Sandnes, 20 Desember 2004

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

PERANG TERJADI HAMPIR DISELURUH DUNIA
Husaini Daud Sp
Sandnes - NORWEGIA.

 

MENGAPA PERANG TERJADI HAMPIR DISELURUH DUNIA ?

Kenapa pihak yang kuat (berkuasa) senantiasa berlaku semenamena terhadap pihak yang lemah (kaum dhua`fa) Kenapa pihak penjajah tak pernah sadar untuk meninggalkan kerjanya yang senantiasa merugikan kemanusiaan yang pada hakikatnya merugikan diri mereka sendiri.

Untuk menjawab persoalan diatas tidak boleh tidak kita harus berpedoman kepada keputusan Pemilik Dunia itu sendiri dan sejarah kemanusiaan. Allah berfirman:"Dan tidaklah kujadikan jin dan manusia kecuali untuk tundukpatuh kepada Ku" (QS Azzariat 56).

Menurut ayat tersebut diatas terjadinya peperangan disebabkan adanya pihak yang tidak tunduk patuh kepada Allah sendiri. Perang pertama di permukaan Bumi ini menurut sejarah yang juga diabadikan Allah dalam Al Qur-anul Karim adalah perang antara Qabil dan Habil. Perang ini dimenagkan oleh Qabil di Dunia, namun di Akhirat kelak Justru Habillah yang menang sementara Qabil masuk neraka (kalah). Perang tersebut terjadi disebabkan ketidakpatuhan Qabil terhadap peraturan perkawinan yang telah ditetapkan Allah terhadap mereka.

Dibandingkan dengan pelanggaran yang dilakukan manusia-manusia diabad 21 ini yang membuat mereka saling berperang satu sama lainnya, Qabil hanya sedikit saja melakukan pelanggarannya. Pada mulanya, Qabil senantiasa tunduk patuh kepada Allah melalui RasulNya yang kebetulan ayahnya sendiri (Nabi Adam), kecuali undang-undang perkawainan. Namun lihalah, kendatipun sedikit saja ayat Allah yang tidak disetujuinya dapat membuat dia sebagai pembunuh pertama dalam sejarah kemanusiaan.

Sesuai dengan perkembangan manusia pada saat itu yang tak ada orang lain kecuali keluarga Nabi Adam sendiri, Allah menetapkan pasangan untuk berkeluarga: Qabil dengan Labuda dan Habil dengan Iklima. Hanya sedikit saja persoalannya, yaitu Iklima sedikit lebih cantik dibandingkan Labuda. Justru itulah yang membuat Qabil tidak tundukpatuh kepada Allah. Qabil menuduh ayahnya memihak kepada Habil, bahwa peraturan itu bukan dari Allah. Sebetulnya itu saja sudah membuat Qabil keluar dari Islam (murtad). Ketika Rasulullah Adam as mengadu kepada Allah tentang ketidakpatuhan Qabil terhadap PeraturanNya, Allah mewahyukan kepada Adam agar Qabil dan Habil mengadakan "Qurban", dengan ketetapan siapapun yang diterima pengorbanannya, dialah yang berhak mengawini Iklima.

Antara Qabil dan habil hampir tidak ada perbedaan yang signifikan, kecuali pekerjaan mereka. Qabil bekerja sebagai petani sedangkan Habil bekerja sebagai pengembala. Sebagai petani, Qabil mengklaim hampir semua tanah yang subur sebagai pemiliknya. Padahal Allah tak pernah memberikan hak untuk memiliki, kecuali hak pakai. Akibatnya dapat memudharatkan pihak yang lain dalam hal ini Habil adalah korbannya, dimana Habil terpaksa mengadakan pengembalaannya ke tempat yang agak jauh dari tempat tinggalnya. Dewasa ini kita juga dapat menyak sikan sepak terjang "Qabil-Qabil" modern, mengklaim semua tanah-tanah di daerah pegunungan sebagai pemiliknya (petani berdasi), yang membuat "Habil-Habil" menderita. Sementara para "Qabil" memiliki inkamperkapita yang begitu lumayan di kota-kota.

Sebagai Pengembala, Habil menyerahkan seekor binatang ternaknya yang paling baik untuk pengorbanan, sementara Qabil sebagai petani menyerahkan gandum layu. Justru keikhlasan Habil dan ketidak ikhlasnya Qabil, Allah hanya menerima pengorbanan Habil yang menjadi teladan bagi kita manusia yang mendiami planet Bumi ini. Sesuai peraturan pengorbanan yang ditetapkan Allah melalui RasulNya Adam as, Habillah yang berhak mengawini gadis yang diperebutkan (Iklima).

