Stockholm, 17 Desember 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

MEMAHAMI GERAKAN WAHHABIYAH ATAU SALAFIYYAH HARUS MENDALAMI SECARA KESELURUHAN
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

UNTUK MEMAHAMI BARISAN MUWAHHIDIN DENGAN GERAKAN WAHHABIYAH ATAU SALAFIYYAHNYA HARUS MENDALAMI SECARA KESELURUHAN, BUKAN HANYA MEMAHAMI SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB SAJA

"Al HamduliLlaah Rabb Semesta Alam. Tulisan Pak Ahmad kali ini jauh lebih jelas karena memperlihatkan bukti bahwa bukan Muhammad Bin 'Abdul Wahhab Rhm tidak pernah sekalipun membuat perjanjian, mendapatkan bantuan dana atau pelatihan militer dari Inggris. Itulah yang dimaksud dari awal tanggapan saya yaitu meminta kejelasan tentang sejarah Muhammad Bin 'Abdul Wahhab Rhm karena tampak rancu dengan kenyataannya. Saya berharap Pak Ahmad dapat membedakan antara Muhammad Bin 'Abdul Wahhab Rhm dengan keturunan Muhammad Bin Sa'ud karena mereka hidup setelah zaman beliau Rhm. Mengenai perjanjian Qatif atau Treaty of Qatif - WaLlaahu A'lam - saya terus-terang belum mengetahuinya dan harus mencarinya terlebih dahulu tapi sesungguhnya bukan itu yang menjadi tujuan tanggapan saya." (Anggoro Setiawan , anggoro5@indosat.net.id , 16 december 2004 04:20:21)

Baiklah saudara Anggoro Setiawan di Jakarta, Indonesia.

Kalau kita berbicara masalah pemikiran, pergerakan, perjuangan, barisan dalam satu kelompok umat, itu bukan hanya membicarakan sekedar per individu, atau hanya pimpinannya saja, melainkan harus mencakup keseluruhan yang ada hubungan dan kaitannya dengan pemikiran, pergerakan, perjuangan, barisan dalam kelompok umat tersebut.

Ahmad Sudirman selalu berulang kali menyatakan bahwa fakta, bukti, dan sejarah versi wahhabi atau salafi mengenai jalur proses berdirinya Kerajaan Saudi ini yang melibatkan didalamnya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan keturunannya bersama Amir Muhammad bin Saud dan keturunannya yang bersekutu dengan Kerajaan kafir Inggris melalui Perjanjian Qatif 26 Desember 1915. Ini berarti bukan hanya membicarakan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab atau Amir Muhammad bin Saud saja, melainkan membicarakan proses jalur perjuangan barisan muwahhidin atau ikhwan yang dibangun oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bersama Amir Dar'iyah Muhammad bin Saud sampai kepada berdirinya Kerajaan Ibnu Saud dan sampai detik sekarang ini.

Jadi kalau membicarakan sepak terjang perjuangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan keturunannya bersama Amir Dar'iyah Muhammad bin Saud dan keturunannya, itu artinya membicarakan perjuangan kaum wahhabi atau salafi dengan barisan muwahhidin atau ikhwannya dan perjuangan politik yang dikembangkan oleh Amir Muhammad bin Saud yang diteruskan oleh anak-cucu-cucunya, sampai terbentuknya Kerajaan Ibnu Saud hingga sekarang ini.

Karena itu untuk mengetahui apa itu kaum wahabi atau salafi dengan barisan muwahhidin atau ikhwannya dengan gerakan wahhabiyah atau salafiyahnya, maka harus dipelajari dari mulai sepak terjang yang dijalankan oleh Syaikh Muhammad bin Abdull wahab yang bekerjasama dengan Amir Muhammad bin Saud dari sejak di Dar'iyah hingga terbentuknya Kerajaan Ibnu Saud dan sampai detik sekarang ini.

Berdasarkan dasar pemikiran yang menyeluruh inilah Ahmad Sudirman menampilkan apa itu yang dinamakan kaum wahhabi atau salafi dengan gerakan wahhabiyah atau salafiyah bersama barisan muwahhidin atau ikhwannya.

