saya tunggu jawaban anda.
Wasallam.

Sumitro

mitro@kpei.co.id
Jakarta, Indonesia
----------