Lalu Qabil tambah penasaran, bertekat untuk membunuh Habil tanpa berfikir panjang akan akibatnya yang merugikan diri sendiri di akhirat kelak, yakni kekal didalam neraka. Demikianlah "Qabil-qabil" Hindunesia-Jawa sekarang yang masih mengklaim dirinya sebagai orang Islam, sementara sepakterjangnya lebih keji daripada Qabil yang membunuh Habil dulu.

Pembaca yang mulia ! Andaikata Qabil termasuk orang yang tunduk patuh kepada Allah sebagaimana tujuan hidup manusia yang dinyatakan Allah dalam surah Azzariat ayat 56 tersebut diatas, sudah barang pasti perang dengan Habil takkan pernah terjadi. Kecantikan Iklima merupakan ujian bagi Qabil dalam mengarungi hidupnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia diuji Allah dengan berbagai ujian dan percobaan yang berfariasi dalam segi kwantitas dan kwalitasnya. Kadangkala kita diuji dengan harta, tahta dan wanita. Justru kita lihat Indunesia-Jawa diuji dengan banyaknya minyak bumi dan lain-lainnya di Acheh. Andaikata mereka tunduk patuh kepada Allah, sungguh mereka akan mengakui hak bangsa Acheh untuk menentukan nasibnya. Lalu mereka akan keluar dari bumi Acheh dengan suka rela, sementara bangsa Achehpun akan membantu mereka (kaum dhuafa) Jawa yang wajib mendapat bantuannya. Namun disebabkan mereka (baca pemimpin-pemimpin Hindunesia-Jawa) demikian penasaran, bahkan lebih penasaran daripada Qabil (moyangnya) yang membunuh Habil dulu, mereka menjadi gelap pikirannya untuk tetap bersikukuh menjajah Bangsa Acheh-Sumatra. Mereka tidaklah termasuk orang-orang yang tundukpatuh kepada Allah, sebaliknya mereka tundukpatuh kepada Thaghut, tuhannya Qabil-Qabil di seluruh pelosok dunia.

Secara idiology, Qabil menjadi simbolisasi bagi siapasaja yang membunuh manusia yang lain tanpa keredhaan Allah baik secara indifidual ataupun secara massal seperti yang diaplikasikan " Qabil-qabil" Hindunesia-Jawa terhadap Bangsa Acheh - Sumatra, Papua dan Maluku. Demikianjugalah sepak terjang "Qabil-qabil" di seluruh pelosok dunia yang kita saksikan sejak dulu sampai sekarang ini. Justru secara idiologylah dapat kita pahami ketimpangan manusia-manusia "Qabil" yang tidak tundukpatuh kepada peraturan Pemilik Dunia ini, bersekongkol dengan "Qabil-qabil" manapun di seluruh planet Bumi ini.

Jadi persoalan perang adalah persoalan permusuhan. Persoalan permusuhan adalah persoalan ketidaktundukpatuhan manusia terhadap Peraturan Pemilik Alam semesta. Manusia sejati adalah manusia yang tundukpartuh kepada Allah (Habil-habil) sedangkan manusia palsu adalah manusia yang tidak tundukpatuh kepada Allah (Qabil-qabil). Secara idiology, bendera "Qabil" diwarisi oleh Namrud, Firaun, Kaisar-kaisar di Roma, Abu Sofyan bin Harb, Muawiyah bin Abi Sofyan, Yazid bin Muawiyah dan "Qabil-qabil" moderen diumanapun diseluruh pelosok dunia yang senantiasa sepak terjangnya merugikan kehidupan manusia. Sementara bendera "Habil" di perjuangkan Ibrahim, Musa, Isa bin Maryam, Muhammad bin Abdullah, Ali bin Abi Thalib, Hussein bin Ali di Karbala dan "Habil-habil" manapun yang berani menentang segenap bentuk penjajahan dimanapun di seluruh pelosok Bumi ini.

Berbicara Habil dan Qabil, tak perlu kita mengatakan bahwa kami ini "Islam", "Kristein",Hindu", Budha" dan lain-lainnya. Semuanya adalah gombal pakai istilah Ustaz Ahmad Sudirman. Berbicara Habil dan Qabil adalah berbicara tentang kemanusiaan, berbicara tentang kemanusiaan adalah berbicara tentang "ketundukpatuhan kita" kepada Pemilik Alam Semesta.

Husaini Daud Sp

husaini54daud@yahoo.com
Sandnes, Norwegia
----------