Jadi, Ahmad Sudirman dalam membicarakan barisan muwahhidin atau ikhwannya dengan gerakan wahhabiyah atau salafiyahnya tidak hanya mencomot sebagian kecil saja (misalnya kehidupan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab), melainkan membicarakan jalur proses pertumbuhan dan perkembangan gerakan wahhabiyah atau salafiyyah dengan barisan muwahhidin atau ikhwannya yang dikembangkan dan dilahirkan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang bekerjasama dengan Ibnu Saud dan para keturunannya dalam rangka usaha memperluas wilayah kekuasaan dari daerah Dar'iyah meluas ke Riyadh, Najd, Madinah, Jeddah dan Mekkah, untuk membentuk dan membangun Kerajaan Ibnu Saud.

Kemudian yang dinamakan ulama kaum wahhabi atau salafi ini bukan hanya pendiri gerakan wahhabi atau salafi dengan barisan muwahhidin atau ikhwan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab saja, melainkan banyak lagi ulama-ulama wahhabi atau salafi ini sepeninggal Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab sampai detik sekarang ini, baik itu para putra dan para cucu serta para cicit-nya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang tinggal di Kerajaan Ibnu Saud, ataupun yang ada diluar wilayah kekuasaan Kerajaan Ibnu Saud.

Nah inilah yang perlu dipahami dan dipelajari oleh mereka yang ingin mengetahui sampai mendalam mengenai sepak terjang kaum wahhabi atau salafi dan gerakan wahhabiyah atau salafiyyahnya dengan barisan muwahhidin atau ikhwannya. Jadi bukan hanya melihat dan mendengar dari atas permukaannya saja.

Kemudian terakhir, itu yang disinggung oleh Sayyid Muhammad Rasyid Ridha (1865-1935 M) murid Syaikh Muhammad Abduh (1849-1905 M) keduanya kelahiran Mesir yang hidup diabad 18-19 mengenai barisan muwahhidin atau ikhwan ini yang sejak berdirinya Kerajaan Ibnu Saud telah timbul pertentangan dengan Raja Abdul Aziz bin Abdul Rahman bin Faisal Al Saud pendiri Kerajaan Ibnu Saud. Dimana barisan Muwahhidin atau ikhwan ini ada yang keluar dari wilayah Kerajaan Ibnu Saud berpindah ke wilayah lainnya, seperti Maroko. Atau pada masa sekarang banyak dari barisan muwahhidin atau ikhwan ini, seperti Osama bin Laden yang bergerak menentang Raja-Raja keturunan Ibnu Saud yang hanya memikirkan keselamatan wilayahnya sendiri dengan bayak bekerjasama dengan pihak musuh Islam, seperti Amerika dan Inggris yang banyak membantu Israel menduduki dan menjajah tanah Palestina.

Memang, kaum barisan muwahhidin atau ikhwan ini memiliki agenda bukan hanya membangun Kerajaan Dinasti Ibnu Saud saja, melainkan membangun Daulah Islam yang menyeluruh dengan dasar pemahaman wahhabi atau salafinya seperti yang dikembangkan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dengan pembaharuan tauhidnya dengan menghancurkan khurafat, bid'ah dan syirik-nya. Walaupun sebenarnya paham wahhabi atau salafi ini telah dijadikan dasar ideologi Kerajaan Saudi, tetapi karena Kerajaan Saudi ini tidak seperti yang diagendakan oleh kaum barisan muwahhidin atau ikhwan ini, maka tetap saja kaum wahhabi atau salafi dengan barisan muwahhidin atau ikhwannya ini tidak bisa menerima apa yang telah dijalankan dan dilakukan oleh Raja Abdul Aziz bin Abdul Rahman bin Faisal Al Saud dan keturunannya sampai detik sekarang ini. Karena itu wajar sampai detik ini timbul berbagai gejolak bersenjata di wilayah kekuasaan Kerajaan Ibnu Saud ini. Hal ini disebabkan karena memang adanya perbedaan antara Raja-Raja keturunan Ibnu Saud dengan kaum barisan muwahhidin atau ikhwannya dari kaum wahhabi atau salafi ini dalam hal agenda pembentukan dan pembangunan Daulah Islam model wahhabi atau salafi.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
www.ahmad-sudirman.com
ahmad@dataphone.se
----------

From: Anggoro Setiawan anggoro5@indosat.net.id
Date: 16 december 2004 04:20:21
To: "Ahmad Sudirman" ahmad_sudirman@hotmail.com
Subject: Re: APAKAH PERJANJIAN INGGRIS DENGAN IBNU SAUD 26/12/1915 TAK KELIHATAN WAHHABIYIN ?

BismiLlaahir Rahmaanir Rahiym
As Salaamu 'Alaykum.

Al HamduliLlaah Rabb Semesta Alam... Tulisan Pak Ahmad kali ini jauh lebih jelas karena memperlihatkan bukti bahwa bukan Muhammad Bin 'Abdul Wahhab Rhm tidak pernah sekalipun membuat perjanjian, mendapatkan bantuan dana atau pelatihan militer dari Inggris. Itulah yang dimaksud dari awal tanggapan saya yaitu meminta kejelasan tentang sejarah Muhammad Bin 'Abdul Wahhab Rhm karena tampak rancu dengan kenyataannya. Saya berharap Pak Ahmad dapat membedakan antara Muhammad Bin 'Abdul Wahhab Rhm dengan keturunan Muhammad Bin Sa'ud karena mereka hidup setelah zaman beliau Rhm. Mengenai perjanjian Qatif atau Treaty of Qatif - WaLlaahu A'lam - saya terus-terang belum mengetahuinya dan harus mencarinya terlebih dahulu tapi sesungguhnya bukan itu yang menjadi tujuan tanggapan saya.

Pesan saya adalah Pak Ahmad agar lebih berhati-hati lagi karena tulisan Pak Ahmad mencerminkan "seolah-olah" perjanjian tersebut dilakukan oleh Muhammaf Bin 'Abdul Wahhab Rhm atau setidak-tidaknya beliau Rhm. mengetahui dan merestuinya padahal kenyataannya berbicara lain. Kalaupun perjanjian itu benar adanya dan dianggap sebagai sesuatu yang "salah" maka Pak Ahmad tidak bisa menisbatkannya kepada Muhammad Bin 'Abdul Wahhab Rhm tetapi nisbatkanlah kepada pelakunya. Tentunya kita atau Pak Ahmad sendiri tidak mau apabila kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh umat Islam lalu dinisbatkan kepada ulama'-ulama' yang lurus atau yang lebih ekstrim lagi kepada Nabi Muhammad SAW. Betapa banyaknya manusia yang diajarkan oleh gurunya kebaikan tapi kemudian dia melakukan kebalikannya alias kejahatan.

Berikut akan saya berikan sebuah tulisan singkat tentang Muhammad Bin 'Abdul Wahhab Rhm. yang dibuat oleh Muhammad Rasyid Ridha' Rhm ulama' yang secara umum dapat diterima oleh hampir semua umat Islam, yaitu :

Syaikh Muhammad Rasyid Ridha' Rhm berkata,"....... saya belum mengerti hakikat kelompok ini kecuali setelah hijrah ke Mesir dan menelaah sejarah pelengkap dan sejarah intensif Maroko Barat. Maka saya baru mengerti bahwa mereka adalah orang-orang yang menurut dan mengikuti petunjuk Islam bukan memeranginya, juga dikuatkan oleh para peneliti sejarah yang ahli. Terutama sejarah-sejarah asing yang membahas tentang hakikat persoalan sehingga mengetahui secara benar dan membuka suara bahwa mereka menghendaki pembaharuan Islam, mengembalikan kepada ajaran Islam waktu muncul pertama kali, jadi untuk memperbaharui kejayaannya, mengembalikan kekuatan dan kemajuannya. Dan Daulah 'Utsmaniyah tidaklah memerangi mereka kecuali karena takut dari pembaharuan Kerajaan 'Arab dan pengembalian kekhalifahan Islam kepada perjalanannya semula". (Muhammad Rasyid Ridhaa' Fiyl Mukaddimah Shiyaanatul Insaan 'An Waswasatisy Syaikh Dakhlan" oleh Muhammad al Basyir as Sahsawaniy al Hindiy)

Demikian keterangan yang dapat saya sampaikan. JazaakaLlaah Khayral Jazaa'.

Was Salaamu 'Alaykum.

Anggoro Setiawan

anggoro5@indosat.net.id
Jakarta, Indonesia
----------